Ayat

Terjemahan Per Kata
لَمۡ
tidak
يَكُنِ
ada
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنۡ
dari
أَهۡلِ
ahli
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
وَٱلۡمُشۡرِكِينَ
dan orang-orang musyrik
مُنفَكِّينَ
melepaskan/meninggalkan
حَتَّىٰ
sehingga
تَأۡتِيَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡبَيِّنَةُ
bukti nyata
لَمۡ
tidak
يَكُنِ
ada
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
كَفَرُواْ
kafir/ingkar
مِنۡ
dari
أَهۡلِ
ahli
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
وَٱلۡمُشۡرِكِينَ
dan orang-orang musyrik
مُنفَكِّينَ
melepaskan/meninggalkan
حَتَّىٰ
sehingga
تَأۡتِيَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡبَيِّنَةُ
bukti nyata
Terjemahan

Orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik tidak akan meninggalkan (kekufuran mereka) sampai datang kepada mereka bukti yang nyata,
Tafsir

Al-Bayyinah (Bukti yang Nyata)
(Tiadalah orang-orang yang kafir dari) huruf Min di sini mengandung makna penjelasan (kalangan ahlulkitab dan orang-orang musyrik) orang-orang musyrik artinya orang-orang yang menyembah berhala; lafal Musyrikiina di'athafkan kepada lafal Ahlilkitaabi (mau meninggalkan) agamanya; lafal Munfakkiina sebagai Khabar dari lafal Yakun; artinya mereka akan tetap memegang agama yang mereka peluk (sebelum datang kepada mereka) artinya sampai datang kepada mereka (bukti yang nyata) berupa hujah yang jelas, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad ﷺ
Tafsir Surat Al-Bayyinah: 1-5
Orang-orang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Qur'an), di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. Adapun yang dimaksud dengan Ahli Kitab adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani, sedangkan orang-orang musyrik adalah para penyembah berhala dan api.
baik dari kalangan bangsa Arab maupun bangsa Ajam (non-Arab). Mujahid mengatakan bahwa mereka tidak mau berhenti alias tidak mau meninggalkan agama mereka sebelum jelas bagi mereka perkara yang hak. Hal yang sama telah dikatakan oleh Qatadah dalam firman-Nya: sebelum datang kepadamereka bukti yang nyata. (Al-Bayyinah: 1) Yaitu Al-Qur'an ini. Untuk itu disebutkan oleh firman-Nya: Orang-orang kafir yakni Ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka,) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata. (Al-Bayyinah: 1) Kemudian bukti yang nyata ini ditafsirkan oleh firman selanjutnya: (yaitu) seorang rasul dari Allah yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan. (Al-Bayyinah: 2) Yakni Nabi Muhammad dan kitab yang dibacanya, yaitu Al-Qur'an yang mulia, yang telah tercatat di kalangan Mala'ul A'la di dalam lembaran-lembaran yang disucikan.
Seperti yang dikatakan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti. ('Abasa: 13-16) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus. (Al-Bayyinah: 3) Ibnu Jarir mengatakan bahwa di dalam lembaran-lembaran yang disucikan itu terdapat kitab-kitab dari Allah yang berharga. adil, lagi lurus; tiada suatu kesalahan pun di dalamnya karena ia dari sisi Allah subhanahu wa ta’ala Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: (yaitu) seorang rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan. (Al-Bayyinah: 2) Al-Qur'an dalam ayat ini disebutkan dengan sebutan yang terbaik dan dipuji dengan pujian yang terbaik.
Ibnu Zaid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang Iurus. (Al-Bayyinah: 3) Yakni yang Iurus lagi pertengahan. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al-Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. (Al-Bayyinah: 4) Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali Imran: 105) Yang dimaksud oleh ayat ialah menceritakan keadaan Ahli Kitab dari kalangan umat terdahulu.
Sesudah Allah menegakkan hujah dan bukti terhadap mereka, maka mereka bercerai-berai dan berselisih mengenai takwil yang dimaksud oleh Allah di dalam kitab-kitab mereka. Dan hal ini berakibat mereka bercerai-berai dan menjadi golongan yang banyak, sebagaimana yang disebutkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan melalui berbagai jalur, yaitu: ". Sesungguhnya orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Dan umat ini akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya di dalam neraka kecuali satu golongan. Para sahabat bertanya, "Siapakah mereka yang satu golongan yang selamat itu, wahai Rasulullah?" Rasulullah ﷺ bersabda: Yaitu golongan yang mengikuti apa yang dikerjakan olehku dan para sahabatku. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. (Al-Bayyinah: 5) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25) Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Dengan lurus. (Al-Bayyinah: 5) Yakni menyimpang dari kemusyrikan dan menuju kepada tauhid, sepetti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah tagut. (An-Nahl: 36) Dalam pembahasan yang lalu di tafsir surat Al-An'am telah diterangkan makna hanif ini dengan keterangan yang lengkap, hingga tidak perlu diulangi lagi dalam bab ini.
dan supaya mereka mendirikan shalat. (Al-Bayyinah: 5) Salat adalah ibadah badaniyah yang paling mulia. dan menunaikan zakat. (Al-Bayyinah: 5) Yaitu memberikan santunan dan kebaikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah: 5) Yakni agama yang tegak lagi adil, atau maknanya umat yang lurus lagi pertengahan. Banyak dari kalangan para imam seperti Az-Zuhri dan Asy-Syafii yang menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa amal perbuatan itu termasuk ke dalam iman.
Oleh karenanya disebutkan di dalam firman-Nya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Al-Bayyinah: 5)"
Orang-orang yang kafir dari golongan Ahli Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, dan orang-orang musyrik penyembah berhala tidak akan meninggalkan kekafiran mereka sampai datang kepada mereka bukti yang nyata. 2. Bukti yang nyata itu adalah Nabi Muhammad, seorang rasul dari Allah yang membacakan kepada mereka lembaran-lembaran yang suci. Itulah Al-Qur'an yang disucikan dari kebohongan dan kebatilan.
Dalam ayat ini, Allah mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad, yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani, dan orang-orang musyrik, tidak akan melepaskan kekufuran mereka, dan tidak mau meninggalkan tradisi nenek moyang mereka, sampai datang bukti nyata, yaitu diutusnya Nabi Muhammad.
Kedatangan Nabi ﷺ menimbulkan keguncangan dalam akidah dan adat istiadat yang telah berurat dan berakar dalam diri mereka. Mereka menyatakan bahwa apa yang dibawa oleh Nabi ﷺ tidak ada beda atau lebihnya dari apa yang terdapat dalam agama mereka. Dengan demikian, menurut mereka, tidak ada kebaikan mengikuti yang baru dengan meninggalkan yang lama, bahkan mengikuti yang lama lebih menenteramkan jiwa karena tidak bertentangan dengan sikap nenek moyang mereka.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-BAYYINAH
(BUKTI)
SURAH KE-98, 8 AYAT, DITURUNKAN DI MADINAH
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Pengasih.
Ayat 1
“Tidaklah orang-orang yang kafir dari Ahlul Kitab dan musyrikin itu." (pangkal ayat 1)
Kafir di sini ialah orang-orang yang menolak, tidak mau percaya, tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh Rasul ﷺ. Mereka itu terdiri dari kaum Ahlul Kitab, yaitu Yahudi dan Nasrani, dan kaum musyrikin yang menyembah berhala. Artinya tidaklah “Akan meninggalkan (pendirian mereka), sampai datang bukti kepada mereka." (ujung ayat 1)
Kaum Ahlul Kitab (Yahudi dan Nasrani), demikian juga musyrikin, baik yang berada di Mekah atau di luar Mekah, akan tetaplah memegang teguh pendirian mereka, kepercayaan yang mereka terima dari nenek moyang secara turun-temurun, sampai satu waktu datang kepada mereka keterangan yang penuh dengan bukti-bukti kebenaran.
Ayat 2
“(Yaitu) Rasul dari Allah." (pangkal ayat 2)
Yakni Nabi Muhammad ﷺ yang telah diutus Allah menyampaikan seruan kebenaran.
“Yang membacakan lembaran-lembaran yang suci."
(ujung ayat 2)
Lembaran-lembaran yang suci itu ialah tulisan-tulisan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah mulai ada pada waktu itu. Meskipun Nabi tidak pandai menulis dan membaca, namun ayat-ayat Allah itu telah beliau hafal sejak ia diturunkan, sehingga mudah bagi beliau membacakan di hadapan para sahabat.
Ayat 3
“Di dalamnya ada kitab-kitab yang lurus." (ayat 3)
Arti kitab-kitab di sini ialah peraturan atau perintah. Di dalam Al-Qur'an memang bertemu berbagai perintah yang disebut dengan kalimat “kutiba ‘alaikum", diperintahkan atas kalian. Di dalam lembaran suci itu termaktublah peraturan-peraturan seputar perintah dan larangan yang dipikulkan ke atas pundak manusia, untuk keselamatan mereka dunia dan akhirat. Peraturan itu lurus, tegas dan kukuh.
Kitab-kitab yang lurus, al-KutubuI Qayyimah itu ialah Al-Qur'an.
Makna urutan ketiga ayat ini ialah, bahwa Ahlul Kitab, Yahudi dan Nasrani, ditambah kaum musyrikin, memegang teguh pendirian mereka, tidak mau meninggalkan pendirian itu, tidak mau berkisar. Tetapi setelah datang keterangan dan bukti-bukti yang dibawa oleh Nabi ﷺ mulailah kepercayaan yang mereka pegang teguh itu berguncang.
Segala kepercayaan yang selama ini dipegang sebagai pusaka, laksana “barang larangan" yang tidak boleh dibongkar dan diotak-atik, semua sekarang telah mendapat tantangan besar. Wahyu yang dibawa oleh Muhammad mengetuk hati sanubari dan mengajak akal supaya berpikir. Itu semuanya membawa keguncangan. Di antara mereka tentu saja banyak yang ragu dengan apa yang mereka pegang teguh selama ini.