Ayat
Terjemahan Per Kata
رَّبَّنَآ
ya Tuhan kami
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَسۡكَنتُ
aku menempatkan
مِن
dari
ذُرِّيَّتِي
anak-cucuku/keturunanku
بِوَادٍ
di lembah
غَيۡرِ
tidak
ذِي
mempunyai
زَرۡعٍ
tanaman
عِندَ
di sisi/di dekat
بَيۡتِكَ
rumah Engkau
ٱلۡمُحَرَّمِ
dihormati
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لِيُقِيمُواْ
agar mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
فَٱجۡعَلۡ
maka jadikanlah
أَفۡـِٔدَةٗ
hati
مِّنَ
dari
ٱلنَّاسِ
manusia
تَهۡوِيٓ
cenderung
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
وَٱرۡزُقۡهُم
dan beri rezkilah mereka
مِّنَ
dari
ٱلثَّمَرَٰتِ
buah-buahan
لَعَلَّهُمۡ
agar mereka
يَشۡكُرُونَ
mereka bersyukur
رَّبَّنَآ
ya Tuhan kami
إِنِّيٓ
sesungguhnya aku
أَسۡكَنتُ
aku menempatkan
مِن
dari
ذُرِّيَّتِي
anak-cucuku/keturunanku
بِوَادٍ
di lembah
غَيۡرِ
tidak
ذِي
mempunyai
زَرۡعٍ
tanaman
عِندَ
di sisi/di dekat
بَيۡتِكَ
rumah Engkau
ٱلۡمُحَرَّمِ
dihormati
رَبَّنَا
ya Tuhan kami
لِيُقِيمُواْ
agar mereka mendirikan
ٱلصَّلَوٰةَ
sholat
فَٱجۡعَلۡ
maka jadikanlah
أَفۡـِٔدَةٗ
hati
مِّنَ
dari
ٱلنَّاسِ
manusia
تَهۡوِيٓ
cenderung
إِلَيۡهِمۡ
kepada mereka
وَٱرۡزُقۡهُم
dan beri rezkilah mereka
مِّنَ
dari
ٱلثَّمَرَٰتِ
buah-buahan
لَعَلَّهُمۡ
agar mereka
يَشۡكُرُونَ
mereka bersyukur
Terjemahan
Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.
Tafsir
(Ya Rabb kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku) sebagian daripada mereka, yaitu Nabi Ismail dan Siti Hajar ibunya (di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman) yaitu Mekah (di dekat rumah Engkau yang suci) sebelum banjir besar terjadi (ya Rabb agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati) kalbu-kalbu (sebagian manusia cenderung) condong dan merindukan (kepada mereka) Sahabat Ibnu Abbas mengatakan, seandainya Nabi Ibrahim mengatakan di dalam doanya, yaitu af-idatan naasi yang artinya semua hati manusia, maka orang-orang Persia, Romawi dan semua manusia niscaya akan cenderung ke Baitullah (dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan; mudah-mudahan mereka bersyukur.") dan memang doanya diperkenankan, yaitu dengan disuplaikannya buah-buahan dari Thaif ke Mekah.
Tafsir Surat Ibrahim: 38
Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat. Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)."
Ayat 38
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah ﷻ menceritakan perihal kekasihNya, yaitu Nabi Ibrahim, bahwa ia pernah berkata dalam doanya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan.” (Ibrahim: 38) Artinya Engkau mengetahui maksudku dalam doaku dan apa yang aku kehendaki dalam doaku untuk penduduk kota suci ini. Sesungguhnya hal itu tiada lain menuju kepada rida-Mu dan mengikhlaskan diri kepada-Mu. Sesungguhnya Engkau mengetahui segala sesuatu yang nyata dan yang batin (tidak tampak), tiada sesuatu pun di bumi ini tiada pula di langit yang tersembunyi dari pengetahuan-Mu.
Ayat 39
Kemudian Nabi Ibrahim dalam doanya mengucapkan pujian kepada Tuhannya atas anak yang dianugerahkan kepadanya di saat ia telah berusia lanjut, seperti yang disitir oleh firman berikut:
“Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa.” (Ibrahim: 39)
Yakni Dia memperkenankan (mengabulkan) doa orang yang memohon kepada-Nya; dan sesunggguhnya Dia telah mengabulkan permintaanku, yaitu mempunyai anak.
Ayat 40
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. mengatakan dalam doanya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku orang yang tetap mendirikan shalat.” (Ibrahim: 40) Yaitu memeliharanya dan mendirikan batasan-batasannya.
“Dan begitu pula anak cucuku.” (Ibrahim 40)
Maksudnya, jadikanlah pula anak cucuku sebagai orang-orang yang mendirikan shalat.
“Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.” (Ibrahim: 40)
Yakni kabulkanlah semua apa yang aku mohonkan kepada-Mu.
Ayat 41
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan ibu bapakku. (Ibrahim: 41) Sebagian ulama tafsir membacanya waliwalidi dalam bentuk tunggal, yakni bukan waliwalidayya. Hal ini dilakukan oleh Nabi Ibrahim sebelum ia berlepas diri dari ayahnya, setelah ia mengetahui dengan jelas bahwa ayahnya adalah musuh Allah ﷻ.
“Dan semua orang mukmin pada hari terjadinya hisab (perhitungan).” (Ibrahim: 41)
Maksudnya, ampunilah pula semua orang mukmin pada hari Engkau menghisab (memperhitungkan amal) hamba-hamba-Mu, lalu Engkau balas mereka sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing; jika amalnya baik, maka balasannya baik; dan jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku
di Mekah, lembah yang tak berpenghuni dan tidak mempunyai tanamtanaman, di lokasi yang dekat dengan rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati. Ya Tuhan, aku tempatkan mereka di sana agar mereka melaksanakan salat. Maka, aku mohon ya Allah, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka, dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan,
mudah-mudahan dengan anugerah-Mu itu mereka selalu bersyukur kepada-Mu. Ya Tuhan kami, Penolong kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa
yang kami sembunyikan dalam hati kami dan apa yang kami tampakkan
dalam bentuk perbuatan; dan kami yakin tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Mu, ya Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di
langit.
Ayat ini menerangkan saat Ibrahim a.s. akan kembali ke Palestina menemui istrinya Sarah, meninggalkan istrinya Hajar dan putranya Ismail yang masih kecil di Mekah, di tengah-tengah padang pasir yang tandus, tanpa ditemani oleh seorang manusia pun dan tanpa bekal untuk keluarganya yang ditinggalkan. Waktu itulah ia berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, mohon agar keluarganya itu dilindungi dan diselamatkan dari segala bahaya dan bencana yang mungkin akan menimpanya.
Ibrahim a.s. adalah nabi dan rasul yang diutus menyeru raja Namrudz, raja Babilonia dan rakyatnya, agar mereka mengikuti agama Allah. Setelah menerima siksaan, halangan, dan ancaman dari raja Namrudz dan pengikut-pengikutnya, Ibrahim meninggalkan Babilonia dan akhirnya menetap di Palestina, bersama istrinya Sarah dan pembantu istrinya seorang wanita yang bernama Hajar. Karena Sarah wanita yang mandul, maka Ibrahim a.s. tidak mempunyai seorang putra pun, sedang umurnya telah menginjak masa tua. Sekalipun demikian keinginannya untuk mempunyai seorang putra tetap merupakan cita-cita yang selalu diidam-idamkannya. Oleh karena itu, dinikahinya pembantu istrinya bernama Hajar itu setelah mendapat izin dan persetujuan dari Sarah. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang putra yang bernama Ismail dan dengan kelahiran itu pula, terkabullah cita-cita Ibrahim yang diingininya selama ini.
Kesayangan Ibrahim kepada putranya Ismail dan bertambah cintanya kepada Hajar menimbulkan rasa cemas dan iri hati pada diri Sarah. Cemas karena khawatir akan berkurang cinta Ibrahim kepadanya, dan iri hati karena ia sendiri tidak dapat memenuhi keinginan Ibrahim untuk memperoleh seorang putra sebagai penerus hidupnya, sedang pembantunya Hajar dapat memenuhi keinginan suaminya. Sarah menyampaikan perasaan hatinya itu kepada suaminya Ibrahim, dan meminta dengan sangat agar Ibrahim membawa dan menjauhkan Hajar dan putranya Ismail darinya. Dengan demikian, ia tidak lagi melihat kebahagiaan Hajar dan semakin bertambah dewasanya Ismail. Ibrahim dapat merasakan betapa dalam cintanya kepada Sarah. Ia pun khawatir kalau-kalau Sarah sedih jika permintaan itu tidak dikabulkan. Oleh karena itu, Ibrahim pun mengabulkan permintaan Sarah. Maka dibawanya Hajar dan putranya, Ismail yang masih kecil, berjalan mengikuti untanya tanpa mengetahui tujuannya, dalam keadaan iba dan terharu mengingat nasib yang akan dialami oleh istrinya dan putranya nanti. Dalam keadaan yang demikian, tanpa disadarinya, sampailah ia ke daerah yang asing baginya, suatu daerah yang terletak di antara bukit-bukit batu yang gersang, yang sekarang bernama kota Mekah.
Pada waktu itu, Mekah merupakan daerah dataran rendah padang pasir yang belum didiami oleh seorang manusia pun. Tidak ditemukan suatu sumber air. Menurut hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa di tempat itu terdapat sebatang pohon kayu, dan di bawah pohon itulah Ibrahim dan keluarganya berteduh dan melepaskan lelah dari perjalanan yang jauh dari Palestina sampai ke Mekah sekarang ini.
Setelah beberapa hari Ibrahim menemani Hajar dan putranya di tempat itu, ia pun teringat kepada istrinya Sarah yang ditinggalkannya di Palestina. Ingin kembali ke Palestina, ia tak sampai hati pula meninggalkan Hajar dan putranya. Dalam keadaan demikian, ia pun memutuskan akan kembali ke Palestina dan meminta persetujuan dari Hajar. Di waktu ia meminta persetujuan dan kerelaan hati Hajar, maka Hajar bertanya kepada Ibrahim, "Apakah Allah yang memerintahkan kepadamu agar aku ditempatkan di daerah sunyi lagi tandus ini?" Ibrahim menjawab, "Benar." Hajar menjawab, "Jika demikian, Dia (Allah) tidak menyia-nyiakan kita."
Maka berangkatlah Ibrahim ke Palestina, menemui istrinya Sarah dan meninggalkan istri dan putranya Ismail yang masih kecil di tempat itu, di tengah-tengah panas matahari membakar padang pasir, tanpa rumah tempat berteduh, dan perbekalan yang cukup, kecuali sekendi air untuk pelepas haus. Ketika Hajar dan putranya sampai kepada suatu tempat, yang waktu itu semua perbekalan dan air minum telah habis, putranya Ismail menangis kehausan, sedang air susunya tidak mengalir lagi. Ia bermaksud mencari air, dan ditidurkannya putranya di bawah pohon tempat ia berteduh. Ia pun pergi ke mana saja yang dianggapnya ada air, namun ia tidak menemukannya setetes pun. sehingga, tanpa disadarinya ia telah berlari-lari kecil pulang balik tujuh kali antara bukit Safa dan bukit Marwah, tetapi ia belum juga memperoleh air barang setetes pun. Maka dengan rasa sedih dan putus asa, ia kembali ke tempat putranya yang ditinggalkan. Waktu itu Ismail sedang menangis kehausan sambil memukul-mukulkan kakinya ke tanah. Hajar pun berdoa menyerahkan diri kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Dalam keadaan yang demikian, Ibrahim yang sedang melanjutkan perjalanannya ke Palestina, ingat akan istri dan putranya yang ditinggalkan dan nasib yang mungkin sedang dideritanya, karena diperkirakan makanan dan air yang ia tinggalkan telah habis. Lalu ia pun berdoa sebagaimana terdapat dalam ayat itu, "Wahai Tuhanku, aku telah menempatkan sebagian keturunanku, yaitu istri dan anakku Ismail, yang akan melanjutkan keturunanku, di lembah padang pasir yang tandus lagi gersang, di dekat tempat akan didirikan Kabah, rumah-Mu nanti, yang dihormati, yang Engkau akan melarang manusia mencemarkan kehormatannya, dan yang akan Engkau jadikan daerah sekitarnya sebagai daerah haram, yaitu dilarang di tanah itu berperang dan menumpahkan darah."
Doa Ibrahim dan istrinya Hajar itu dikabulkan Tuhan. Waktu itu juga, terpancarlah air dari tanah bekas pukulan kaki anaknya Ismail yang sedang menangis. Di saat itu pula, timbullah pada diri Hajar rasa syukur kepada Allah atas rahmat-Nya yang tiada terhingga, dan timbullah dalam hatinya harapan akan kelangsungan hidupnya dan putranya lalu diminumkannya air itu kepada putranya Ismail. Karena khawatir air itu habis dan lenyap kembali ke dalam pasir, maka ia mengumpulkan air itu dengan tangannya, seraya berkata, "Zam! Zam! (Berkumpullah! Berkumpullah!)" Dan terkumpullah air itu, tidak kering-kering sampai sekarang dan bernama Telaga Zamzam.
Dengan adanya Telaga Zamzam di tempat itu, banyaklah orang yang lewat meminta air ke sana. Tatkala Bani Jurhum melihat adanya sumber air di tempat itu, maka mereka minta izin kepada Hajar tinggal bersama di sana, dan Hajar pun mengabulkan permintaan itu. Sejak itu, mulailah kehidupan di daerah yang tandus itu, semakin hari semakin banyak pendatang yang menetap. Akhirnya timbullah negeri dan kebudayaan, sehingga daerah tersebut menjadi tempat jalan lintas perdagangan antara barat dan timur.
Setelah Ismail dewasa, ia menikah dengan salah seorang wanita Bani Jurhum, pendatang baru itu, yang kemudian menurunkan keturunan yang merupakan cikal-bakal penghuni negeri itu. Keturunan itu berkembang biak, mendiami negeri Mekah dan sekitarnya. Dari keturunan Ismail inilah nanti, lahir Nabi Muhammad di kemudian hari, sebagai nabi dan rasul Allah yang penghabisan.
Dalam ayat di atas, selanjutnya diterangkan bahwa Ibrahim a.s. berdoa kepada Tuhan agar memelihara keturunannya yang ada di Mekah, menjadi-kan mereka sebagai orang-orang taat mengerjakan salat, menghambakan dan menundukkan dirinya kepada Tuhan. Ia juga meminta agar Tuhan menjadi-kan hati manusia cenderung, cinta, dan kasih kepada keturunannya itu, diberi rezeki, dan didatangkan bahan makanan dan buah-buahan ke negeri yang tandus itu, karena di negeri itu tidak mungkin hidup tumbuh-tumbuhan yang diperlukan sebagai bahan makanan.
Doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah ﷻ Terbukti sejak dahulu hingga sekarang banyak manusia yang mengunjungi Baitullah untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah, serta melihat bekas peninggalan-peninggalan dan perjuangan Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya. Demikian pula banyak didatangkan ke bumi yang tandus itu pelbagai macam barang keperluan yang diperlukan penghuni negeri itu, seperti bahan makanan, buah-buahan, dan barang pakaian sampai barang mewah.
Penganugerahan karunia yang berlipat ganda itu ditegaskan dalam firman Allah swt:
Dan mereka berkata, "Jika kami mengikuti petunjuk bersama engkau, niscaya kami akan diusir dari negeri kami." (Allah berfirman) Bukankah Kami telah meneguhkan kedudukan mereka dalam tanah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) sebagai rezeki (bagimu) dari sisi Kami? Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (al-Qashash/28: 57)
Allah ﷻ menganugerahkan rezeki dan kekayaan yang banyak kepada penduduk dan negeri Arab itu agar mereka mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga Baitullah, melaksanakan perintah-perintah-Nya, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Dari ayat ini, dapat dipahami bahwa segala sesuatu yang diperoleh selama hidup di dunia ini, adalah untuk keperluan beribadah kepada Tuhan. Dengan hasil yang diperoleh itu, dapat disempurnakan pelaksanaan perintah-perintah Allah dan penghentian larangan-Nya, bukan semata-mata untuk kepentingan dan kesenangan diri sendiri.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 35
“Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim, “Ya Tuhanku! Jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan jauhkanlah akan daku dan anak-anakku daripada menyembah berhala-berhala."
Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad ﷺ memperingatkan kembali kepada kaum Quraisy itu bahwasanya yang memulai memancang negeri Mekah tempat mereka berdiam itu ialah nenek moyang mereka Nabi Ibrahim, Dari sebuah lembah yang belum ada penghuninya, sampai menjadi sebuah negeri besar. Dari keturunan Ibrahim itu, timbullah kaum Adnan, yang disebut Arab Musta'ribah, yang terjadi dari sebab perkawinan Isma'il anak Ibrahim dengan perempuan kaum Jurhum Kedua. Adnan itulah yang menurunkan dua cabang suku, yaitu Rabi'ah dan Mudhar. Mudhar inilah yang menurunkan Quraisy. Salah seorang dari turunannya ialah Qushai. Qushai inilah yang datang memperbaiki kembali Ka'bah dan memuliakannya. Dan dari keturunan Qushai inilah segala cabang per-sukuan Quraisy itu. Adapun maksud Ibrahim mendirikan negeri Mekah itu ialah karena hendak mendirikan sebuah rumah persembahan kepada Allah Yang Maha Esa, dan sunyi dari berhala. Sebab itu beliau memohonkan kepada Allah supaya anak-cucunya jangan sampai menyembah berhala-berhala itu. Dan didoakannya kepada Allah supaya negeri yang telah dibukanya itu aman sentosa. Merasa tenteramlah kiranya orang yang tinggal di sana. Jangan ada huru-hara, dan siapa yang masuk ke sana terjaminlah kiranya keselamatannya.
Ayat 36
“Ya Tuhanku! Sesungguhnya dia itu," —yaitu berhala-hala — “telah menyesatkan kebanyakan manusia."
Nabi Ibrahim yang telah banyak mengembara, sejak dari tanah kelahirannya di Babil, (negeri Irak sekarang), sampai ke Palestina, tanah yang dijanjikan Allah pula buat keturunannya, sampai ke Mesir, tempat dia mengawini Hajar, ibu Isma'il, dilihatnya di seluruh negeri itu betapa sesatnya manusia karena menyembah berhala, bahkan sampai beliau bertentangan dengan ayahnya sendiri dan dengan rajanya. Sekarang dibukanya negeri baru, lembah yang tidak ada tanam-tanaman itu, ialah karena hendak mendirikan sebuah daerah yang bersih daripada berhala, bersih dari yang menyesatkan manusia.
Nabi Ibrahim memunajatkan kepada Allah, menerangkan pengalamannya bahwasanya berhala itu telah banyak menyesatkan manusia. Padahal yang patut disembah adalah Allah; sedang berhala itu adalah alam ciptaan Allah jua. Manusia tersesat membesar-besarkan dan memuja barang yang dibikinnya dengan tangannya sendiri, sehingga dia tersesat dan terperosok dari jalan yang lurus, “Ash-Shirathal Mustaqim", kepada jalan lain yang membawanya hanyut ke dalam kesengsaraan. Nabi Ibrahim sejak semula telah meruntuhkan berhala di kampung halamannya sendiri, lalu ditinggalkannya sebuah, yaitu yang paling besar. Ketika dia ditanyai, dijawabnya bahwa yang meruntuhkan berhala kecil-kecil itu ialah berhala yang paling besar. Waktu itu kaumnya yang menyembah berhala itu menolak keterangannya, karena tidak masuk di akal mereka bahwa berhala yang tidak dapat bergerak itu akan berkisar dari tempatnya buat meruntuh kawannya yang kecil-kecil itu. Di sana saja sudah terang bahwa berhala telah menyesatkan kebanyakan manusia.
“Lantaran itu maka barangsiapa yang mengikut aku, sesungguhnya dia adalah dari golonganku." Dan yang masuk golonganku itulah hanya yang dapat aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan pendirian bertuhan Esa itulah yang dinamai agama Nabi Ibrahim yang harif, yaitu agama tauhid."Dan barangsiapa yang mendurhakai aku." Yakni yang mengubah pelajaran tauhid yang aku.pusaka-kan itu,
“Maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang"
Sebagai seorang di antara rasul yang besar, Nabi Ibrahim pun rupanya telah mendapat ilham dari Allah bahwa sepeninggalnya kelak akan ada penyelewengan dari anak-cucunya. Dan kemudian setelah Nabi Muhammad ﷺ. diutus Allah, beliau dapati agama harif Nabi Ibrahim telah dikotori dan dicampur-aduk dengan menyembah berhala. Nabi Ibrahim yang terkenal pengasih, penghiba, (Awwahun, Halimun) tidaklah mengutuk anak cucunya yang mendurhakai jalan yang ditinggalkannya yang diselewengkan itu, melainkan menyerahkannya kepada Allah, moga-moga Allah mengampuni, sebab Allah itu pun Maha Penyayang. Tanda ampun dan sayang Allah, maka diutus-Nyalah Nabi Muhammad ﷺ membawa kembali ajaran tauhid Nabi Ibrahim itu. Sesuai dengan doa Nabi Ibrahim yang ter-maktub dalam surah al-Baqarah ayat 129.
Ayat 37
“Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan itu, di dekat rumah-Moyang dihormati."
Ayat ini telah lebih menjelaskan lagi apa yang telah kita paparkan di penafsiran ayat 35 di atas sebagaimana dimaklumi, Ibrahim mempunyai dua cabang keturunan, yaitu keturunan Ishaq yang beranak Ya'qub dan Ya'qub beranak dua belas orang yang disebut Bani rsrail. Dikeluarkan oleh Musa dari penindasan Fir'aun, dan didudukkan di Palestina. Dan Isma'il, yang dibawa sendiri oleh ibunya yang tengah mengandungnya ke lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan itu, maka di sanalah Isma'il lahir ke dunia. Keturunan Isma'il itulah Arab Musta'ribah tersebut. Se-telah Isma'il mulai dewasa, dan setelah ujian Allah atas Ibrahim yang disuruh dalam mimpi menyembelih Isma'il, dan selamat terlepas dari ujian itu, maka datang perintah Allah kepadanya buat mendirikan Bait Allah, atau Ka'bah, berdua dengan anaknya itu. (Lihat al-Baqarah ayat 127). Setelah selamat pembangunan Ka'bah, Nabi Ibrahim menyatakan cita-citanya kepada Allah, moga-moga anak-cucunya yang ditinggalkannya di daerah yang baru dibangunnya itu."Ya Tuhan kami! Supaya kiranya mereka mendirikan shalat."
Moga-moga merekalah yang akan memulai meramaikan ibadah shalat di rumah yang suci itu, agar menjadi contoh teladan dari manusia yang akan datang berkumpul ke sana. Dan didoakannya pula, “Maka jadikanlah hati setengah dari manusia condong kepada mereka." Atau tertarik kepada mereka. Dan supaya kehidupan mereka terjamin di lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan itu, jangan sampai mereka sengsara karena buminya amat kering, dilanjutkan doanya oleh Nabi Ibrahim,
“Dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Moga-moga mereka sama bersyukur."
Telah dijelaskan di permulaan surah bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ diutus ialah hendak mengeluarkan manusia dari gelap kepada terang, menempuh jalan Allah Yang Mahagagah dan Maha Terpuji, maka ayat-ayat ini ialah dalam rangka memperlancar memberikan keterangan agar mereka keluar dari gelap. Di antara zaman Ibrahim dengan zaman Muhammad telah berlalu lebih kurang 2.300 tahun. Keturunan itu telah gelap dari asal mula mereka duduk di Mekah. Mereka hanya tahu, memang nenek moyang mereka Nabi Ibrahim, dan bahwa mereka didudukkan oleh Ibrahim di sana ialah untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Esa dan menjaga kesucian rumah yang dihormati dari berhala. Doa Nabi Ibrahimlah yang makbul, sehingga mereka tidak pernah kekurangan buah-buahan, meskipun negeri Mekah itu sendiri kering lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, dan sumur Zamzam tidak cukup airnya untuk mengaliri tanah tandus itu, dan sekelilingnya adalah gunung-gunung batu semuanya, namun dari daerah-daerah luar kota Mekah bertimbun buah-buahan, sayur-sayur dan makanan dibawa oleh petani-petani Badwi. Dan mereka sendiri, orang Quraisy dapat pula melebarkan sayap perniagaan ke Thaif dan Syam, ke Yaman dan ke ujung Selatan Tanah Arab. Doa Nabi Ibrahim berujung pula, yaitu moga-moga mereka bersyukur kepada Allah.
Ayat ini untukmenginsafkan orang Quraisy tentang kedudukan mereka yang mulia, dan patutlah mereka kembali kepada pokok ajaran itu dengan mengikuti ajaran Muhammad saw, bersyukur kepada Allah Yang Esa.
Sampai kepada zaman kita sekarang ini pun doa Nabi Ibrahim itu masih tetap dirasakan di negeri Mekah. Mekah sendiri tidak menghasilkan tumbuh-tumbuhan, tetapi di desa-desa Badwi luar Mekah, seperti di Wadi Fathimah, Wadi Usfan, Thaif dan lain-lain, terdapat Wadi atau Oaseyangadatelagadanadaair, danbanyak terdapat kebun-kebun. Hasil kebun-kebun itu diangkut orang ke Mekah. Sebelum Mekah mempunyai kendaraan modern sekarang ini, dengan unta diangkut orang makanan baru dan segar untuk makanan orang Mekah. Apatah lagi sekarang dengan adanya kendaraan bermotor, lebih cepatlah perhubungan. Buah anggur dan apel yang baru selesai dipetik pukul sembilan pagi, dari Libanon dan Suriah, kira-kira pukul 2 tengah hari telah sampai dengan kapal udara di Jeddah dan dibawa dengan mobil ke Mekah, dan pukul 5 sore sudah dimakan orang dengan segarnya.
Demikianlah juga doa Nabi Ibrahim yang satu lagi, yaitu supaya kiranya tertariklah hati manusia kepada mereka,yaitu sebagai jiran dan Bait Allah itu, maka meskipun jarak zaman Nabi Ibrahim dengan kita sekarang sudah kira-kira 4.000 tahun, namun doa itu tetap makbul. Tidak kurang dari 500 juta umat manusia di seluruh dunia ini yang senantiasa berniat, walaupun agak sekali dalam seumur hidup, dapat juga hendaknya bertawaf di sekeliling rumah itu, dan membawakan rezeki bagi jirannya.
Ayat 38
“Ya Allah kami! Sesungguhnya Engkaulah yang tahu apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan."
Dengan Engkau, ya Allah, kami tidak dapat menyimpan rahasia, karena tilik pan-dang-Mu menembus sampai ke dasar lubuk hati kami.
“Dan tidaklah ada yang tersembunyi pada Allah sesuatu pun di bumi, dan tidak pula di langit."
Ayat ini melukiskan keikhlasan Ibrahim dan anak-anaknya dalam berkhidmat kepada Allah. Sebab tauhid itu pun adalah ikhlas. Apa isi hati, itulah yang tampak keluar. Tetapi dengan Allah kita tidak dapat berahasia. Sedangkan isi langit diketahui Allah, apatah lagi hanya isi hati kita. Tauhid dan ikhlas itulah yang menyebabkan tidak mungkin mempersekutukan yang lain dengan Allah. Dan apabila manusia telah beroleh pendirian hidup (aqidah) tauhid dan ikhlas itu, kekayaan besarlah yang diberikan Allah kepadanya. Itulah jiwa yang telah keluar dari gelap dan menempuh terang, dan itulah hidup yang sejati. Maka hendaklah sepatutnya orang yang merasakan nikmat itu memuji Allah. Dan kepayahan Ibrahim, yang sejak muda remajanya sampai tua tidak henti-hentinya menegakkan kepercayaan tauhid itu di beberapa negeri, di Babil, di Palestina, Mesir dan Tanah Arab, dengan berbagai-bagai ujian dan cobaan, maka di hari beliau mulai tua, Allah memberinya nikmat sebagai penghargaan atas jasanya, yaitu dia diberi dua orang putra. Maka dengan rasa sangat terharu dilanjutkannya doanya dengan memuji Allah,
Ayat 39
“Segala puji-pujian adalah untuk Allah yang telah mengaruniai aku di kala aku telah tua, Isma'il dan Ishaq."
Dipujinya Allah dengan sepenuh-penuh puji, karena selalu dia mengharap keturunan yang akan menyambung cita-citanya, jangan sampai ajaran yang diberikan Allah itu putus sehingga dia saja, ada hendaknya anak dan keturunan yang akan menyambung. Permohonannya itu didengar dan dikabulkan Allah. Sebab itu disebutnya di lanjutan pujian,
“Sesungguhnya Tuhanku adalah mendengari akan doa “
Mekah sudah ramai, Ka'bah Bait Allah sudah tegak, dan anak Laki-laki pun sudah ada dua orang. Yang seorang akan mengembangkan bangsa Arabi dan yang seorang lagi akan mengembangkan bangsa Ibrani. Semuanya itu disyukuri oleh Ibrahim dengan hati yang sepenuh tulus dan ikhlas. Kemudian dilanjutkan doanya,
Ayat 40
“Ya Tuhanku! Jadikanlah aku pendiri shalat, dan (demikian juga) dari cucu-cucuku. Ya Tuhan kami! Perkenankanlah kiranya doaku."
Doa beliau agar dia menjadi pendiri shalat, telah makbul, dan doanya untuk anak-cucu dan keturunannya pun terkabul. Dari keturunan Ishaq muncullah berpuluh nabi-nabi dan rasul-rasul; termasuk Ya'qub, Yusuf, Musa, Harun, Yusya', Ilyasat, Ilyas, Zulkifli, Ayyub, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya dan Isa al-Masih dan lain-lain dari Anbiya Bani Israil. Dan dari keturunan Isma'il, datanglah penutup segala nabi, (khatimul anbiya'), dan yang istimewa dari segala rasul (sayyidil mursalin), Muhammad ﷺ.
Penutup doa Ibrahim amat lagi mengharukan,
Ayat 41
“Ya Tuhan kami! Ampunilah aku dan bagi kedua ibu bapakku, dan bagi orang-orang yang beriman, pada hari yang akan berdiri perhitungan."
Beliau, nenek nabi-nabi dan rasul-rasul memohon ampun kepada Allah entah ada ke-lalaian, entah ada kekurangan dalam memikul kewajiban selama itu, sebab dia manusia, ampuni pula ibu bapaknya kalau boleh, dan terutama lagi, ampunilah sekalian orang yang telah menegakkan kepercayaan kepada Engkau, ya Allah!—Siapa yang tidak akan terharu merenungkan ini—Bertambah tinggi martabat manusia, bertambah dia berendah hati di hadapan Allah. Patutlah kalau bagi kita kaum Muslimin dalam penutup shalat sama kita mohonkan shalawat dan barakah untuk Muhammad dan untuk Ibrahim!