Al-Ma'idah: 56

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَمَن
dan barang siapa
يَتَوَلَّ
menjadikan pemimpin
ٱللَّهَ
Allah
وَرَسُولَهُۥ
dan RasulNya
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
فَإِنَّ
maka sesungguhnya
حِزۡبَ
golongan/pengikut
ٱللَّهِ
Allah
هُمُ
mereka
ٱلۡغَٰلِبُونَ
orang-orang yang menang

Terjemahan

Siapa yang menjadikan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman sebagai penolongnya, sesungguhnya para pengikut Allah itulah yang akan menjadi pemenang.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Ma'idah: 54-56 Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah). Dan barang siapa yang mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang. Ayat 54 Allah ﷻ berfirman menceritakan tentang kekuasaan-Nya Yang Maha Besar, bahwa barang siapa yang memalingkan diri tidak mau menolong agama Allah dan menegakkan syariat-Nya, sesungguhnya Allah akan menggantikannya dengan kaum yang lebih baik daripadanya, lebih keras pertahanannya serta lebih lurus jalannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain, yaitu firman-firman-Nya berikut ini: “Dan jika kalian berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kalian) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kalian (ini).” (Muhammad: 38) “Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kalian, wahai manusia; dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai pengganti kalian).” (An-Nisa: 133) “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kalian dan mengganti (kalian) dengan makhluk yang baru, dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah.” (Ibrahim: 19-20) “Wahai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya.” (Al-Maidah: 54) Yakni meninggalkan kebenaran dan kembali kepada kebatilan. Muhammad ibnu Ka'b mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pemimpin orang-orang Quraisy. Menurut Al-Hasan Al-Basri, ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang murtad yang baru kelihatan kemurtadannya di masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar. “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54) Al-Hasan Al-Basri menyebutkan bahwa demi Allah, yang dimaksud adalah Abu Bakar dan sahabat-sahabatnya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, ia pernah mendengar Abu Bakar ibnu Ayyasy berkata sehubungan dengan firman-Nya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54); Mereka adalah penduduk Qadisiyah. Sedangkan menurut Al-Laits ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid, mereka adalah suatu kaum dari negeri Saba. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Ajlah, dari Muhammad ibnu Amr, dari Salim, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54) Yang dimaksud adalah segolongan orang-orang dari penduduk negeri Yaman, Kindah, dan As-Sukun. Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musaffa, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah (yakni Ibnu Hafs), dari Abu Ziyad Al-Hilfani, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai makna firman-Nya: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54) Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Mereka adalah suatu kaum dari kalangan penduduk negeri Yaman, lalu dari Kindah, dari As-Sukun, dan dari Tajib.” Hadits ini berpredikat gharib (asing) sekali. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad (yakni Ibnu Abdul Waris), telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Sammak; ia pernah mendengar Iyad menceritakan suatu hadits dari Abu Musa Al-Asy'ari yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah ﷻ: “Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah: 54) Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Mereka adalah dari kaum orang ini” (seraya mengisyaratkan kepada Abu Musa Al-Asy'ari, yakni dari penduduk Yaman, pent.). Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadits Syu'bah dengan lafal yang serupa. Firman Allah ﷻ: “Yang bersikap lemah lembut terhadap orang-orang mukmin, yang bersikap tegas terhadap orang-orang kafir.” (Al-Maidah: 54) Demikianlah sifat orang mukmin yang sempurna, yaitu selalu bersikap rendah hati terhadap saudara dan teman sejawatnya, dan bersikap tegas terhadap musuh dan seterunya, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain, yaitu: “Muhammad itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (Al-Fath: 29) Di dalam gambaran tentang sifat Rasulullah ﷺ disebutkan bahwa beliau ﷺ adalah orang yang banyak senyum lagi banyak berperang. Dengan kata lain, beliau selalu bersikap kasih sayang dan lemah lembut kepada kekasih-kekasihnya dan sangat tegras terhadap musuh-musuhnya. Firman Allah ﷻ: “Yang berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” (Al-Maidah: 54) Yakni mereka tidak pernah mundur setapak pun dari prinsipnya, yaitu taat kepada Allah, menegakkan batasan-batasan-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, dan melakukan amar ma'ruf serta nahi munkar. Mereka sama sekali tidak pernah surut dari hal tersebut, tiada seorangpun yang dapat menghalang-halangi mereka, dan tidak pernah takut terhadap celaan orang-orang yang mencela dan mengkritiknya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Salam Abul Munzir, dari Muhammad ibnu Wasi', dari Abdullah ibnus Samit, dari Abu Dzar yang menceritakan: “Kekasihku (yakni Nabi ﷺ) telah memerintahkan kepadaku melakukan tujuh perkara, yaitu: Beliau memerintahkan kepadaku agar menyayangi orang-orang miskin dan dekat dengan mereka. Beliau memerintahkan kepadaku agar memandang kepada orang yang di bawahku dan jangan memandang kepada orang yang di atasku. Beliau memerintahkan kepadaku agar menghubungkan silaturahmi, sekalipun hatiku tidak suka. Beliau memerintahkan kepadaku agar jangan meminta sesuatu pun kepada orang lain. Beliau memerintahkan kepadaku agar mengucapkan hal yang benar, sekalipun itu pahit. Beliau memerintahkan kepadaku agar jangan takut kepada celaan orang yang mencela dalam membela (agama) Allah. Dan beliau memerintahkan kepadaku agar memperbanyak ucapan, ‘La haula wala quwwata illa billah’ (Tidak ada daya untuk menghindar dari maksiat dan tidak ada kekuatan untuk mengerjakan ibadah kecuali berkat pertolongan Allah), karena sesungguhnya kalimah ini merupakan suatu perbendaharaan yang tersimpan di bawah 'Arasy." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mughirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, dari Abul Musanna, bahwa Abu Dzar pernah menceritakan, "Rasulullah ﷺ membaiat diriku atas lima perkara dan mengikat diriku dengan tujuh perkara. Dan aku bersaksi kepada Allah bahwa aku tidak akan takut terhadap celaan orang yang mencela demi membela (agama) Allah." Abu Dzar melanjutkan kisahnya, "Lalu Rasulullah ﷺ memanggilku dan bersabda, 'Maukah engkau berbaiat, agar nanti kamu bisa masuk surga?' Aku menjawab, 'Ya.' Lalu aku mengulurkan tanganku, maka Nabi ﷺ bersabda seraya mensyaratkan kepadaku, 'Janganlah kamu meminta kepada orang lain barang sesuatu pun.' Aku menjawab, 'Ya.' Nabi ﷺ bersabda: ‘Dan jangan pula kamu meminta tolong kepada orang lain untuk memungut cambukmu, sekalipun cambukmu terjatuh dari tanganmu.’ Yakni beliau ﷺ memerintahkan kepadaku agar memungut sendiri cambukku, jangan minta pertolongan kepada orang lain untuk mengambilkannya." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan, telah menceritakan kepada kami Ja'far, dari Al-Ma'la Al-Firdausi, dari Al-Hasan, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Ingatlah, jangan sekali-kali seseorang di antara kalian merasa takut terhadap orang lain untuk mengatakan kebenaran, jika dia melihat atau menyaksikannya. Karena sesungguhnya tidak dapat memendekkan ajal dan tidak pula menjauhkan rezeki bila seseorang mengatakan kebenaran atau menceritakan hal yang berat untuk diutarakan.” Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (menyendiri). Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Zubaid, dari Amr ibnu Murrah, dari Abul Buhturi, dari Abu Sa'id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian merendahkan dirinya bila ia melihat suatu perkara menyangkut (agama) Allah yang harus ia utarakan, lalu ia tidak mau mengatakannya. Maka akan dikatakan kepadanya pada hari kiamat, ‘Apakah yang mencegah dirimu untuk mengatakan anu dan anu?’ Lalu ia menjawab, ‘Karena takut kepada manusia.’ Maka dijawab, ‘Sebenarnya yang harus kamu takuti hanyalah Aku’." Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Al-A'masy, dari Amr ibnu Murrah, dengan lafal yang sama. Imam Ahmad dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadits Abdullah ibnu Abdur Rahman Abu Tuwalah, dari Nahar ibnu Abdul lah Al-Abdi Al-Madani, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Nabi ﷺ yang bersabda: “Sesungguhnya Allah benar-benar akan menanyai hamba-Nya di hari kiamat, hingga Dia sampai menanyainya dengan pertanyaan, ‘Wahai hamba-Ku, bukankah engkau pernah melihat kemungkaran, lalu mengapa engkau tidak mencegahnya?’ Maka apabila Allah telah mengajarkan kepada seseorang hamba hujah (alasan) yang dikatakannya, maka si hamba berkata, ‘Ya Tuhanku, saya percaya kepada-Mu, tetapi saya takut kepada manusia’." Telah disebutkan pula di dalam sebuah hadits shahih: Tidak layak bagi seorang mukmin menghinakan dirinya sendiri. Ketika mereka (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan menghinakan dirinya sendiri?" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Menanggung bencana (akibat) yang tidak kuat ditanggungnya.” “Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al-Maidah: 54) Yakni orang-orang yang menyandang sifat-sifat tersebut, tiada lain berkat karunia dan taufik Allah kepada mereka. “Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al-Maidah: 54) Yaitu Dia Maha Luas karunia-Nya kepada orang yang berhak menerima karunia itu, dan Maha Mengetahui tentang siapa yang tidak berhak mendapat karunia-Nya. Ayat 55 Firman Allah ﷻ: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.” (Al-Maidah: 55) Yakni orang-orang Yahudi itu bukanlah penolong kalian. Penolong kalian tiada lain adalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Firman Allah ﷻ: “Yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat.” (Al-Maidah: 55) Yakni orang-orang mukmin yang mempunyai sifat-sifat ini, yaitu mendirikan shalat yang merupakan rukun Islam yang paling utama, karena shalat dilakukan hanya untuk Dia semata dan tiada sekutu bagi-Nya; dan menunaikan zakat yang merupakan hak menyangkut makhluk serta pertolongan terhadap orang-orang yang memerlukan pertolongan dari kalangan orang-orang lemah dan orang-orang miskin. Adapun mengenai firman-Nya yang mengatakan: “Seraya mereka tunduk (kepada Allah).” (Al-Maidah: 55) Maka sebagian ulama ada yang menduga bahwa kalimat ini berkedudukan sebagai hal atau keterangan keadaan dari firman-Nya: “Dan menunaikan zakat.” (Al-Maidah: 55) Yaitu dalam keadaan rukuk, mereka menunaikan zakat (sedekahnya). Seandainya memang demikian, berarti menunaikan zakat di saat sedang rukuk merupakan hal yang lebih utama daripada keadaan lainnya, karena dalam ayat ini disebutkan sebagai tindakan yang terpuji, padahal keadaannya tidaklah demikian, menurut salah seorang ulama dari kalangan ulama fatwa yang telah kami kenal. Sehingga ada sebagian dari mereka yang menyebutkan sebuah atsar sehubungan dengan ayat ini, dari Ali ibnu Abu Thalib, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dia. Demikian itu karena pada suatu hari di depannya lewat seorang peminta-minta, sedangkan dia dalam keadaan rukuk dalam salatnya, lalu dia memberikan cincinnya kepada peminta-minta itu. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ar-Rabi ibnu Sulaiman Al-Muradi, telah menceritakan kepada kami Ayyub ibnu Suwaid, dari Atabah ibnu Abu Hakim sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman.” (Al-Maidah: 55) Bahwa mereka adalah orang-orang mukmin dan Ali ibnu Abu Thalib. Telah menceritakan kepada kami Abu Sa'id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Dakin Abu Na'im Al-Ahwal, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Qais Al-Hadrami, dari Salamah ibnu Kahil yang menceritakan bahwa sahabat Ali ibnu Abu Thalib pernah menyedekahkan cincinnya, sedangkan dia dalam rukuk dalam salatnya, maka turunlah firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya rukuk.” (Al-Maidah: 55) Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Haris, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Galib ibnu Abdullah, bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah Rasul-Nya.” (Al-Maidah: 55) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali ibnu Abu Thalib yang mengeluarkan sedekah ketika sedang rukuk dalam salatnya. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Mujahid, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya.” (Al-Maidah: 55) hingga akhir ayat; Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sahabat Ali ibnu Abu Thalib. Akan tetapi, hadits Abdul Wahhab ibnu Mujahid tidak dapat dijadikan sebagai hujah (alasan) karena predikatnya dha’if. Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan melalui jalur Sufyan Ats-Tsauri, dari Abu Sinan, dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika Ali ibnu Abu Thalib sedang berdiri dalam salatnya, lewatlah di hadapannya seorang peminta-minta saat ia dalam rukuknya. Maka ia memberikan cincinnya kepada peminta-minta itu, lalu turunlah firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah Rasul-Nya.” (Al-Maidah: 55), hingga akhir ayat. Tetapi Adh-Dhahhak tidak pernah bertemu dengan Ibnu Abbas. Ayat 56 Ibnu Mardawaih telah meriwayatkan pula melalui jalur Muhammad ibnus Saib Al-Kalbi (dia orangnya matruk, perawi yang diduga berdusta), dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ keluar dari rumah menuju masjid di saat orang-orang sedang shalat, ada yang sedang rukuk, ada yang sedang sujud, ada yang sedang berdiri, ada pula yang sedang duduk. Tiba-tiba ada seorang miskin meminta-minta. Maka Rasulullah ﷺ masuk ke dalam masjid dan bertanya (kepada orang miskin itu), "Apakah ada seseorang yang memberimu sesuatu?" Ia menjawab, "Ya, ada." Nabi ﷺ bertanya, "Siapakah dia?" Ia menjawab, "Itu, lelaki yang sedang berdiri." Nabi ﷺ bertanya, "Dalam keadaan apakah dia ketika memberimu?" Ia menjawab, "Ketika dia sedang rukuk." Nabi ﷺ bersabda, "Orang itu adalah Ali ibnu Abu Thalib." Maka Rasulullah ﷺ saat itu bertakbir seraya membaca firman-Nya: “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 56) Sanad hadits ini kurang menggembirakan. Kemudian Ibnu Mardawaih meriwayatkannya melalui hadits Ali ibnu Abu Thalib sendiri dan Ammar ibnu Yasir serta Abu Rafi', tetapi tiada sesuatu pun darinya yang shahih sama sekali, mengingat sanad-sanadnya lemah lagi para perawinya tidak dikenal. Kemudian Ibnu Mardawaih meriwayatkan berikut sanadnya, dari Maimun ibnu Mahran, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Maidah: 55) Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang mukmin, terutama sekali Ali ibnu Abu Thalib. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Abdah, dari Abdul Malik, dari Abu Ja'far sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sesungguhnya penolong kalian hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya rukuk.” (Al-Maidah: 55) Maka kami tanyakan kepadanya (Abu Ja'far) "Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang beriman itu?" Abu Ja'far menjawab, "Ya, orang-orang yang beriman." Kami katakan," Telah sampai kepada kami bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ali ibnu Abu Thalib." Abu Ja'far berkata, "Ali termasuk orang-orang yang beriman." Asbat telah meriwayatkan dari As-Suddi bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua orang mukmin, tetapi Ali ibnu Abu Thalib ketika sedang shalat lewat didepannya seseorang yang meminta-minta di saat ia rukuk dalam salatnya di dalam masjid, lalu ia memberikan cincinnya kepada orang yang meminta-minta itu. Ali ibnu AbuTalhah Al-Walibi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa barang siapa yang masuk Islam, berarti dia telah berpihak kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman; yakni menjadikan mereka sebagai walinya. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Dalam hadits-hadits yang telah kami kemukakan disebutkan bahwa seluruh ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ubadah ibnus Samit ketika menyatakan berlepas diri dari perjanjian paktanya dengan orang-orang Yahudi, lalu ia rela berpihak kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin. Karena itulah sesudah kesemuanya disebutkan oleh firman Allah ﷻ: “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 56) Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman Allah ﷻ lainnya, yaitu: “Allah telah menetapkan, ‘Aku dan Rasul-Rasul-Ku pasti menang.’ Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa. Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya. Dan mereka dimasukkan-Nya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (Al-Mujadilah: 21) Maka setiap orang yang rela dengan kekuasaan Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, dia beruntung di dunia dan akhirat serta beroleh pertolongan di dunia dan akhirat. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah yang pasti menang.” (Al-Maidah: 56)

Al-Ma'idah: 56

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat