Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بَعۡدَ
sesudah
ذَٰلِكَ
demikian itu
دَحَىٰهَآ
Dia haparkannya
وَٱلۡأَرۡضَ
dan bumi
بَعۡدَ
sesudah
ذَٰلِكَ
demikian itu
دَحَىٰهَآ
Dia haparkannya
Terjemahan
Setelah itu, bumi Dia hamparkan (untuk dihuni).
Tafsir
(Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya) yakni dijadikan-Nya dalam bentuk terhampar, sebenarnya penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit, tetapi masih belum terhamparkan.
Tafsir Surat An-Nazi'at: 27-33
Apakah kalian yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancarkan-Nya dengan teguh, (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternakmu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, menyanggah orang-orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit, yaitu hari dihidupkan-Nya kembali semua makhluk sesudah fananya. yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) Sebagai jawabannya ialah tidak demikian, langitlah yang lebih sulit penciptaannya daripada kalian.
Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia. (Al-Mumin: 57) Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar. Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. (Yasin: 81) Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Allah telah membangunnya. (An-Nazi'at: 27) kemudian ditafsirkan atau dijelaskan oleh firman selanjutnya: Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya. (An-Nazi'at: 28) Yakni Allah telah menjadikannya tinggi bangunannya, tak terperikan ketinggiannya, lalu semuakawasannyaamat luas dihiasi dengan bintang-bintang di malam yang gelap gulita.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29) Yaitu Dia menjadikan malam harinya gelap dan siang harinya terang. Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna agtasya lailaha artinya menjadikan malamnya gelap gulita. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, dan Jamaah yang cukup banyak jumlahnya. dan menjadikan siangnya terang benderang. (An-Nazi'at: 29) Artinya, menjadikannya terang. Selanjutnya disebutkan: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30) yang hal ini diperjelas oleh firman berikutnya: Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31).
Dalam tafsir surat Ha Mim Sajdah telah diterangkan bahwa bumi diciptakan sebelum penciptaan langit, tetapi bumi baru dihamparkan sesudah langit diciptakan. Dengan kata lain, Allah subhanahu wa ta’ala baru mengeluarkan semua yang terkandung di dalam bumi dengan kekuasaan-Nya ke Alam wujud (setelah langit diciptakan). Demikianlah makna ucapan Ibnu Abbas dan yang lainnya yang bukan hanya seorang, kemudian dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayakku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah (yakni Ibnu Umar), dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal ibnu Amr dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna dahhaha, bahwa makna yang dimaksud ialah mengeluarkan mata airnya dan tetumbuhannya serta membelahjalan-jalan sungai-sungainya dan menjadikan padanya gunung-gunung, padang pasir, jalan-jalan, dan dataran-dataran tingginya.
Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30). Hal ini telah dijelaskan keterangannya sebelumnya. Dan mengenai firman Allah Swt: Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh. (An-Nazi'at: 32) Yakni menetapkannya, mengokohkannya, dan meneguhkannya di tempatnya masing-masing; dan Dia Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui, lagi maha Pengasih kepada makhluk-Nya dan Maha Penyayang. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Al-Awam ibnu Hausyab, dari Sulaiman ibnu Abu Sulaiman, dari Anas ibnu Malik, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Ketika Allah menciptakan bumi maka bumi berguncang, lalu Allah menciptakan gunung-gunung dan menempatkannya di atas bumi, maka bumi menjadi tenang.
Para malaikat merasa kagum dengan penciptaan gunung-gunung itu, lalu berkata, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada gunung-gunung ini? Allah subhanahu wa ta’ala menjawab, "Ya, ada, yaitu besi. Para malaikat bertanya "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada besi?" Allah menjawab, "Ya, api. Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat dari api?" Allah menjawab, "Ya, air.
Para malaikat bertanya, "Wahai Tuhan kami, apakah ada sesuatu dari makhluk-Mu yang lebih kuat daripada air? Allah menjawab, "Ya, angin." Para malaikat bertanya, "Apakah ada sesuatu yang lebih kuat daripada angin di antara makhluk-Mu, wahai Tuhan kami? Allah menjawab "Ya. anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya, lalu ia menyembunyikan dari tangan kirinya. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari ‘Atha’, dari Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang mengatakan bahwa ketika Allah menciptakan bumi, maka bumi berguncang dan berkata, "Engkau akan menciptakan Adam dan keturunannya di atas permukaanku; mereka akan melemparkan kepadaku kekotorannya dan menyegerakan aku dalam melakukan perbuatan-perbuatan dosa." Maka Allah memantapkannya dengan gunung-gunung; maka di antaranya ada yang dapat kamu lihat, dan di antaranya lagi ada gunung-gunung yang tidak dapat kamu lihat.
Dan permulaan tenangnya bumi adalah seperti daging unta yang telah disembelih, maka dagingnya kelihatan bergetar, kemudian diam. Tetapi atsar ini gharib sekali. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: (semua itu) untuk kesenangan kalian dan untuk binatang-binatang ternak kalian. (An-Nazi'at: 33) Yaitu penghamparan bumi, mata air-mata airnya yang dikeluarkan, semua sumber dayanya dikeluarkan darinya, sungai-sungainya dialirkan, tanam-tanaman, dan pepohonannya ditumbuhkan dan dikukuhkan dengan gunung-gunung agar bumi menjadi teguh dan tetap, tidak mengguncangkan makhluk yang ada di atasnya; semuanya itu sebagai kesenangan bagi manusia dan semua keperluan mereka dari hewan ternak yang mereka makan dagingnya dan mereka jadikan sebagai kendaraan selama diperlukan oleh mereka di dunia ini, sampai masa yang tertentu."
Dan setelah penciptaan langit itu bumi Dia hamparkan sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi manusia dan makhluk lainnya. 31. Dia hamparkan bumi dan darinya Dia pancarkan mata air dan Dia tumbuhkan tumbuh-tumbuhannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi makhluk hidup di sana.
Juga diterangkan bahwa Allah menjadikan bumi terhampar, sehingga makhluk Allah mudah melaksanakan kehidupan di sana. Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan bumi lebih dahulu, kemudian menciptakan langit, kemudian kembali lagi ke bumi dan menghamparkannya untuk kediaman manusia. Setelah menyiapkan tempat-tempat tinggal, maka Allah menyediakan segala sesuatu yang diperlukan manusia yaitu tentang makanan dan minuman, sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikutnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 27
Betapa pun tinggi pangkat, betapa pun kekayaan, betapa pun kekuasaan dan kerajaan, namun manusia tetaplah manusia, tidak ada artinya jika dibandingkan dengan kebesaran alam ini. Dalam usia yang singkat, rata-rata di bawah seratus tahun manusia mati, hilang ke dalam tanah, namun alam sekeliling masih tetap dalam kebesarannya. Dan ia adalah ciptaan Allah.
“Apakah kamu yang lebih sukai diciptakan, ataukah langit?"
Satu pertanyaan yang tepat sekali buat menginsafkan manusia dari kesombongannya; mana yang lebih sukar menjadikan manusia dari tanah, jadi darah, jadi mani, lalu dikandung dalam rahim sembilan bulan, lalu dia pun lahir, jika dibanding dengan menjadikan langit?
“Dia bangunkan dianya." (ujung ayat 27)
Ayat 28
“Ditinggikan-Nya letaknya; lalu disempurnakan-Nya dianya." (ujung ayat 28)
Dikatakan oleh Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir Juz ‘Amma-nya, “Bangunan itu menggabungkan sudut-sudut yang tersebar ke seluruh penjuru hingga jadi satu kesatuan, terikat demikian rapat dalam satu bangunan. Demikianlah Allah mengatur bintang-bintang. Sama sekali terletak di tempat yang teratur dan seimbang dalam hubungan di antara satu dengan yang lain. Semua berjalan di jalannya sendiri, sehingga dia pun menjadi satu padu dalam penglihatan. Diberi nama yang satu, yaitu langit, yang di atas kita."
Ayat 29
“Dan digelapkan-Nya malamnya."
Yaitu ketika bumi telah melalui putarannya yang tetap mengelilingi matahari, sedang matahari dalam garisnya sendiri pula. Maka setelah terbenamlah matahari itu ke ufuk Barat mulailah malam dan timbullah gelap.
“Dan diterangkan-Nya siangnya." (ujung ayat 29)
Maka beredarlah di antara malam dengan siang, menurut perputaran yang tetap dan teratur bumi itu mengelilingi matahari. Di malam hari terasa pembagian waktu sejak senja, lalu hilangnya syafaq yang merah, lalu larut tengah malam, parak siang dan fajar menyingsing dan mulai akan pergi, Siang harinya terasa permulaan pagi, waktu Dhuha, waktu tengah hari, waktu Ashar, petang hari dan senja. Jam demi jam, menit demi menit, bahkan detik demi detik berjalan dengan teratur.
Ayat 30
“Dan bumi itu pun sesudah itu, Dia datarkan (pula) dianya." (ayat 30)
Artinya, sesudah itu, yaitu sesudah Allah Ta'aala mengatur langit dengan ruang angkasanya, dengan cakrawalanya, maka Allah pun mulailah mendatarkan bumi. Mendatarkan bumi artinya bukanlah semata-mata datar, melainkan datar buat dapat didiami oleh manusia. Dengan memahamkan ayat ini dapatlah kita menyimpulkan bahwa Allah menciptakan terlebih dahulu keseluruhan alam dan kemudian dari itu baru menyediakan tempat bagi manusia dalam bumi. Jelas bahwa manusia ini lama kemudian baru diciptakan, setelah bumi didatarkan atau dihamparkan buat tempat diamnya, atau baru disediakan syarat-syarat bagi manusia buat dapat hidup di bumi itu.
Ayat 31
“Dikeluarkan-Nya daripadanya airnya."
Setelah melalui masa yang Allah saja yang tahu berapa lamanya, barulah bumi itu dapat mengeluarkan air yang teratur; dan dengan keluarnya air, keluarlah pula tumbuh-tumbuhan. Sebab itu di ujung ayat ditegaskan,
“Dan rumput-rumputnya." (ujung ayat 31)
Dengan adanya rumput-rumput yang tumbuh teratur karena teraturnya pula air, nyatalah bahwa hidup telah ada.
Ayat 32
“Dan gunung-gunung pun Dia pancangkan dianya." (ayat 32)
Dengan adanya gunung, teraturlah bumi menerima turunnya air hujan; ada yang menyelinap ke dalam bumi menjadi persediaan air beratus-beribu tahun, dan ada yang mengalir di kulit luar bumi menjadi sungai. Dan sungai adalah salah satu pangkal kebudayaan insani. Di tepi sungai yang besar- besar di dunia ini manusia mendirikan negara. Dan dia pun menuju ke laut lepas.
Ayat 33
“Bekalan bagi kamu dan bagi ternak-ternak kamu." (ayat 33)