An-Nisa': 120

Ayat

Terjemahan Per Kata
يَعِدُهُمۡ
(syaitan) memberikan janji kepada mereka
وَيُمَنِّيهِمۡۖ
dan memberikan angan-angan kosong kepada mereka
وَمَا
dan tidak
يَعِدُهُمُ
menjanjikan pada mereka
ٱلشَّيۡطَٰنُ
syaitan
إِلَّا
kecuali
غُرُورًا
tipuan

Terjemahan

(Setan) memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong mereka. Padahal, setan tidak menjanjikan kepada mereka, kecuali tipuan belaka.

Tafsir

Tafsir Surat An-Nisa': 116-122 Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Dia (dengan sesuatu), dan Dia mengampuni' dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya. Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka. Yang dilaknat Allah, dan setan itu mengatakan, "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya) Dan saya benar-benar akan menyesatkan, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh-mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya. Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata. Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka. Mereka itu tempatnya Jahanam dan mereka tidak memperoleh tempat lari darinya. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah? Ayat 116 Dalam pembahasan yang lalu telah kami ketengahkan makna ayat yang mulia ini, yaitu firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Dia (dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu.” (An-Nisa: 116), hingga akhir ayat. Telah kami sebutkan pula hadits-hadits yang berkaitan dengan ayat ini pada permulaan surat (yakni surat An-Nisa). Imam At-Tirmidzi meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Saubar ibnu Abu Fakhitan alias Sa'id ibnu Alaqah, dari ayahnya, dari Ali yang mengatakan, "Tiada suatu ayat pun di dalam Al-Qur'an yang lebih aku sukai selain ayat ini, yakni firman-Nya: ‘Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Dia (dengan sesuatu)’." (An-Nisa: 116), hingga akhir ayat. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa atsar ini hasan gharib. Firman Allah ﷻ: “Barang siapa yang mempersekutukan Allah (dengan sesuatu), maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An-Nisa: 116) Yakni sesungguhnya dia telah menempuh jalan selain jalan yang benar, dan telah tersesat dari jalan hidayah, jauh dari kebenaran. Ini berarti dia membinasakan dirinya sendiri, merugi di dunia dan akhirat, terlewatkan olehnya kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ayat 117 Firman Allah ﷻ: “Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala.” (An-Nisa: 117) Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnu Gailan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Waqid, dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay ibnu Ka'b sehubungan dengan makna ayat ini: “Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah jin perempuan.” (An-Nisa: 117) Ubay ibnu Ka'b mengatakan bahwa setiap berhala ada jin perempuannya. Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Bahili, dari Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari Hisyam (yakni Ibnu Urwah), dari ayahnya, dari Siti Aisyah sehubungan dengan firman-Nya: “Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala.” (An-Nisa: 117) Siti Aisyah mengatakan, yang dimaksud dengan inatsan ialah berhala. Telah diriwayatkan dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman, Urwah ibnuz Zubair, Mujahid, Abu Malik, As-Suddi, dan Muqatil hal yang serupa. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Adh-Dhahhak sehubungan dengan ayat ini, bahwa orang-orang musyrik mengatakan, "Para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. Sesungguhnya kami menyembah mereka hanyalah untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui mereka." Adh-Dhahhak mengatakan pula bahwa kemudian mereka menjadikannya sebagai sesembahan-sesembahan mereka, dan membuat patung-patung mereka dalam bentuk perempuan, lalu mereka menghiasinya dan memberinya kalung, kemudian mereka berkata, "Berhala-berhala ini mirip dengan anak-anak perempuan Allah yang kita sembah-sembah," maksud mereka adalah para malaikat. Tafsir ini mirip dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Maka apakah kalian patut (wahai orang-orang musyrik) menganggap Lata dan Uzza (sebagai anak perempuan Allah)?” (An-Najm: 19) Sama maknanya dengan yang terkandung di dalam firman-Nya: “Dan mereka menganggap para malaikat hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah itu sebagai orang-orang perempuan.” (Az-Zukhruf: 19) “Dan mereka adakan (hubungan) nasab antara Allah dan antara jin.” (As-Saffat: 158), hingga akhir ayat berikutnya. Ali ibnu Abu Talhah dan Adh-Dhahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala. (An-Nisa: 117) Yang dimaksud dengan inatsan ialah benda-benda mati. Mubarak (yakni Ibnu Fudalah) telah meriwayatkan dari Al-Hasan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Yang mereka sembah selain Allah itu tidak lain hanyalah berhala.” (An-Nisa: 117) Al-Hasan (Al-Basri) mengatakan, yang dimaksud dengan istilah inats dalam ayat ini ialah segala sesuatu yang merupakan benda mati, tidak bernyawa; adakalanya berupa kayu kering dan adakalanya batu yang kering, yakni berhala yang terbuat dari benda-benda tersebut. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir, tetapi pendapat ini dinilai gharib. Firman Allah ﷻ: “Yang mereka sembah itu tiada lain hanyalah setan yang durhaka.” (An-Nisa: 117) Setanlah yang menganjurkan mereka berbuat demikian, dan setanlah yang menghiasinya dan menjadikannya baik di mata mereka, padahal kenyataannya mereka hanyalah menyembah iblis. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, wahai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan?” (Yasin: 60), hingga akhir ayat. Allah ﷻ berfirman menceritakan perihal para malaikat, bahwa di hari kiamat mereka akan membicarakan orang-orang musyrik yang mengaku telah menyembah mereka ketika di dunia, yaitu: “Bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba': 41) Ayat 118 Firman Allah ﷻ: “Yang dilaknat Allah.” (An-Nisa: 118) Maksudnya, diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, dan mengeluarkannya dari sisi-Nya. “Dan setan itu mengatakan, ‘Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bagian yang sudah ditentukan (untuk saya)’." (An-Nisa: 118) Yaitu jumlah tertentu dan telah dimaklumi. Menurut Qatadah, jumlah tersebut ialah setiap seribu orang sebanyak sembilan ratus sembilan puluh sembilan dimasukkan ke dalam neraka, sedangkan yang seorang dimasukkan ke dalam surga. Ayat 119 “Dan saya benar-benar akan menyesatkan mereka.” (An-Nisa: 119) Yakni dari jalan yang benar. “Dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka.” (An-Nisa: 119) Artinya, aku akan menghiaskan pada mereka agar mereka tidak bertobat, dan aku bangkitkan angan-angan kosong mereka, menganjurkan kepada mereka untuk menangguh-nangguhkan tobatnya, dan menipu diri mereka melalui hawa nafsu mereka sendiri. Firman Allah ﷻ: “Dan akan menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya.” (An-Nisa: 119) Menurut Qatadah, As-Suddi, dan selain keduanya, yang dimaksud ialah membelah telinga binatang ternak untuk dijadikan tanda bagi hewan bahirah, saibah, dan wasilah. “Dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (An-Nisa: 119) Ibnu Abbas mengatakan, yang dimaksud dengan mengubah ciptaan Allah dalam ayat ini ialah mengebiri binatang ternak. Hal yang sama diriwayatkan dari Ibnu Umar, Anas, Sa'id ibnul Musayyab, Ikrimah, Abi Iyad, Qatadah, Abu Saleh, As-Sauri. Hal ini telah dilarang oleh hadits yang menceritakan hal tersebut. Al-Hasan ibnu Abul Hasan Al-Basri mengatakan, yang dimaksud ialah mentato binatang ternak. Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan adanya larangan membuat tato pada wajah. Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah melaknat orang yang berbuat demikian. Di dalam hadits sahih dari Ibnu Mas'ud disebutkan bahwa Allah melaknat wanita tukang tato dan wanita yang minta ditato, wanita yang mencabut bulu alisnya dan yang meminta dicabut bulu alisnya, wanita yang melakukan pembedahan untuk kecantikan lagi mengubah ciptaan Allah ﷻ. Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan pula, "Ingatlah, aku melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah ﷺ," hal ini terdapat di dalam Kitabullah. Yang dimaksud ialah firman-Nya: “Apa yang diberikan Rasul kepada kalian, maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7) Ibnu Abbas menurut salah satu riwayat darinya, Mujahid, Ikrimah, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hasan, Qatadah, Al-Hakam, As-Suddi, Adh-Dhahhak, dan ‘Atha’ Al-Khurrasani mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Dan akan saya suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu benar-benar mereka mengubahnya.” (An-Nisa: 119) Yang dimaksud dengan khalqallah dalam ayat ini ialah agama Allah ﷻ. Ayat ini berdasarkan tafsir tersebut semakna dengan firman-Nya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah di atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.” (Ar-Rum: 30) Menurut penafsiran orang yang menjadikan masdar sebagai kata perintah, artinya yakni 'janganlah kalian mengganti fitrah Allah, dan serulah manusia untuk kembali kepada fitrah mereka'. Seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadits dalam kitab Shahihain dari Abu Hurairah yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Setiap anak dilahirkan di atas fitrah. Maka hanya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, atau seorang Nasrani, atau seorang Majusi. Sebagaimana binatang ternak melahirkan binatang ternak yang utuh, maka apakah kalian menjumpai padanya anggota tubuhnya yang tidak lengkap?” Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Iyad ibnu Hammad yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Allah ﷻ berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (lurus), lalu datanglah setan-setan dan menyesatkan mereka dari agamanya, serta mengharamkan atas mereka hal-hal yang telah Kuhalalkan bagi mereka’." Firman Allah ﷻ: “Barang siapa yang menjadikan setan menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang nyata.” (An-Nisa: 119) Dia benar-benar merugi di dunia dan akhiratnya, kerugian seperti ini tidak dapat diobati dan tidak dapat pula diganti bagi yang telah terlewatkan. Ayat 120 Firman Allah ﷻ: “Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa: 120) Demikianlah akhir dari apa yang dijanjikan oleh setan pada kenyataannya, karena sesungguhnya setan selalu menjanjikan kepada para pendukungnya dan membangkitkan angan-angan kosong mereka, bahwa merekalah orang-orang yang beruntung di dunia dan akhirat. Padahal sesungguhnya setan berdusta dalam janji yang dibuat-buatnya itu. Karena itulah dalam akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya: “Padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.” (An-Nisa: 120) Perihalnya sama dengan apa yang disebut oleh Allah ﷻ dalam ayat yang lain, menceritakan keadaan iblis di hari kemudian, yaitu firman-Nya: “Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, ‘Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian’." (Ibrahim: 22) sampai dengan firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih.” (Ibrahim: 22) Ayat 121 Firman Allah ﷻ: “Mereka itu.” (An-Nisa: 121) Orang-orang yang menganggap baik setan dalam janjinya dan apa yang diangan-angankannya kepada mereka. “Tempatnya Jahanam.” (An-Nisa: 121) Tempat kembali mereka kelak di hari kiamat adalah neraka Jahanam. “Dan mereka tidak memperoleh tempat lari darinya.” (An-Nisa: 121) Artinya, mereka tidak mempunyai jalan selamat dari neraka, tiada tempat untuk menghindarkan diri darinya. Ayat 122 Selanjutnya Allah ﷻ menyebutkan keadaan yang dialami oleh orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang bertakwa serta kehormatan yang sempurna yang diperolehnya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (An-Nisa: 122) Yaitu hati mereka percaya dan semua anggota tubuh mereka mengamalkan semua yang diperintahkan kepada mereka berupa kebaikan-kebaikan, dan meninggalkan semua kemungkaran yang dilarang mereka mengerjakannya. “Kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.” (An-Nisa: 122) Maksudnya, mereka dapat mengalirkannya menurut yang mereka kehendaki dan di mana pun mereka kehendaki. “Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (An-Nisa: 122) Yakni tidak akan hilang kenikmatan itu dan tidak akan pindah darinya. “Allah telah membuat suatu janji yang benar.” (An-Nisa: 122) Artinya, hal ini merupakan janji Allah, dan janji Allah itu sudah dimaklumi pasti nyata dan pasti terjadinya. Karena itulah maka dalam firman ini ungkapan diperkuat dengan memakai masdar untuk menunjukkan kepastian dari berita, yaitu firman-Nya, "Haqqan." Selanjutnya Allah ﷻ berfirman: “Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?” (An-Nisa: 122) Dengan kata lain, tidak ada seorang pun yang lebih benar perkataannya daripada Allah ﷻ. Yang dimaksud dengan lebih benar adalah lebih baik; tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia. Tersebutlah bahwa Rasulullah ﷺ bila dalam khotbahnya selalu mengucapkan kalimat berikut: “Sesungguhnya perkataan yang paling benar adalah firman Allah, dan sebaik-baik hidayah ialah hidayah Muhammad ﷺ. Dan seburuk-buruk perkara adalah hal-hal yang baru, dan setiap hal yang baru itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat, dan setiap kesesatan itu di neraka.”

An-Nisa': 120

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat