Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
لَا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
beriman
بِٱلۡأٓخِرَةِ
kepada akhirat
لَيُسَمُّونَ
sungguh mereka menamakan
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ
malaikat
تَسۡمِيَةَ
nama
ٱلۡأُنثَىٰ
perempuan
إِنَّ
sesungguhnya
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
لَا
tidak
يُؤۡمِنُونَ
beriman
بِٱلۡأٓخِرَةِ
kepada akhirat
لَيُسَمُّونَ
sungguh mereka menamakan
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ
malaikat
تَسۡمِيَةَ
nama
ٱلۡأُنثَىٰ
perempuan
Terjemahan
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat benar-benar menamai para malaikat dengan nama perempuan.
Tafsir
(Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan) karena mereka telah mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.
Tafsir Surat An-Najm: 27-30
Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan. Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun tentang itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, mengingkari orang-orang musyrik karena mereka menamakan para malaikat dengan nama perempuan dan menganggap para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, padahal Mahatinggi Allah subhanahu wa ta’ala dari hal tersebut. Hal yang semakna disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mereka itu adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai orang-orang perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan dituliskan persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban. (Az-Zukhruf: 19) Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuan pun. (An-Najm: 28) Yakni mereka tidak mempunyai suatu pengetahuan pun untuk membenarkan apa yang mereka katakan (bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah), bahkan ucapan itu dusta, buat-buatan, palsu, dan kekufuran yang sengit.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan, sedangkan sesungguhnya persangkaan itu tiada berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. (An-Najm: 28) Yaitu tidak memberi manfaat sedikit pun dan tidak pula berdiri pada pihak yang benar. Di dalam kitab shahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Jangan sekali-kali kamu mempunyai buruk prasangka, karena sesungguhnya buruk prasangka itu merupakan pembicaraan yang paling dusta. Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala: Maka berpalinglah (wahai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami. (An-Najm: 29) Maksudnya, berpalinglah dari orang yang berpaling dari kebenaran, dan tinggalkanlah dia.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala: dan tidak mengingini kecuali kehidupan duniawi. (An-Najm: 29) Yakni sesungguhnya hal yang terpenting baginya dan batas jangkauan pengetahuannya hanyalah masalah duniawi saja. Dan hal tersebut merupakan tujuan yang tiada kebaikan padanya. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: Itulah sejauh-jauh pengetahuan mereka. (An-Najm: 30) Yaitu mencari keuntungan duniawi dan memburunya yang merupakan akhir dari tujuannya. Imam Ahmad telah meriwayatkan melalui Ummul Muminin Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Dunia ini adalah negeri orang yang tidak mempunyai negeri, dan harta bagi orang yang tidak mempunyai harta, dan hanya orang yang tidak berakallah yang menghimpun harta untuk kehidupan duniawi.
Di dalam doa yang masur telah disebutkan: Ya Allah, janganlah Engkau jadikan perhatian kami yang paling utama hanya tertuju kepada duniawi, janganlah pula sebagai batas yang terjauh dari pengetahuan kami. Firman Allah subhanahu wa ta’ala: Sesungguhnya Rabbmu, Dialah yang paling mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia pulalah yang paling mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (An-Najm: 30) Yakni Dialah Yang menciptakan semua makhluk dan alam semesta ini dan Yang mengetahui semua kemaslahatan hamba-hamba-Nya.
Dan Dialah Yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Yang menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semuanya itu berkat kekuasaan-Nya, pengetahuan-Nya, dan kebijaksanaan-Nya; Dia adalah Tuhan Yang Mahaadil yang tidak pernah zalim selama-lamanya dalam syariat-Nya dan juga dalam takdir yang ditetapkan-Nya.
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, yaitu orang musyrik penyembah berhala, mereka benar-benar menamakan para malaikat dan menyifati mereka dengan nama dan sifat pe-rempuan. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah. 28. Orang-orang musyrik itu hanya menuruti keinginannya saat me-nyatakan bahwa para malaikat itu adalah putri-putri Allah, dan mereka tidak mempunyai ilmu yang mendasari keyakinannya tentang hal itu. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti dugaan yang hanya berdasar hawa nafsu, dan sesungguhnya dugaan yang tidak didukung kenyataan atau ilmu itu tidak berfaedah sedikit pun terhadap kebenaran. Karena itu, dugaan demikian tidak dapat dijadikan sebagai dasar dalam keyakinan agama.
Allah ﷻ menerangkan bahwa orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhirat dan apa-apa yang terjadi di alam akhirat sebagaimana yang telah disampaikan para rasul; mereka itu menambah kekafiran dengan kebodohan perkataan mereka yang menganggap bahwa malaikat itu adalah anak perempuan Tuhan (Mahasuci Allah dari apa yang mereka katakan). Allah ﷻ mencap orang-orang yang seperti itu sebagai orangorang yang tidak beriman dan sebagai isyarat bahwa perkataan mereka telah sampai kepada batas kekejian yang tidak mungkin berasal dari orang yang percaya adanya hisab dan pembalasan. Perkataan mereka itu mengandung dua dosa: Yaitu pengakuan bahwa Tuhan mempunyai anak, dan bahwa anak Tuhan yang mereka katakan itu perempuan, dengan pengakuan yang demikian itu mereka merasa bangga telah melebihi Tuhan, karena mereka mempunyai anak laki-laki.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DAKWAAN KAMU HANYA SANGKAAN
Ayat 27
“Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman dengan hari akhirat itu, mereka beri namalah malaikat-malaikat itu dengan nama perempuan"
Kalau pada ayat-ayat yang terdahulu dikatakan bagaimana orang jahiliyyah itu memberi nama kepada berhala, ada yang bernama al-Laata, ada yang bernama al-Uzza dan Manaata, dan semuanya itu mereka katakan bangsa perempuan maka dalam ayat ini disebutkan pula kepercayaan mereka kepada malaikat. Mereka pun ada percaya kepada malaikat tetapi malaikat itu pun mereka katakan bahwa mereka itu adalah perempuan.
Pada ayat yang selanjutnya ditegaskan bahwa itu cuma semata prasangka,
Ayat 28
“Dan tidaklah ada bagi mereka itu ilmu padanya."
Ditegaskan dalam ayat ini bahwasanya dalam hal yang demikian yaitu menetapkan malaikat sebagai perempuan."Tidak ada yang mereka ikuti melainkan persangkaan belaka," persangkaan ialah sesuatu khayatan yang timbul dalam hati, tetapi tidak beralasan. Seumpama orang yang melihat awan berarak di pinggir gunung sangat indahnya lalu dia berkhayat bahwa dalam awan yang berarak
itu ada anak bidadari. Ada pula orang lain yang melihat awan itu sebagai seorang orang tua yang sedang duduk tafakur. Kian lama hilanglah rupa orang tua itu berganti dengan rupa seorang gadis cantik, lama-lama dia berubah menyerupai burung raksasa yang terbang tinggi dan semuanya itu adalah tambahan belaka daripada khayatnya dan tidak ada dalam kenyatan, padahal inilah yang dijadikannya pokok pedoman dalam hidup.
Padahal nyatalah bahwa semuanya itu hanya khayat (bayangan) belaka dan tidak kelihatan oleh orang lain. Sebab itu maka dinyatakan dalam lanjutan ayat,
“Dan sesungguhnya persangkaan itu tidaklah mencukupi untuk menegakkan kebenaran sedikit jua pun"
Prasangka yang demikian tidaklah dapat dijadikan pegangan dalam beragama. Selanjutnya Allah berfirman,
Ayat 29
“Maka berpalinglah engkau daripada orang yang telah berpaling daripada peringatan Kami."
“Dan tidak ada yang mereka inginkan kecuali kehidupan dunia."
Ini adalah terkaan yang tepat dari Allah. Orang-orang yang mengatakan bahwa al-Laata, al-Uzza dan Manaata sebagai Tuhan atau yang mengatakan bahwa malaikat Allah itu semua adalah perempuan, telah dijelaskan bahwasanya pendirian mereka hanya pada prasangka. Atau paham yang masih ragu-ragu tetapi dicoba meyakinkan diri sendiri. Maksud yang utama bukanlah membawa pengajaran bagi keselamatan manusia dunia dan akhirat, melainkan semata-mata karena
“guru-guru" yang membawakan ajaran itu untuk kemegahan dunia, ingin menipu orang banyak dengan ajarannya yang kacau, dan orang banyak yang dapat dipengaruhi itu pun umumnya ialah orang yang masih kosong dari ajaran sejati.
Di negeri kita Indonesia sendiri pun banyaklah terdapat orang-orang yang membuat aliran kepercayaan, yang mengakui dengan mulutnya bahwa dia pun masih percaya kepada Allah Yang Maha Esa, padahal dia menolak segala macam agama apa pun. Mereka mengatakan percaya kepada Allah yang Maha Esa, tetapi tidak mau percaya kepada kerasulan Nabi Muhammad, kadang-kadang guru dari kepercayaan itu pun mengaku pula bahwa dia mendapat wahyu cakraningrat dari Allah. Dia mengatakan bahwa dia mendapat kaweruh dan entah apa lagi dari suatu tempat suci dan keramat di atas gunung atau di rimba sunyi dan mereka pun berani meminta kepada pemerintah agar Pemerintah Republik Indonesia memperlakukan mereka pula sebagai perlakuan kepada agama yang sah!
Ayat 30
“Cuma demikianlah yang dapat mereka capai daripada ilmu."
Selebihnya tidak akan ada lagi. Kalau ada pengajaran yang mereka keluarkan, tidak lain daripada menghesta kain sarung, berputar, berbelit, hanya ke situ dan ke situ saja karena memang tidak ada dasarnya selain prasangka. Orang mesti bodoh lebih dahulu dan tidak berpikir yang teratur, baru dapat ditarik kepada pengajaran yang demikian.
“Sesungguhnya Tuhan engkau, Dialah Yang Maha Mengetahui tentang siapa yang sesat daripada jalan-Nya dan Dia pulalah yang lebih tahu siapa yang mendapat petunjuk."
Dalam ayat ini diberi ketegasan kepada manusia bahwa Allah-!ah yang lebih mengetahui siapa di pihak yang tersesat dan siapa yang mendapat petunjuk. Dalam hal ini orang yang telah berpegang teguh dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ tidaklah perlu ragu atau kurang yakin dengan kebenaran yang dibawa oleh beliau ﷺ Sebab sejak dari permulaan surah, sejak dari ayatnya yang pertama Allah telah memberikan ingat bahwasanya Rasulullah ﷺ tidaklah bertindak sendiri di dalam menyampaikan kata. Bukanlah hawa nafsunya yang diperturutkannya, melainkan wahyulah yang jadi tuntunan baginya dalam menyampaikan dakwahnya. Sebab itu Allah akan memberikan petunjuk kepada barang-siapa yang Dia kehendaki dan mendatangkan kesesatan kepada barangsiapa yang Dia kehendaki. Yang teramat penting bagi seorang yang telah mengaku dirinya beriman ialah keteguhan iman itu dan percaya bahwasanya Allah tidaklah akan meninggalkan hamba-Nya dalam keadaan terlantar, tidak ada bimbingan dan tuntunan.
Ayat 31
“Dan kepunyaan Allah-tah apa yang berada di langit yang banyak itu dan apa yang berada di bumi."
Ayat ini menimbulkan keteguhan dalam hati orang yang telah beriman, bahwasanya seluruh kekuasaan yang berada di semua langit dan yang berada di sekitar bumi ini, adalah mutlak bagi Allah belaka. Tidak ada kekuasaan lain yang dapat menandingi kekuasaan dan kebesaran Ilahi. Sementara waktu manusia boleh membangga dengan kekuatannya, yaitu apabila dia telah lupa batas kekuasaan yang ada pada dirinya, sehat menunggu sakit, muda menanti tua, kaya menunggu miskin.
“Karena akan diberi ganjanan orang-orang yang … … apa yang mereka key akan. Dan dibeli ganjaran pula orang-orang yang berbuat baik dengan kebaikan pula."
Ayat ini memberi pedoman hidup yang jadi pegangan bagi orang yang beriman. Yaitu bahwasanya orang yang durjana, yang hidupnya tidak tentu arah dan tidak mempunyai tujuan yang baik, akhirnya pastilah tidak akan selamat. Jalan salah yang telah ditempuh, kesudahannya pun kesalahan juga. Ibarat berhitung; kalau sudah salah menuliskan angka, dalam menuliskan perhitungan, jumlahnya akan tetap salah juga.
“Satu dua tiga enam, ditambah satu jadi tujuh, Buah delima yang ditanam, tidak berangan yang akan tumbuh."
Artinya satu ditambah dua dan ditambah lagi dengan tiga, pastilah enam jumlahnya. Dan jika ditambah satu lagi, pastilah tujuh jumlahnya. Tetapi heranlah kita, kalau sekiranya yang ditanamkan delima dan delima itu manis, tiba-tiba buah berangan yang tumbuh dan buah berangan itu adalah buah yang pahit. Tidaklah mungkin akan terjadi demikian. Oleh sebab itu maka orang yang beriman disuruh meyakini akan kebenaran tujuan hidupnya, jangan susah dan jangan berputus asa, sebab dalam segala perjuangan hidup tidaklah akan bertemu kemudahan saja. Jalan yang kita tempuh bukanlah laksana jalan raya yang ditaburi kembang yang harum saja. Tiap-tiap jalan lurus yang akan kita tegakkan, pastilah meminta pengorbanan dan kesabaran. Karena apabila jalan yang tersesat yang tertempuh, karena bosan dengan jalan yang baik, sebab terlalu banyak cobaannya maka jalan durjana yang ditempuhkan sangat lebih tidak senang lagi, dia menumbuhkan racun dalam jiwa kita sendiri.
Siapakah yang tahan dan teguh hati menempuh jalan yang benar? Ayat selanjutnya mengatakan,
Ayat 32
“(Yaitu) orang-orang yang menjauh dari dosa-dosa yang besar dan yang keji-keji."
Dosa-dosa yang besar ialah mempersekutukan Allah dengan yang lain, berkata tentang Allah tetapi tidak dengan pengetahuan, lancang memperkatakan soal-soal agama, padahal ilmu tentang itu tidak ada. Itu semuanya adalah termasuk dosa yang besar. Adapun yang keji-keji adalah yang menyakiti orang lain dan merusakkan budi pekerti, sebagai mencuri harta kepunyaan orang lain, berzina, membunuh sesama manusia. Ini termasuk yang keji. Dalam ayat diberikan tuntunan agar kita jangan terperosok kepada dosa yang besar dan yang keji-keji itu, yaitu menjauhi. Jangan mendekati. Yang terang sekali ialah dari hal berzina; sampai di dalam Al-Qur'an dikatakan,
“Janganlah kamu dekati akan zina karena dia itu sangatlah keji dan jalan paling jahat." (al-Israa': 32)
Disuruh kita menjauhinya karena kalau sudah dekat kepadanya, sangatlah sukar melepaskan diri. Sebab itu maka duduk berkhal-wat dengan perempuan, sangatlah dilarang, kalau bukan dengan istri sendiri. Karena sudah berdekat, samalah artinya dengan mendekatkan minyak bensin dengan api menyala, sehingga dapatlah kita mengerti bahwa di dekat tangki bensin, janganlah kita merokok.",Kecuali yang sepintas lalu," yaitu dosa kecil yang datang selintas lalu tak sengaja. Misalnya tergiur mata melihat perempuan cantik. Sebab itu Rasulullah ﷺ melarang kita mengikuti pandangan pertama dengan pandang kedua. Yang sekiranya seorang laki-laki yang sehat badannya tidak tergerak hatinya melihat perempuan cantik dengan liuk lenggangnya. Bertanyalah kita apakah laki-laki itu tidak ada nafsu kelaki-lakiannya. Sebab itu semata tergiur melihat perempuan cantik, bernamalah sepintas lalu, yang dalam ayat ini disebut lamam. Kalau hanya semata-mata begitu tidaklah diambil berat, masih bisalah dimaafkan. Sebagaimana gurindam orang Melayu: “Hati bolehlah ditahan, tetapi mata tidak dapat didinding. Didinding pun dengan telapak tangan, namun di sela jari pun dia melihat juga."
Sebab itu sebelum dia jadi dosa, yang mulai akan berat, jika kelihatan yang begitu, palingkanlah penglihatan kepada yang lain. Menurut pepatah Melayu juga, “Mata palingan Tuhan, hati palingan seta n!'"Sesungguhnya Tuhan engkau adalah amat luas ampunan-Nya." Tidaklah Allah akan memandangnya sebagai suatu dosa, kalau hanya sekadar sepintas lalu tak sengaja. Itu sebabnya maka manusia disuruh menjauhi zina sebab kalau sudah terdekat susah buat membebaskan diri."Dia lebih tahu tentang keadaan kamu ketika kamu ditimbulkan-Nya dari bumi." Asal dari bumi dan akan kembali lagi ke bumi. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwasanya manusia itu diberi Allah dua macam syahwat yang jadi jaminan dari hidupnya dan jadi jaminan pula dari kekalnya di dunia ini. Pertama syahwat perut hendak makan. Tidak ada manusia yang tidak lapar kalau tidak dapat makan. Sebab itu dia mesti makan. Kalau dia tidak makan dia pasti mati. Sebab itu maka makan adalah suatu keharusan dari hidup. Sebab itu carilah harta yang halal. Itulah gunanya agama, memberi ajaran kepada manusia mencari makan dari yang halal. Dan yang kedua, manusia pun mempunyai syahwat faraj. Dalam bahasa modern yang diciptakan oleh Sigmund Freud, disebut nafsu seks. Nafsu seks ini diadakan Allah agar manusia mempunyai keturunan. Kalau orang tidak berhubungan seks lagi, niscaya habislah manusia dari muka bumi ini. Sebab itu nafsu seks tidak dihalangi, asal saja orang berkawin bernikah. Dalam agama Islam dibolehkan bernikah berempat, asal saja orang merasa akan sanggup adil. Bahwa nafsu seks itu menyebabkan tertarik dan tergiurnya laki-laki melihat perempuan dan menjadikan bagian-bagian dari tubuh perempuan itu menarik nafsu laki-laki. Lalu datanglah aturan agama melarang hubungan zina, melarang persetubuhan yang tidak menurut peraturan agama.
Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah lebih tahu keadaan manusia. Manusia yang normal, yang badannya sehat tertarik oleh kecantikan perempuan. Semata tertarik saja bernama sepintas lalu, bernama tomam.Tertarikyangbegini dimaafkan dan hati-hatilah menjaga supaya aturan Allah jangan sampai terlanggar."Dan ketika kamu masih janin dalam perut ibu kamu." ialah bahwa sejak jadi janin atau masih jadi bayi dalam kandungan ibu, atau tatkala masih anak orok, di kala masih di dalam kandungan itu sendiri pun telah ditentukan akan jadi anak laki-laki atau akan jadi anak perempuan. Ketentuan dalam kandungan ibu itulah yang akan menentukan tugasnya sebagai manusia setelah lahir ke dunia esok."Sebab itu janganlah kamu membersihkan diri," janganlah mengatakan bahwa engkau sebagai seorang laki-laki tidak tertarik kepada perempuan dan engkau sebagai perempuan tidak mengharapkan kedatangan seorang laki-laki akan jadi teman hidupmu! Jangan mendustai diri sendiri!
“Dia pun lebih tahu siapa yang bertakwa."
Maka dapatlah dipahamkan bahwasanya bertakwa, bukanlah melarang orang beristri. Nabi Muhammad ﷺ sendiri sangat menentang sahabat-sahabat beliau yang hendak bertindak melebihi dari kesanggupannya. Sampai ada yang berniat hendak puasa terus-menerus setiap hari dan ada yang berniat tidak hendak kawin-kawin lagi, sebab mereka merasa dengan cara demikianlah baru berhasil membersihkan diri. Hal ini dibantah oleh Rasulullah saw,, sebagaimana telah pernah kita uraikan pada tafsir Juz 8. Maka marilah bertakwa dan kawinlah, marilah makan dan carilah yang halal.
Maka tersebutlah di dalam riwayat, bahwasanya seorang sahabat Nabi ﷺ, yaitu Sayyidina Anas bin Malik, bekas pembantu rumah tangga Rasulullah ﷺ yaitu ke masjid di waktu Dhuha, di tengah jalan kelihatan oleh beliau seorang perempuan sedang melenggang dengan ayunan langkah yang indah, sehingga beliau tertegun melihatnya. Tetapi baru saja mata hendak melihat lama, beliau pun insaf lalu segera membaca astaghfirullah dan langsung meneruskan perjalanan ke dalam masjid Madinah. Sedang Sayyidina Utsman bin Affan, Khalifah ketiga dan Rasulullah ﷺ mulai duduk di hadapan sahabat-sahabat Nabi ﷺ yang hidup dalam keutamaannya. Baru saja Anas bin Malik hendak duduk, berkatalah Khalifah Utsman,
“Aku melihat ada bekas zina pada matamu, hai Anas!"
Dengan tercengang dan penuh kejujuran Anas bertanya,
Adakah wahyu lagi sesudah Rasulullah, ya Amirul Mukminin?"
Dengan tersenyum Khalifah menjawab bahwa beliau bukan menerima wahyu, sesudah Rasulullah ﷺ wafat wahyu tidak turun lagi. Beliau mengatakan bahwa ini adalah semata-mata firasat yang diberikan Allah kepada beliau.
Maka mengakulah Anas bin Malik dengan terus terang bahwa ketika akan masuk ke dalam masjid, dia melihat perempuan berjalan dengan lenggang-lenggok yang menggiurkan. Tetapi belum lama dia menengok, dia pun sadar lalu membaca astaghfirullah!
Cerita ini saya baca di dalam kitab Ma-darijus Salikin. Dia memberikan kesan pada kita tentang hadits Nabi ﷺ yang berbunyi,
“Awaslah kamu akan firasat orang yang beriman karena dia memandang dengan nur Allah."
Kesan kedua ialah kejujuran Anas bin Malik karena segera dia memalingkan muka kepada yang lain dan diiringi dengan mengucapkan istighfar, memohon ampun, karena dia telah bertemu dosa sepintas lalu atau lamam.
Di sini kita pun mendapat kesan yang mendalam sekali tentang kedua sahabat Rasulullah yang ada dalam diri Utsman bin Affan, Baru saja Anas masuk ke dalam majelisnya dia sudah melihat berkata nur iman yang ada dalam dirinya bahwa bekas zina kelihatan pada mata Anas bin Malik. Dan Anas bin Malik pun sebagai orang beriman yang jujur tidak membantah perasaan Utsman itu malahan bertanya, apakah sesudah Rasulullah ﷺ meninggal dunia masih ada wahyu turun. Utsman pun menjawab bahwa soal ini bukanlah soal wahyu, melainkan soal cahaya dari iman. Dan Anas pun mengaku bahwa memang matanya tergiur melihat leng-gang-lenggok perempuan cantik, namun dia segera mengucapkan astaghfirullah, memohon ampun kepada Allah atas matanya yang tertarik melihat lenggok itu, dan dengan demikian selesailah soal. Maka bukanlah Anas membela diri lalu berbuat dusta, karena berdusta pun akan menambah kesalahannya juga. Dan terkenallah Anas dalam kehidupannya sebagai seorang yang shalih dan dapat dijadikan teladan dalam sepak terjang dan tingkah lakunya.
Kita pun sebagai Muslim yang jujur akan mengakui terus terang bahwa mata kita pun tidak akan tertutup melihat yang cantik, apatah lagi di zaman seperti sekarang ini, di mana tubuh perempuan kembali terbuka, rasa malu sudah habis, sehingga perempuan lebih suka mempertontonkan dirinya daripada menjaga auratnya. Maka kalau sekiranya salah lihat sedikit sudah dosa, dan salah keluh sedikit sudah dosa, salah tegur sudah dosa, ba-gaimanakah lagi akan dapat hidup di tengah-tengah alam seperti ini.
Ibnu Katsir seperti kita uraikan tadi, mengatakan bahwa lamam ialah dosa-dosa kecil dan pekerjaan remeh.
Menurut sebuah hadits yang dirawikan oleh al-lmam Ahmad yang beliau rawikan daripada Abdurrazaq, dan beliau ini menerima dari Ma'mar dan beliau menerima daripada Ibnu Thawus, dan Ibnu Thawus ini menerima daripada ayahnya sendiri, dan beliau ini menerima dari Ibnu Abbas. Bahwa Ibnu Abbas mengatakan, “Tidak ada saya melihat perumpamaan yang tepat untuk arti al-Lamam itu melainkan yang saya dengar dari Abu Hurairah, yang diterimanya daripada Nabi ﷺ dan beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah Ta'aala apabila telak menuliskan nasib seorang anak Adam akan terbentur kepada zina, pastilah akan ditemuinya. Tak dapat tidak! Zina mata ialah memandang, zina lidah bercakap, dan zina nafsu ialah mengangankan dan menginginkan, dan alat kelamin sendiri mengvyakan atau mendustakan." (HR Imam Ahmad)
Ibnu Jarir menyatakan pendapat begitu juga. Dia berkata, “Aku menerima hadits dari Muhammad bin Abdul A'laa, dia menerima riwayat dari Abu Tsaur dan dia menerima riwayat dari Ma'mar, dan dia ini menerima riwayat dari al-A'masy, dia ini menerima dari Abduh Dhuhaa, dari Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud ini berkata,
“Zina mata melihat, zina mulut mencium, zina tangan memegang, zina k aki berjalan maka kemaluannya akan membenarkan yang demikian atau mendustakannya. Jika dia memberanikan dirinya lalu mempergunakan farajnya (alat kelaminnya) menjadi berzinalah dia di waktu itu. Kalau tidak sampai, itulah dia yang al-Lamam." (HR Ibnu Jarir)
Abdurrahman bin Nafi' yang memakai nama lain yang lebih terkenal, yaitu Ibnu Labbabah ath-Thaifi berkata bahwa dia pernah menanyakan kepada Abu Hurairah apa arti al-Lamam. Beliau ini memberikan jawaban,
“Al-Lamam ialah sampai mencium, sampai memandang jenuh, berolok-olok sampai meraba dan memegang. Tetapi kalau khitan sama khitan telah beradu, waktu itulah mandi dan itulah yang zina."
Yang akan membaca tafsir ini adalah orang-orang dewasa, yang tambahan ilmunya bukan buat menjadikannya tersesat. Sungguhpun begitu kita salinkan pula pandangan lain tentang arti al-Lamam.
Menurut keterangan Ibnu Thalhah yang diterimanya dari Ibnu Abbas, arti al-Lamam ialah dosa yang telah terlanjur (bukan dosa sepintas lalu).
Mujahid mengartikan al-Lamanr, telah terlanjur berbuat dosa namun dia segera bertobat daripadanya.
Tentu saja dengan rasa hormat setinggi-tingginya kita menyambut apa yang diucapkan oleh Abu Hurairah dan kita pun percaya bahwa beliau tidaklah akan sampai berbuat sebagai yang beliau katakan itu. Tetapi kalau kiranya pendapat beliau tentang apa yang dikatakan al-Lamam, sampai mencium, meraba, meme-gang, bahwa semuanya itu masih terhitung dosa kecil, maka bagi orang yang imannya masih berkurang-kurang amatlah mudah mereka salah memahamkannya. Karena kita tahu bahwa zina tidaklah hanya sekadar menyinggung-nyinggung, mencium, meraba-raba, tetapi yang demikian itu adalah permulaan saja dari suatu perzinaan. Nabi Muhammad ﷺ bertanya kepada salah seorang sahabatnya, apakah dia sudah kawin. Sahabatnya menjawab bahwa dia telah kawin dengan seorang janda. Lalu beliau bersabda,
“Mengapa tidak engkau pilih yang perawan saja supaya dia bermain-main dengan engkau dan engkau pun bermain-main dengan dia."
Tegasnya ialah bahwa tidak ada orang yang langsung saja berzina dengan tidak bermain-main lebih dahulu. Itu pula sebabnya maka Rasulullah ﷺ melarang mendekati zina."Mendekati" ialah dari bermain-main itu, pan-dang-memandang, senyum-bersenyum, raba-meraba. Kalau sekiranya yang dimaksud dengan al-Lamam hanya sekadar demikian, nafsu laki-laki akan terjerumus kepada zina karena memandang bahwa semata meraba-raba, menyinggung-nyinggung dianggap dosa kecil saja.
Sebab itu kita lebih condong kepada mengartikan al-Lamam dengan terlanjur. Terlanjur berbuat dosa yang besar itu, entah sampai berzina, lalu insaf dan tobat. Entah sampai terlanjur mencuri barang orang lain, lalu menyesal dan tobat, dan berjanji tidak akan berbuat lagi. Terlanjur meminum minuman yang memabukkan, lalu timbul penyesalan, lalu tobat dan tidak berbuat lagi.
Orang tobat seperti inilah yang akan diterima tobatnya oleh Allah. Sebab Allah itu amat luas maghfirah dan ampunan yang Dia anugerahkan kepada hamba-Nya yang terlanjur. Sebab, Allah itu lebih mengetahui dari asal kejadian manusia, yaitu dari tanah yang berarti lemah di dalam menghambat dorongan hawa nafsunya.
Kita lebih condong kepada paham yang kedua, bahwasanya arti al-Lamam ialah terlanjur berbuat dosa. Karena ketika itu orang tidak dapat mengendalikan diri lagi. Di dalam kitab kamus disebut tentang al-Lamam,
“Arti alLamam ialah gila yang ringan atau sesudut dari gila yang membuat manusia terlanjur mendekati dosa tetapi tidak sampai terperosok; dosa kecil." (Lihat al-Munjid)