Ali-'Imran: 109

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلِلَّهِ
dan milik Allah
مَا
apa/segala
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَمَا
dan apa/segala
فِي
di
ٱلۡأَرۡضِۚ
bumi
وَإِلَى
dan kepada
ٱللَّهِ
Allah
تُرۡجَعُ
dikembalikan
ٱلۡأُمُورُ
segala urusan

Terjemahan

Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan hanya kepada Allah segala urusan dikembalikan.

Tafsir

Tafsir Surat Ali-'Imran: 104-109 Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar; mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang kepada mereka keterangan yang jelas. Mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat, Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang menjadi putih berseri, dan ada pula wajah yang menjadi hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (dikatakan kepada mereka), "Mengapa kalian kafir setelah beriman? Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu." Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya. Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan sebenarnya, dan tiadalah Allah berkehendak untuk mezalimi (siapapun) di seluruh alam. Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. Ayat 104 Allah ﷻ berfirman bahwasanya hendaklah ada dari kalian sejumlah orang yang bertugas untuk menegakkan perintah Allah, yaitu dengan menyeru orang-orang untuk berbuat kebajikan dan melarang perbuatan yang mungkar; mereka adalah golongan orang-orang yang beruntung. Adh-Dhahhak mengatakan, mereka adalah para sahabat yang terpilih, para mujahidin yang terpilih, dan para ulama. Abu Ja'far Al-Baqir meriwayatkan bahwa Rasulullah ﷺ membacakan firman-Nya: “Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.” (Ali Imran: 104) Kemudian beliau bersabda: “Yang dimaksud dengan kebajikan ini ialah mengikuti Al-Qur'an dan sunnahku.” Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih. Makna yang dimaksud dari ayat ini ialah hendaklah ada segolongan orang dari kalangan umat ini yang bertugas untuk mengemban urusan tersebut, sekalipun urusan tersebut memang diwajibkan pula atas setiap individu dari umat ini. Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah. Disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: "Barang siapa di antara kalian melihat suatu kemungkaran, hendaklah ia mencegahnya dengan tangannya; dan jika ia tidak mampu, maka dengan lisannya; dan jika masih tidak mampu juga, maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman.” Di dalam riwayat lain disebutkan: “Dan tiadalah setelah itu iman barang seberat biji sawi pun. " Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Al-Hasyimi, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Abu Amr, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Asyhal, dari Huzaifah ibnul Yaman, bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian benar-benar harus memerintahkan kepada kebajikan dan melarang perbuatan mungkar, atau hampir-hampir Allah akan mengirimkan kepada kalian azab dari sisi-Nya, kemudian kalian benar-benar berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), tetapi doa kalian tidak diperkenankan.” Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Amr ibnu Abu Amr dengan lafal yang sama. Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Hadits-hadits mengenai masalah ini cukup banyak, demikian pula ayat-ayat yang membahas mengenainya, seperti yang akan disebut nanti dalam tafsirnya masing-masing. Ayat 105 Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.” (Ali Imran: 105) hingga akhir ayat. Melalui ayat ini Allah ﷻ melarang umat ini menjadi orang-orang seperti umat-umat terdahulu yang bercerai-berai dan berselisih di antara sesama mereka, serta meninggalkan amar makruf dan nahi munkar, padahal hujah (argumen) telah jelas menentang mereka. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Safwan, telah menceritakan kepadaku Azhar ibnu Abdullah Al-Harawi, dari Abu Amir (yaitu Abdullah ibnu Yahya) yang menceritakan, "Kami melakukan haji bersama Mu'awiyah ibnu Abu Sufyan. Ketika kami tiba di Mekah, ia berdiri ketika hendak melakukan shalat zhuhur, lalu berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda: 'Sesungguhnya orang-orang Ahli Kitab telah bercerai-berai dalam agama mereka menjadi tujuh puluh dua golongan, dan sesungguhnya umat ini kelak akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga keinginan (golongan), semuanya masuk neraka kecuali satu golongan, yaitu Al-Jama'ah. Dan sesungguhnya kelak di dalam umatku terdapat kaum-kaum yang selalu mengikuti kemauan hawa nafsunya sebagaimana seekor anjing mengikuti pemiliknya. Tiada yang tersisa darinya, baik urat maupun persendian, melainkan dimasukinya'." Selanjutnya Mu'awiyah mengatakan, "Demi Allah, wahai orang-orang Arab, seandainya kalian tidak menegakkan apa yang didatangkan kepada kalian oleh Nabi kalian, maka orang-orang selain dari kalian benar-benar lebih tidak menegakkannya lagi." Demikian pula menurut riwayat Abu Dawud dari Ahmad ibnu Hambal dan Muhammad ibnu Yahya, keduanya dari Abul Mugirah yang nama aslinya adalah Abdul Quddus ibnul Hajjaj Asy-Syami dengan lafal yang sama. Hadits ini diriwayatkan melalui berbagai jalur. Ayat 106 Firman Allah ﷻ: “Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang menjadi putih berseri, dan ada pula wajah yang menjadi hitam muram.” (Ali Imran: 106) Yakni kelak di hari kiamat, di waktu itu putih berseri wajah ahli sunnah wal jama'ah, dan tampak hitam muram wajah ahli bid'ah dan perpecahan. Demikianlah menurut tafsir Ibnu Abbas. “Adapun orang-orang yang berwajah hitam muram (dikatakan kepada mereka), ‘Mengapa kalian kafir setelah beriman’?" (Ali Imran: 106) Menurut Al-Hasan Al-Basri, mereka adalah orang-orang munafik. “Karena itu, rasakanlah azab disebabkan kekafiran kalian itu.” (Ali Imran: 106) Gambaran ini bersifat umum menyangkut semua orang kafir. Ayat 107 “Adapun orang-orang yang berwajah putih berseri, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga), mereka kekal di dalamnya.” (Ali Imran: 107) Maksudnya, mereka tinggal di dalam surga untuk selama-lamanya, dan mereka tidak mau pindah darinya. Abu Isa At-At-Tirmidzi dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada karni Waki', dari Ar-Rabi' ibnu Sabih dan Hammad ibnu Salamah, dari Abu Galib yang menceritakan bahwa Abu Umamah melihat banyak kepala dipancangkan di atas tangga masuk masjid Dimasyq. Maka Abu Umamah mengatakan, "Anjing-anjing neraka adalah seburuk-buruk orang yang terbunuh di kolong langit ini; sebaik-baik orang yang terbunuh adalah orang-orang yang dibunuhnya." Kemudian Abu Umamah membacakan firman-Nya: “Pada hari yang di waktu itu ada wajah yang menjadi putih berseri, dan ada pula wajah yang menjadi hitam muram.” (Ali Imran: 106), hingga akhir ayat. Kemudian aku bertanya kepada Abu Umamah, "Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah ﷺ?" Abu Umamah menjawab, "Seandainya aku bukan mendengarnya melainkan hanya sekali atau dua kali atau tiga kali atau empat kali dan bahkan sampai tujuh kali, niscaya aku tidak akan menceritakannya kepada kalian." Imam At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan. Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadits Sufyan ibnu Uyaynah, dari Abu Galib; dan Imam Ahmad mengetengahkannya di dalam kitab musnadnya, dari Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Abu Galib dengan lafal yang serupa. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dalam tafsir ayat ini dari Abu Dzar sebuah hadits yang panjang, tetapi isinya sangat aneh dan mengherankan. Ayat 108 Kemudian Allah ﷻ berfirman: “Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu.” (Ali Imran: 108) Yakni itulah ayat-ayat Allah dan hujah-hujah-Nya serta keterangan-keterangan-Nya, Kami bacakan kepadamu, wahai Muhammad. “Dengan sebenarnya.” (Ali Imran: 108) Yaitu Kami membuka perkara yang sesungguhnya di dunia dan akhirat. “Dan tiadalah Allah berkehendak untuk mezalimi (siapapun).” (Ali Imran: 108) Artinya, Allah tidak akan berbuat aniaya terhadap mereka, melainkan Dia adalah Hakim Yang Maha Adil yang tidak akan zalim; karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, maka untuk itu Dia tidak perlu berbuat zalim terhadap seseorang dari makhluk-Nya. Ayat 109 Karena itu, dalam firman selanjutnya disebutkan: “Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi;” (Ali Imran: 109) Yakni semuanya adalah milik Allah dan semuanya berlaku sebagai hamba-hamba-Nya. “Dan hanya kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.” (Ali Imran: 109) Maksudnya, Dialah Tuhan Yang Memutuskan lagi Yang Mengatur di dunia dan akhirat.

Ali-'Imran: 109

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat