Al-Anbiya': 19

Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَهُۥ
dan bagi-Nya
مَن
orang/segala apa
فِي
di
ٱلسَّمَٰوَٰتِ
langit(jamak)
وَٱلۡأَرۡضِۚ
dan dibumi
وَمَنۡ
dan orang (malaikat)
عِندَهُۥ
disisi-Nya
لَا
tidak
يَسۡتَكۡبِرُونَ
mereka sombong
عَنۡ
dari/untuk
عِبَادَتِهِۦ
menyembah-Nya
وَلَا
dan tidak
يَسۡتَحۡسِرُونَ
mereka merasa letih

Terjemahan

Hanya milik-Nya siapa yang di langit dan di bumi. (Malaikat-malaikat) yang di sisi-Nya tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih.

Tafsir

Tafsir Surat Al-Anbiya': 16-20 Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya dengan bermain-main. Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya). Sesungguhnya Kami melontarkan yang benar kepada yang batil, lalu yang benar itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagi kalian disebabkan kalian menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya). Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. Ayat 16 Allah ﷻ menyebutkan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan sebenar-benarnya, yakni dengan adil dan pertengahan (seimbang) “supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).” (Al-Najm: 31). Dia tidak menciptakan semuanya itu secara sia-sia dan main-main. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya tanpa hikmah. Itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (Shad: 27). Ayat 17 Adapun firman Allah ﷻ: “Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami. Jika Kami menghendaki berbuat demikian (tentulah Kami telah melakukannya).” (Al-Anbiya: 17). Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan, tentulah Kami membuatnya dari sisi Kami.” (Al-Anbiya: 17). Makna lafaz ladunna sama dengan 'indina yang artinya dari sisi Kami. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa 'jika demikian keadaannya, maka Kami tidak perlu menciptakan surga, neraka, kematian, kebangkitan, dan hisab amal perbuatan'. Al-Hasan dan Qatadah serta selain keduanya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Sekiranya Kami hendak membuat suatu permainan.” (Al-Anbiya: 17) Bahwa al-lahwu artinya wanita menurut bahasa orang-orang Yaman. Ibrahim An-Nakha'i mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Tentulah Kami membuatnya.” (Al-Anbiya: 17) Yakni dari kalangan bidadari yang bermata jelita. Ikrimah dan As-Saddi mengatakan, yang dimaksud dengan al-lahwu dalam ayat ini ialah anak. Pendapat yang sebelumnya berkaitan erat dengan pendapat ini. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: “Kalau sekiranya Allah hendak mengambil anak, tentu Dia akan memilih apa yang dikehendaki-Nya di antara ciptaan-ciptaan yang telah diciptakan-Nya, Maha Suci Allah. Dia Allah Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.” (Az-Zumar: 4). Allah ﷻ menyucikan diri-Nya dari memungut anak secara mutlak, terlebih lagi dari tuduhan bohong lagi batil yang dilancarkan oleh mereka, bahwa Dia mengambil Isa, atau Uzair, atau malaikat sebagai anak-Nya. “Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.” (Al-Isra: 43). Firman Allah ﷻ: “Jika Kami menghendaki berbuat demikian, (tentulah Kami telah melakukannya).” (Al-Anbiya: 17) Qatadah, As-Saddi, Ibrahim An-Nakha'i, dan Mugirah ibnu Miqsam mengatakan bahwa makna ayat ini ialah 'Kami tidak akan melakukan hal itu'. Mujahid mengatakan bahwa semua lafaz in yang ada di dalam Al-Qur'an mengandung makna ingkar atau bantahan. Ayat 18 Firman Allah ﷻ: “Sebenarnya Kami melontarkan yang benar kepada yang batil.” (Al-Anbiya: 18) Maksudnya, Kami menjelaskan kebenaran untuk mengalahkan kebatilan. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Lalu yang benar itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap.” (Al-Anbiya: 18) Yakni surut dan lenyap. “Dan kecelakaanlah bagi kalian.” (Al-Anbiya: 18) hai orang-orang yang mengatakan bahwa Allah beranak. “Disebabkan kalian menyifati (Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya).” (Al-Anbiya: 18) Yaitu dikarenakan perkataan dan kebohongan kalian itu. Kemudian Allah ﷻ menyebutkan sifat para malaikat, bahwa mereka adalah hamba-hamba-Nya dan kebiasaan mereka adalah melakukan ketaatan kepadaNya sepanjang siang dan malam hari, tiada henti-hentinya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Ayat 19 “Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi dan malaikai-malaikat yang di sisi-Nya.” (Al-Anbiya: 19) Yang dimaksud ialah para malaikat yang ada di sisi-Nya. “Mereka tidak mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya.” (Al-Anbiya: 19). Artinya, para malaikat itu tiada hentinya melakukan penyembahan kepadaNya secara terus-menerus. Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ melalui firman-Nya: “Al-Masih sekali-kali tidak enggan menjadi hamba bagi Allah, dan tidak pula (enggan) malaikat-malaikat yang terdekat (kepada Allah). Barang siapa yang enggan dari menyembah-Nya dan menyombongkan diri, nanti Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya.” (An-Nisa: 172) Adapun firman Allah ﷻ: “Dan tidak (pula) merasa letih.” (Al-Anbiya: 19). Yaitu, mereka tidak pernah merasa lelah, tidak pula merasa jenuh untuk menyembah-Nya. Ayat 20 “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya: 20) Mereka terus-menerus bekerja sepanjang malam dan siang dengan penuh ketaatan, tulus ikhlas, serta mampu melakukannya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: “Mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6). Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abu Dilamah Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab ibnu Ata, telah menceritakan kepada kami Sa'id, dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz, dari Hakim ibnu Hizam yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah ﷺ berada di antara para sahabatnya, tiba-tiba beliau bersabda kepada mereka, "Apakah kalian mendengar apa yang aku dengar?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendengar sesuatu pun." Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya aku mendengar suara gemuruh di langit, dan tidaklah dicela bila langit mengeluarkan suara bergemuruh; karena tiada sejengkal tempat pun darinya, melainkan terdapat seorang malaikat yang sedang sujud atau sedang berdiri (menyembah Allah ﷻ).” Hadis berpredikat garib (asing), kebanyakan ulama hadis tidak ada yang mengetengahkannya. Kemudian Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya pula melalui jalur Yazid ibnu Abu Zurai', dari Sa'id, dari Qatadah secara mursal. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Hisan ibnu Mukhariq dari Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal yang mengatakan bahwa ia pernah duduk di majelis Ka'bul Ahbar saat masih kecil. Lalu ia bertanya kepadanya bagaimana pendapatnya mengenai firman Allah ﷻ kepada para malaikat yang menyatakan: “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (Al-Anbiya: 20). Apakah tidak mengganggu tasbih mereka Kalam Allah, risalah dan apa yang ditugaskan kepada mereka." Ka'bul Ahbar bertanya, "Siapakah anak ini?" Mereka menjawab, "Dia dari kalangan Bani Abdul Muttalib." Maka Ka'bul Ahbar mencium kepalanya dan berkata, "Wahai anakku, sesungguhnya tasbih telah dijadikan bagi mereka sebagaimana dijadikan napas bagi kalian. Bukankah kamu berbicara sambil bernapas, dan berjalan sambil bernapas? (Itulah keadaan tasbih mereka).”

Al-Anbiya': 19

×
×
Bantu Learn Quran Tafsir
untuk
Terus Hidup Memberi Manfaat