Ali-'Imran: 41

Ayat

Terjemahan Per Kata
قَالَ
dia (Zakaria) berkata
رَبِّ
Tuhanku
ٱجۡعَل
jadikanlah
لِّيٓ
bagiku
ءَايَةٗۖ
tanda-tanda
قَالَ
Dia berfirman
ءَايَتُكَ
tanda-tandamu
أَلَّا
bahwa tidak
تُكَلِّمَ
kamu berkata-kata
ٱلنَّاسَ
manusia
ثَلَٰثَةَ
tiga
أَيَّامٍ
hari
إِلَّا
kecuali
رَمۡزٗاۗ
isyarat
وَٱذۡكُر
dan sebutlah
رَّبَّكَ
Tuhanmu
كَثِيرٗا
sebanyak-banyaknya
وَسَبِّحۡ
dan bertasbihlah
بِٱلۡعَشِيِّ
diwaktu petang
وَٱلۡإِبۡكَٰرِ
dan pagi hari

Terjemahan

Dia (Zakaria) berkata, “Wahai Tuhanku, berilah aku suatu tanda (kehamilan istriku).” Allah berfirman, “Tandanya bagimu adalah engkau tidak (dapat) berbicara dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah pada waktu petang dan pagi hari.”

Tafsir

Tafsir Surat Ali-'Imran: 38-41 Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa." Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, ketika dia sedang berdiri shalat di mihrab, "Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya, yang membenarkan kalimat (firman) dari Allah, menjadi panutan, sanggup menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh. Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku bisa mendapat anak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?" Allah berfirman, "Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya." Zakaria berkata, "Berilah aku satu tanda (bahwa istriku telah mengandung)." Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari." Ayat 38 Ketika Zakaria melihat bahwa Allah ﷻ telah memberi Maryam rezeki berupa buah-buahan musim dingin pada musim panas dan buah-buahan musim panas pada musim dingin, maka saat itulah ia menginginkan punya seorang anak, sekalipun usianya telah lanjut dan tulang-tulang tubuhnya telah rapuh, uban telah mewarnai semua rambut kepalanya, istrinya pun sudah berusia lanjut lagi mandul. Akan tetapi, sekalipun demikian ia tetap memohon kepada Tuhannya dan bermunajat kepadanya dengan doa-doa yang dibacanya pelan-pelan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: "Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu.” (Ali Imran: 38) Yakni seorang anak yang saleh dari sisi-Mu. “Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa.” (Ali Imran: 38) Ayat 39 Firman Allah ﷻ: “Kemudian malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, ketika dia sedang berdiri shalat di mihrab.” (Ali Imran: 39) Yakni malaikat berbicara langsung kepadanya dengan pembicaraan yang dapat didengar Zakaria, sedangkan ia tengah berdiri shalat di mihrab tempat ibadahnya yang khusus buat dia sendiri di saat ia bermunajat dan melakukan shalat menyembah Tuhannya. Kemudian Allah ﷻ menceritakan tentang berita gembira yang disampaikan oleh malaikat kepada Zakaria: "Sesungguhnya Allah menyampaikan kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran) Yahya.” (Ali Imran: 39) Yaitu seorang anak laki-laki yang diciptakan buatmu dari tulang sulbimu, bernama Yahya. Qatadah dan lain-lain mengatakan bahwa anak tersebut dinamakan Yahya tiada lain karena Allah menghidupkannya melalui iman (Zakaria). Firman Allah ﷻ: “Yang membenarkan kalimat (firman) dari Allah.” (Ali Imran: 39) Al-Aufi dan lain-lain meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Al-Hasan, Qatadah, Ikrimah, Mujahid, Abusy Sya'sa, As-Suddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Adh-Dhahhak dan lain-lain (dari kalangan tabi'in) sehubungan dengan ayat ini, yaitu firman-Nya: “Yang membenarkan kalimat (firman) dari Allah.” (Ali Imran: 39) bahwa yang dimaksud dengan kalimat Allah adalah Isa ibnu Maryam. Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Yahya adalah orang yang mula-mula beriman kepada Isa ibnu Maryam. Qatadah mengatakan, yang dimaksud adalah berada pada sunnah dan tuntunannya. Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “Yang membenarkan kalimat (firman) dari Allah.” (Ali Imran: 39). Yahya dan Isa adalah saudara sepupu. Tersebutlah bahwa ibu Yahya pernah berkata kepada Maryam, "Sesungguhnya aku merasakan anak yang ada di dalam perutku ini bersujud kepada anak yang berada di dalam perutmu." Itu merupakan pembenaran yang dilakukan oleh Yahya kepada Isa ketika Isa masih berada di dalam perut ibunya. Yahya adalah orang yang mula-mula beriman kepada Isa. Isa diciptakan melalui kalimat (perintah) Allah. Yahya lebih tua daripada Isa a.s. Hal yang sama dikatakan pula oleh As-Suddi. Firman Allah ﷻ: “Menjadi panutan.” (Ali Imran: 39) Menurut Abul Aliyah, Ar-Rabi'-ibnu Anas, Qatadah, Sa'id ibnu Jubair, dan lain-lain, yang dimaksud dengan sayyidan ialah halimah, yakni orang yang penyantun. Menurut Qatadah, dia adalah seorang yang dijadikan panutan dalam hal ilmu dan ibadah. Ibnu Abbas, Ats-Tsauri, dan Adh-Dhahhak mengatakan bahwa as-sayyid artinya orang yang penyantun lagi bertakwa. Sa'id ibnul Musayyab mengatakan, yang dimaksud dengan sayyid ialah orang yang mengerti fiqih lagi alim. Menurut Atiyyahy as-sayyid artinya orang yang dijadikan panutan dalam hal akhlak dan agama. Menurut Ikrimah, as-sayyid artinya orang yang tidak terpengaruh oleh emosinya. Sedangkan menurut Ibnu Zaid, artinya orang yang mulia. Dan menurut yang lain, artinya orang yang bersikap mulia kepada Allah ﷻ. Firman Allah ﷻ: “Sanggup menahan diri (dari hawa nafsu).” (Ali Imran: 39) Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Abusy Sya'sa, dan Atiyyah Al-Aufi, bahwa mereka mengatakan, "Yang dimaksud dengan hashur adalah orang yang tidak mau beristri." Diriwayatkan dari Abul Aliyah dan Ar-Rabi' ibnu Anas bahwa yang dimaksud dengan hashur adalah orang yang tidak beranak dan tidak mempunyai air mani. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna al-hashur dalam ayat ini, bahwa makna yang dimaksud ialah orang yang tidak pernah mengeluarkan air mani. Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan masalah ini meriwayatkan sebuah hadits yang gharib (aneh) sekali. Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Muhammad ibnu Galib Al-Bagdadi, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad (yakni Ibnul Awwam), dari Yahya ibnu Sa'id, dari Al-Musayyab, dari Ibnul As tetapi dia tidak mengetahui apakah yang dimaksud adalah Abdullah ibnul As ataukah Amr ibnul As, dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman-Nya: “Sanggup menahan diri (dari hawa nafsu).” (Ali Imran: 39) Ibnul As melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Nabi ﷺ mengambil sebuah benda dari tanah dan bersabda, "Kemaluannya (Yahya) adalah mirip dengan ini (yakni kecilnya)." Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, bahwa ia pernah mendengar dari Sa'id ibnul Musayyab sebuah atsar dari Abdullah ibnu Amr ibnul As yang mengatakan bahwa tidak ada seorang pun dari makhluk Allah yang menghadap kepada Allah tanpa membawa dosa kecuali Yahya ibnu Zakaria. Kemudian Sa'id membacakan firman-Nya: “Menjadi panutan, sanggup menahan diri (dari hawa nafsu).” (Ali Imran: 39) Kemudian Sa'id mengambil sebuah benda dari tanah, lalu berkata, "Al-hashur adalah seorang laki-laki yang kemaluannya seperti ini." Lalu Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan mengisyaratkan dengan jari telunjuknya. Atsar yang mauquf ini lebih shahih sanadnya daripada yang marfu'. Ibnul Munzir di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Daud As-Samnani, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Mishar, dari Yahya ibnu Sa'id, dari Sa'id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadits berikut, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak ada seorang hamba pun yang bertemu dengan Allah melainkan pasti membawa dosa, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya Allah telah berfirman, “Menjadi panutan, sanggup menahan diri (dari hawa nafsu).” (Ali Imran: 39) Selanjutnya Nabi ﷺ bersabda: “Sesungguhnya kemaluan Yahya lemas seperti ujung kain.” Abdullah ibnu Amr ibnul As menceritakan hadits ini seraya memperagakannya dengan ujung jarinya (yakni kemaluan Yahya kecil sekali). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Hammad dan Muhammad Ibnu Salimah Al-Muradi; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Sulaiman Al-Muqri, dari Al-Al-Laits ibnu Sa'd, dari Muhammad ibnu Ajlan, dari Al-Qa'qa', dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah, bahwa Nabi ﷺ bersabda: “Semua anak Adam menghadap kepada Allah dengan membawa dosa yang jika Allah menghendaki, Dia pasti mengazabnya karena dosanya itu atau Allah membelaskasihaninya, kecuali Yahya ibnu Zakaria. Karena sesungguhnya dia adalah orang yang menjadi panutan, sanggup menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi di antara orang-orang saleh. Kemudian Nabi ﷺ membungkukkan tubuhnya ke arah sebuah kerikil kecil di tanah, lalu mengambilnya, kemudian bersabda: “Dan tersebutlah bahwa kemaluan dia (Yahya) kecil sekali seperti batu kerikil kecil ini.” Al-Qadi Iyad di dalam kitab Asy-Syifa mengatakan, "Perlu diketahui bahwa pujian Allah ﷻ kepada Yahya yang mengatakan bahwa Yahya adalah seorang yang hashur tidaklah seperti yang dikatakan oleh sebagian dari mereka yang mengatakan bahwa Yahya adalah lelaki yang impoten atau tidak mempunyai zakar, melainkan hal ini dibantah oleh ahli tafsir yang jeli dan para ulama ahli kritik." Mereka mengatakan bahwa penilaian seperti itu kurang benar dan tercela, mengingat tidak pantas ditujukan kepada para nabi. Sesungguhnya makna yang dimaksud ialah bahwa Yahya terpelihara dari dosa-dosa. Dengan kata lain, dia tidak melakukannya sama sekali sehingga diumpamakan seakan-akan dia impoten. Menurut pendapat lain, makna hashur ialah menahan diri dari pengaruh hawa nafsu. Menurut pendapat lain lagi Yahya tidak mempunyai selera terhadap wanita. Tetapi pendapat ini jelas bagi anda, bahwa tidak mampu kawin merupakan suatu kekurangan. Tetapi hal yang utama adalah bila nafsu syahwat itu ada, lalu tidak dituruti adakalanya dengan menahan diri, seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa; atau dengan pemeliharaan dari Allah ﷻ, seperti yang terjadi pada diri Nabi Yahya. Selanjutnya masalah wanita ini bagi lelaki yang mampu kawin dengannya, lalu ia menunaikan semua kewajibannya tanpa melalaikan kewajibannya terhadap Tuhannya, maka baginya derajat yang tinggi, yaitu seperti derajat yang diperoleh oleh Nabi kita Nabi Muhammad ﷺ. Sekalipun istri beliau banyak, tetapi hal tersebut tidak melalaikan dirinya dari menyembah Tuhannya, bahkan menambah pahala ibadahnya, karena memelihara kehormatan mereka, mengatur, dan menafkahi mereka serta memberi mereka petunjuk. Bahkan beliau ﷺ telah menjelaskan bahwa wanita bukanlah merupakan bagian dunianya, sekalipun bagi selainnya wanita merupakan bagian dari dunianya. Seperti yang dinyatakan di dalam salah satu sabdanya: “Diriku dijadikan menyukai sebagian dari urusan dunia kalian.” Makna yang dimaksud ialah bahwa Nabi ﷺ memuji Nabi Yahya sebagai orang yang hashur. Tetapi bukan berarti bahwa Nabi Yahya adalah seorang lelaki yang tidak dapat mendatangi wanita (kawin), melainkan makna yang dimaksud ialah sederhana saja, yaitu dia (Yahya a.s.) dipelihara oleh Allah dari perbuatan-perbuatan keji dan kotor. Akan tetapi, hal ini bukan berarti bahwa dia tidak mampu kawin dengan wanita secara halal dan menggauli mereka serta beranak dari mereka. Bahkan tersirat pula pengertian yang menunjukkan bahwa Yahya mempunyai keturunan, seperti yang tersimpul dari doa Zakaria ketika ia berdoa: “Ya Tuhanku, berilah aku keturunan yang baik dari sisi-Mu.” (Ali Imran: 38) Seakan-akan dia mengatakan seorang anak yang mempunyai keturunan (karena dalam ayat diungkapkan dengan memakai lafal zurriyyah yang artinya keturunan). Firman Allah ﷻ: “Dan seorang nabi di antara orang-orang saleh.” (Ali Imran: 39) Hal ini merupakan berita gembira kedua, yaitu kenabian Yahya sesudah berita gembira kelahirannya. Berita gembira yang kedua ini lebih utama daripada yang pertama. Keadaannya sama dengan pengertian yang ada dalam ayat lain, yaitu firman Allah ﷻ kepada ibu Nabi Musa a.s.: “Karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya salah seorang dari para rasul.” (Al-Qashash: 7) Ayat 40 Setelah nyata bagi Zakaria a.s. berita gembira tersebut, ia merasa heran akan mempunyai seorang anak, padahal usianya telah lanjut. Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, bagaimana aku dapat beranak, sedangkan aku telah sangat tua dan istriku pun seorang yang mandul?” (Ali Imran: 40) Maka malaikat yang menyampaikan berita gembira itu pun berkata: “Demikianlah, Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (Ali Imran: 40) Yakni demikianlah urusan Allah itu sangat besar. Tiada sesuatu pun yang tidak mampu dilakukan-Nya, dan tiada suatu urusan pun yang berat bagi-Nya; semuanya dapat dilakukan-Nya. Ayat 41 Zakaria berkata, "Ya Tuhanku, berilah aku satu tanda." (Ali Imran: 41). Maksudnya, satu tanda yang menunjukkan bahwa istriku telah mengandung anakku. Allah berfirman, "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat." (Ali Imran: 41). Yang dimaksud dengan ramzan ialah isyarat, yakni 'kamu tidak dapat berkata-kata, sekalipun kamu adalah orang yang sehat'. Seperti pengertian yang terdapat di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya: “Selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (Maryam: 10) Kemudian Allah memerintahkan kepada Zakaria agar banyak berzikir, bertakbir, dan membaca tasbih selama masa tersebut. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari.” (Ali Imran: 41) Dalam pembahasan yang lain akan diterangkan kelanjutan dari kisah ini, yaitu dalam tafsir surat Maryam.

Ali-'Imran: 41

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat