Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
صَرَفۡنَآ
Kami hadapkan
إِلَيۡكَ
kepadamu
نَفَرٗا
golongan/rombongan
مِّنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
يَسۡتَمِعُونَ
mereka mendengarkan
ٱلۡقُرۡءَانَ
Al Qur'an
فَلَمَّا
maka tatkala
حَضَرُوهُ
mereka menghadirinya
قَالُوٓاْ
mareka berkata
أَنصِتُواْۖ
diamlah kamu
فَلَمَّا
maka tatkala
قُضِيَ
telah selesai
وَلَّوۡاْ
dan mereka kembali
إِلَىٰ
kepada
قَوۡمِهِم
kaumnya
مُّنذِرِينَ
orang-orang yanng memberi peringatan
وَإِذۡ
dan ketika
صَرَفۡنَآ
Kami hadapkan
إِلَيۡكَ
kepadamu
نَفَرٗا
golongan/rombongan
مِّنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
يَسۡتَمِعُونَ
mereka mendengarkan
ٱلۡقُرۡءَانَ
Al Qur'an
فَلَمَّا
maka tatkala
حَضَرُوهُ
mereka menghadirinya
قَالُوٓاْ
mareka berkata
أَنصِتُواْۖ
diamlah kamu
فَلَمَّا
maka tatkala
قُضِيَ
telah selesai
وَلَّوۡاْ
dan mereka kembali
إِلَىٰ
kepada
قَوۡمِهِم
kaumnya
مُّنذِرِينَ
orang-orang yanng memberi peringatan
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu (Nabi Muhammad) sekelompok jin yang mendengarkan (bacaan) Al-Qur’an. Ketika menghadirinya, mereka berkata, “Diamlah!” Ketika (bacaannya) selesai, mereka kembali kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan.
Tafsir
(Dan) ingatlah (ketika Kami hadapkan) Kami cenderungkan (kepadamu serombongan jin) yaitu jin Nashibin dari negeri Yaman atau Jin Nainawi, jumlah mereka ada tujuh atau sembilan jin. Nabi ﷺ ketika itu berada di lembah Nakhl sedang melakukan salat Subuh berjemaah dengan para sahabatnya. Demikianlah menurut hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim (yang mendengarkan Al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaannya, lalu mereka berkata) sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain, ("Diamlah kalian") untuk mendengarkan bacaannya. (Ketika pembacaan telah selesai) ketika nabi selesai membaca Al-Qur'an (mereka kembali) pulang kembali (kepada kaumnya untuk memberi peringatan) artinya, mereka kembali setelah mendengarkan Al-Qur'an kepada kaumnya sebagai pemberi peringatan akan datangnya azab jika mereka tidak beriman kepada Nabi. Mereka sebelum itu pemeluk agama Yahudi, lalu setelah mendengarkan bacaan Al-Qur'an mereka masuk Islam.
Tafsir Surat Al-Ahqaf: 29-32
Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan(nya), lalu mereka berkata, 'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus, Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih.
Dan orang-orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah maka dia tidak akan dapat melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Amr, bahwa ia pernah mendengar Iknmah menceritakan hadis berikut dari Az-Zubair sehubungan dengan firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an. (Al-Ahqaf: 29) Az-Zubair mengatakan bahwa kejadian ini di Nakhlah saat Rasulullah ﷺ sedang membaca Al-Qur'an dalam salat Isyanya.
hampir saja jin-jin itu desak-mendesak mengerumuninya. (Al-Jin: 19) Sufyan mengatakan bahwa sebagian dari jin-jin itu berdesakan dengan sebagian yang lainnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid. Nanti akan disebutkan melalui riwayat Ibnu Jarir, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a., bahwa mereka terdiri dari tujuh jin dari jin penduduk Nasibin. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Attan, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dan telah menceritakan kepada kami Imam Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi di dalam kitabnya yang berjudul Dalailun Nubuwwah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Ali ibnu Ahmad ibnu Abdan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Ubaid As-Saffar, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Abu Uwwanah, dari Abu Bisyr, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah membacakan Al-Qur'an kepada jin dan tidak pula beliau melihat mereka.
Rasulullah ﷺ berangkat bersama segolongan sahabatnya menuju pasar Ukaz. Dan saat itu antara setan dan berita dari langit telah dihalang-halangi, karena langit telah dijaga oleh bintang-bintang yang menyala nyala yang melempari setan yang hendak mencuri-curi dengar dari berita langit, maka setan-setan pun kembali kepada kaumnya. Maka kaumnya bertanya, "Mengapa kalian?" Setan-setan itu menjawab, "Telah dihalang-halangi antara kami dan berita dari langit, dan dikirimkan bintang yang menyala-nyala mengejar kami." Kaumnya berkata, "Tiada yang menjadi penyebab kalian dihalang-halangi dari berita langit, melainkan telah terjadi sesuatu peristiwa.
Maka berangkatlah kalian ke belahan timur dan barat bumi, lalu carilah penyebab yang menghalang-halangi kalian dari berita langit itu!" Maka berangkatlah mereka menjelajahi belahan timur dan barat bumi untuk mencari orang yang menjadi penyebab yang menghalang-halangi mereka dari berita langit. Serombongan jin berangkat menuju ke arah Tihamah yang saat itu Rasulullah ﷺ sedang berada di Nakhlah dalam perjalanannya menuju pasar 'Ukaz. Rasulullah ﷺ sedang melakukan salat Subuh mengimami para sahabatnya. Ketika jin-jin itu mendengar bacaan Al-Qur'an, maka mereka mendengarkannya, lalu mengatakan, "Demi Allah, inilah yang menjadi penyebab kalian dihalang-halangi dari berita langit." Dan ketika rombongan jin itu kembali kepada kaumnya, mereka berkata kepada kaumnya: Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur'an yang menakjubkan (yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya.
Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Tuhan kami (Al-Jin: 1-2) Dan Allah ﷻ menurunkan firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan (Al-Qur'an) " (Al-Jin: 1) Dan sesungguhnya yang diwahyukan kepada Nabi ﷺ hanyalah menceritakan tentang ucapan jin kepada kaumnya. Imam Bukhari telah meriwayatkan hadis ini dari Musaddad dengan lafaz yang semisal. Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syaiban ibnu Farukh, dari Abu Uwwanah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi dan Imam Nasai telah meriwayatkannya di dalam kitab tafsir melalui hadis Abu Uwwanah. Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu jin dapat mendengarkan wahyu (mencuri-curi dengar dari berita langit), maka mereka mendengarkan satu kalimat, lalu mereka membubuhinya dengan sepuluh kalimat.
Maka apa yang mereka dengar itu adalah benar dan apa yang mereka tambahkan itu adalah batil. Dan pada masa itu bintang-bintang masih belum dilemparkan kepada mereka. Tetapi ketika Rasulullah ﷺ diutus, maka tidak sekali-kali seseorang dari mereka menempati tempat kedudukannya (di pengintaian), melainkan dilempar dengan panah yang berapi (bintang yang menyala-nyala) yang membakar semua yang dikenainya. Lalu mereka melapor kepada pemimpin mereka, yaitu Iblis. Maka Iblis berkata, "Ini tidak lain hanyalah karena ada sesuatu perkara yang terjadi." Lalu iblis menyebarkan bala tentaranya, dan tiba-tiba bala tentara iblis bersua dengan Nabi ﷺ yang sedang salat di antara kedua Bukit Nakhlah.
Lalu mereka mendatanginya, dan sepulang dari itu mereka menceritakan hal itu kepada iblis, lalu iblis berkata, "Itulah yang dimaksud dengan kejadian di bumi." Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab tafsir masing-masing, bagian dari kitab sunnah masing-masing, telah meriwayatkan hadis ini melalui Israil dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. Hal yang sama telah dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri, bahwa sesungguhnya Nabi ﷺ tidak merasakan keberadaan mereka (jin-jin yang mendengarkan bacaannya) sebelum Allah ﷻ menurunkan wahyu kepadanya yang menceritakan perihal mereka. Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Ruman dan Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi kisah keberangkatan Nabi ﷺ ke Taif, seruan Nabi ﷺ kepada mereka untuk menyembah Allah dan penolakan mereka terhadap seruannya. Lalu disebutkan kisah ini dengan panjang lebar, antara lain disebutkan sebuah doa yang baik yang dipanjatkan oleh Nabi ﷺ, yaitu: Ya Allah, sesungguhnya aku mengadu kepada Engkau lemahnya kekuatanku dan minimnya upayaku serta kecilnya diriku di mata orang lain (musyrik Mekah). Wahai Yang Maha Pemurah di antara para pemurah, Engkaulah Tuhannya orang-orang yang lemah, Engkaulah Tuhanku, lalu kepada siapakah Engkau serahkan diriku? Apakah kepada musuh yang jauh yang kelak akan menghinaku ataukah kepada teman yang dekat yang Engkau serahkan urusanku kepadanya? Jika Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli tetapi pemaafan-Mu lebih luas bagiku.
Aku berlindung kepada cahaya Zat-Mu yang menerangi semua kegelapan dan dapat memperbaiki urusan dunia dan akhirat, Janganlah Engkau turunkan murka-Mu kepadaku atau Engkau timpakan kepadaku murka-Mu, dan hanya kepada Engkaulah memohon rida hingga Engkau rida, tidak ada daya dan tidak ada kekuatan kecuali dengan pertolongan-Mu. Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi melanjutkan kisahnya, bahwa setelah Rasulullah ﷺ meninggalkan Taif, beliau menginap di Nakhlah, lalu membaca sebagian dari Al-Qur'an di malam itu, dan jin dari penduduk Nasibin mendengarkan bacaannya ini memang benar, tetapi perkataan Muhammad ibnu Ka'b dalam kisahnya ini yang menyebutkan bahwa sesungguhnya pendengaran bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh jin adalah malam itu, masih perlu dipertimbangkan kebenarannya.
Karena sesungguhnya pendengaran yang dilakukan oleh jin adalah pada permulaan wahyu sebagaimana yang disimpulkan dari hadis Ibnu Abbas r.a. yang telah disebutkan di atas, sedangkan keberangkatan Nabi ﷺ ke Taif adalah sesudah pamannya meninggal dunia, yaitu satu atau dua tahun sebelum hijrah, seperti yang telah ditetapkan oleh Ibnu Ishaq dan lain-lainnya. Hanya Allah-Iah Yang Maha Mengetahui. Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Asim, dari Zur, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwajin-jin itu turun menemui Nabi ﷺ yang saat itu sedang membaca Al-Qur'an di Lembah Nakhlah. Ketika mereka mendengar bacaannya, mereka mendengarkan dengan penuh perhatian dan mengatakan kepada teman-temannya, "Diamlah!" Jumlah mereka adalah sembilan jin, yang salah satu dari mereka berupa zauba'ah (angin puyuh).
Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata, 'Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). Ketika pembacaan telah selesai, mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29) sampai dengan firman-Nya: Mereka itu dalam kesesatan yang nyata. (Al-Ahqaf: 32) Riwayat ini beserta riwayat yang pertama yang diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a. menunjukkan pengertian bahwa Rasulullah ﷺ tidak merasakan kehadiran jin-jin itu dalam pertemuan kali itu. Sesungguhnya mereka (jin-jin itu) hanya mendengarkan bacaannya saja, lalu mereka kembali kepada kaumnya. Dan sesudah itu mereka mengirimkan delegasi mereka kepada Nabi ﷺ serombongan demi serombongan dan delegasi demi delegasi, sebagaimana yang akan diceritakan oleh sebagian dari riwayat dan atsar yang akan kami kemukakan kemudian. Adapun mengenai hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim secara berbarengan dari Abu Qudamah alias Ubaidillah ibnu Sa'id As-Sarkhasi, dari Abu Umamah Hammad ibnu Usamah, dari Mis'ar ibnu Kidam, dari Ma'an ibnu Abdur Rahman yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar ayahnya menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bertanya kepada Masruq, "Siapakah yang memberitahukan kepada Nabi ﷺ kehadiran jin di malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an (Nabi ﷺ)?" Masruq menjawab, "Aku telah mendengar ayahmu (yakni Ibnu Mas'ud r.a.) mengatakan bahwa yang memberitahukan kepada beliau ﷺ tentang kehadiran mereka (serombongan jin itu) adalah sebuah pohon (kurma)." Barangkali hal ini pada kejadian yang pertama, tetapi pada mulanya beliau ﷺ tidak merasakan kehadiran mereka hingga pohonlah yang memberitahukan kepada beliau tentang kehadiran mereka.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Dan barangkali hal ini terjadi pada sebagian pertemuan yang terakhir, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Imam Baihaqi mengatakan bahwa apa yang telah diceritakan oleh Ibnu Abbas r.a., tiada lain permulaan jin mendengar bacaan Rasulullah ﷺ dan mereka baru mengetahui keadaannya. Pada kali itu beliau tidak membacakan Al-Qur'an kepada mereka dan tidak melihat mereka. Sesudah itu datanglah undangan jin kepadanya, maka barulah beliau membacakan kepada mereka Al-Qur'an dan menyeru mereka kepada Allah ﷻ sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Abdullah ibnu Mas'ud r.a. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Asy-Sya'bi dan Ibnu Abu Zaidah, telah menceritakan kepada kami Daud, dari Asy-Sya'bi, dari 'Alqamah yang mengatakan bahwa aku bertanya kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a., "Apakah Rasulullah ﷺ membawa seseorang dari kalian di malam jin?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab, "Tiada seorang pun dari kami yang menemaninya, tetapi kami merasa kehilangan beliau di suatu malam di Mekah, maka kami mengatakan, 'Beliau diculik.' Aku merasa curiga, dan kami tidak dapat memikirkan apa yang harus kami perbuat." Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, bahwa malam itu kami jalani dengan perasaan tidak menentu.
Dan ketika malam menjelang Subuh atau di waktu sahur, tiba-tiba kami melihat beliau ﷺ dalam kegelapan datang dari arah Hira. Lalu kami berseru, "Wahai Rasulullah!" Kemudian kami menceritakan kepadanya perihal kecemasan kami terhadap beliau selama beliau tidak bersama kami. Maka beliau ﷺ menjawab: Sesungguhnya telah datang kepadaku utusan dari jin, maka aku temui mereka dan kubacakan (Al-Qur'an) kepada mereka. Kemudian Nabi ﷺ pergi dan memperlihatkan kepada kami bekas perapian mereka dan jejak-jejak mereka. Asy-Sya'bi mengatakan bahwa para sahabat menanyakan kepada Rasulullah ﷺ mengenai makanan yang dikonsumsi jin. Amir mengatakan bahwa mereka menanyakannya kepada Nabi ﷺ di Mekah, dan para jin itu berasal dari jin yang ada di Jazirah Arabia. Maka Nabi ﷺ menjawab: -- Setiap tulang (hewan) yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang dibuang dari tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan setiap kotoran atau tahi ternak kalian. Lalu dalam sabda selanjutnya disebutkan: Maka janganlah kamu bersuci memakai keduanya (tulang dan kotoran hewan yang telah kering), karena sesungguhnya keduanya itu adalah makanan saudara-saudara kalian dari makhluk jin.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim di dalam kitab sahihnya, dari Ali ibnu Hajar, dari Ismail ibnu Aliyyah dengan sanad yang semisal. Imam Muslim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Daud alias ibnu Abu Hindun, dari Amir yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ibnu Mas'ud r.a., "Apakah ada seseorang dari kalian (para sahabat) yang menemani Rasulullah ﷺ di malam jin?" Ibnu Mas'ud r.a. menjawab, "Tidak ada seorang pun dari kami yang menemaninya." Ibnu Mas'ud r.a. melanjutkan bahwa pada mulanya kami bersama Nabi ﷺ di suatu malam. Tiba-tiba kami merasa kehilangan beliau, maka kami mencarinya di lembah-lembah dan lereng-lereng sekitar kami berada, hingga ada yang mengatakan bahwa beliau dibawa terbang dan ada pula yang mengatakan diculik.
Malam itu kami jalani dengan penuh kecemasan, dan pada pagi harinya tiba-tiba muncullah beliau dari arah Hira. Maka kami berkata, "Wahai Rasulullah, kami merasa kehilangan engkau, dan kami telah mencari engkau kemana-mana, tetapi kami tidak menjumpai engkau. Akhirnya kami jalani malam ini dengan penuh kegelisahan yang pernah dialami oleh suatu kaum." Beliau ﷺ bersabda: Telah datang kepadaku undangan dari jin, maka aku berangkat bersama mereka dan aku bacakan kepada mereka Al-Qur'an.
Maka Rasulullah ﷺ membawa serta kami dan memperlihatkan kepada kami jejak mereka dan bekas perapian mereka. Para sahabat bertanya kepada beliau ﷺ tentang makanan yang dikonsumsi oleh jin, maka beliau ﷺ menjawab: ". Semua tulang hewan yang disebutkan nama Allah (saat menyembelihnya) yang berada di tangan kalian dalam keadaan masih ada dagingnya, dan semua kotoran atau tahi hewan ternak kalian. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda: Maka janganlah kalian beristinja (bersuci) dengan memakai keduanya, karena sesungguhnya keduanya adalah makanan saudara kalian. Jalur lain diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a. Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku pamanku, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah yang mengatakan bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah mengatakan bahwa ia telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Tadi malam aku semalamam membacakan Al-Qur'an kepada jin sambil berdiri di Al-Hujun. Jalur lain, menyebutkan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud ra di malam yang lain ikut bersama Rasulullah ﷺ di malam pertemuannya dengan jin. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Abdur Rahman ibnu Wahb, telah menceritakan kepada kami pamanku Abdullah ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, dari Abu Usman ibnu Syabbah Al-Khuza'i, salah seorang ulama penduduk Syam yang telah menceritakan bahwa sesungguhnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. pernah menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada para sahabatnya ketika masih di Mekah: ".
Barang siapa di antara kalian yang ingin menghadiri urusan dengan jin malam ini, ia dapat ikut. Maka tiada seorang pun dari mereka yang datang selain diriku (Ibnu Mas ud). Ibnu Mas'ud melanjutkan kisahnya, "Lalu kami berangkat Ketika kami sampai di dataran yang palingtinggi di Mekah, maka Rasulullah ﷺ membuat garis dengan kakinya dan memerintahkan kepadaku untuk duduk di garis itu. Kemudian Nabi ﷺ menjauh dariku dan mulai membaca Al-Qur'an Maka beliau dikerumuni oleh makhluk yang banyak sekali jumlahnya sehingga menghalang-halangi pandanganku untuk dapat melihat beliau ﷺ dan aku pun tidak dapat mendengar lagi suaranya. Kemudian mereka bubar bagaikan kumpulan awan yang bergerak pergi sehingga hanya segolongan dari mereka (jin) yang masih ada bersama beliau.
Tetapi Rasulullah ﷺ terkejut dengan tibanya waktu fajar, lalu beliau pergi buang air di tempat yang lapang, setelah itu beliau mendatangiku dan bertanya kepadaku, 'Kemanakah rombongan jin itu?' Aku menjawab 'Itulah mereka, wahai Rasulullah,' lalu Rasulullah ﷺ memberi mereka tulang dan kotoran hewan yang telah kering sebagai bekal mereka Kemudian beliau melarang seseorang bersuci dengan memakai kotoran hewan yang telah kering atau tulang." Ibnu Jarir meriwayatkan pula hadis ini dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abdul Hakam, dari Abu Zar'ah dan Wahb ibnu Rasyid, dari Yunus ibnu Yazid Al-Aili dengan sanad yang sama.
Imam Baihaqi telah meriwayatkan hadis ini di dalam kitab Dala'il-nya melalui hadis Abdullah ibnu Saleh juru tulis Al-Lais, dari Yunus dengan sanad yang sama. Ishaq ibnu Rahawaih telah meriwayatkan hal yang sama dengan hadis di atas, dari Jarir, dari Qabus ibnu Zabyan, dan ayahnya, dari Ibnu Mas'ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas Al-Hafiz AbuNa'im telah meriwayatkannya melalui jalur Musa ibnu Ubaidah, dari Sa'id ibnul Haris, dari Abul Ma'la, dari Ibnu Mas'ud r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas.
Jalur lain. Abu Naim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepadaku ayahku yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Affan dan Iknmah, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Mu'tamir, bahwa ayahnya menceritakan kepadanya bahwa telah menceritakan kepadaku Abu Tamimah, dari Amr, barangkali dia mengatakan Al-Bakkali Amr menceritakan kepadanya dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan, "Rasulullah ﷺ pernah membawaku serta pergi, hingga sampailah kami di suatu tempat, lalu beliau membuat sebuah garis di tanah sebagai pembatas untukku seraya bersabda: 'Tetaplah engkau berada di luar garis ini, janganlah engkau keluar darinya; karena sesungguhnya jika engkau keluar darinya, niscaya engkau akan binasa (mati)'.
Lalu disebutkan hadis dengan panjang lebar yang di dalamnya terdapat hal yang sangat aneh. Jalur lain. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Saur, dari Mamar, dari Yahya ibnu Abu Kasir, dari Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan As-Saqafi bahwa ia pernah bertanya kepada Abdullah ibnu Mas'ud r.a., "Aku mendengar berita bahwa engkau bersama Rasulullah ﷺ di malam delegasi jin." Ibnu Mas'ud menjawab, "Benar." Abdullah ibnu Amr ibnu Gailan bertanya, "Bagaimanakah ceritanya?" Maka Abdullah ibnu Mas'ud menceritakan hadis ini dan menyebutkan bahwa Nabi ﷺ membuat pembatas untuknya berupa sebuah garis seraya bersabda: Jangan kamu tinggalkan tempat ini! Lalu ibnu Mas'ud r.a. menyebutkan bahwa ia melihat sekumpulan debu yang berwarna hitam, lalu menutupi diri Rasulullah ﷺ dan kumpulan debu itu disingkirkannya sebanyak tiga kali.
Ketika waktu sudah dekat fajar, Nabi ﷺ mendatanginya dan bertanya, "Apakah engkau tidur?" Aku menjawab, "Tidak, demi Allah, sesungguhnya aku berkali-kali berniat akan meminta tolong kepada orang lain, hingga aku mendengar engkau memukul mereka dengan tongkatmu seraya berkata, "Duduklah kalian!" Maka Rasulullah ﷺ bersabda: ". Seandainya kamu keluar dari garis ini, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu bila ada sebagian dari mereka yang menyambarmu. Kemudian Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah engkau melihat sesuatu?" Aku menjawab, "Ya, aku melihat banyak kaum lelaki yang hitam mengenakan pakaian yang putih-putih." Rasulullah ﷺ bersabda: -: Mereka adalah jin dari Nasibin, mereka meminta kepadaku perbekalan, maka aku beri mereka bekal dengan tulang yang menghalang-halangi (jalan) atau kotoran (kambing) atau kotoran (unta). Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah itu dapat mencukupi kebutuhan mereka?" Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya mereka tidaklah menemukan tulang, melainkan mereka menemukan daging padanya saat memakannya; dan tidaklah pula kotoran hewan, melainkan mereka menemukan padanya biji-bijian sebagaimana yang dimakan oleh hewan itu.
Maka jangan sekali-kali kalian bersuci saat selesai dari membuang air dengan tulang atau dengan kotoran (kambing yang sudah kering), atau dengan tahi (unta yang sudah kering). Jalur lain. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman As-Sulami dan Abu Nasr ibnu Qatadah, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad alias Yahya ibnu Mansur Al-Qadi, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah alias Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ali ibnu Rabah, dari ayahnya Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ membawaku pergi, lalu bersabda: Sesungguhnya segolongan jin berjumlah lima belas jin, mereka adalah anak-anak saudara dan anak-anak sepaman (di kalangan mereka) telah datang kepadaku tadi malam (meminta) agar aku mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.
Maka aku berangkat bersama beliau ﷺ ke suatu tempat yang dituju, lalu beliau membuat sebuah garis untukku dan menyuruhku duduk di dalam garis itu serta bersabda: ". Janganlah kamu keluar dari garis ini. Aku semalaman di dalam garis itu hingga Rasulullah ﷺ datang menemuiku bersamaan dengan datangnya waktu sahur, sedangkan di tangan beliau terdapat tulang yang masih terbungkus daging dan kotoran ternak yang telah kering, serta arang. Lalu beliau ﷺ bersabda: Apabila kamu pergi ke tempat buang air, janganlah kamu bersuci dengan memakai sesuatu pun dari benda-benda tadi. Dan pada pagi harinya aku berkata, "Aku benar-benar akan memeriksa tempat Rasulullah ﷺ tadi malam, lalu aku pergi ke tempat itu dan kulihat padanya bekas tempat mendekamnya enam puluh ekor unta.
Jalur lain. Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas Al-Asam, telah menceritakan kepada kami Al-Abbas ibnu Muhammad Ad-Dauri, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, dari Asy-Syamir ibnur Rayyan, dari Abul Jauza, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang telah menceritakan bahwa ia pergi bersama Rasulullah ﷺ di malam pertemuannya dengan jin. Hingga ketika sampai di Al-Hujun, beliau membuat garis untukku sebagai pembatas. Kemudian beliau ﷺ maju menemui mereka (para jin), maka mereka pun berdesak-desakan mengerumuni Nabi ﷺ Lalu pemimpin mereka yang dikenal dengan nama Wazdan berkata, "Aku akan membubarkan mereka darimu." Nabi ﷺ bersabda, "Sesungguhnya aku tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari Allah." Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abu Fazzarah Al-Absi, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid maula Amr ibnu Hurayyis, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa di malam pertemuan dengan jin, Nabi ﷺ bersabda kepadanya: "Apakah kamu membawa air?" Aku menjawab, "Aku tidak punya air, tetapi aku membawa wadah yang berisikan minuman perasan anggur.
Maka Nabi ﷺ bersabda, "Itu adalah buah yang baik dan air yang suci. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Turmuzi serta Imam Ibnu Majah melalui Ibnu Zaid dengan sanad yang sama. Jalur lain. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lalai'ah, dari Qais ibnul Hajjaj, dari Hanasy As-San'ani, dari Ibnu Abbas, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah ﷺ di malam pertemuannya dengan jin. Lalu Rasulullah ﷺ bertanya, "Hai Abdullah, apakah engkau membawa air?" Abdullah ibnu Mas'ud r.a. menjawab, "Aku hanya membawa minuman perasan anggur di dalam wadahku." Nabi ﷺ bersabda, "tuangkanlah kepadaku," lalu beliau berwudu dengannya. Setelah itu Nabi ﷺ bersabda: Hai Abdullah, ini adalah minuman dan penyuci. Imam Ahmad meriwayatkan hadis ini secara munfarid(sendirian) melalui jalur ini; Imam Daruqutni telah meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Ibnu Mas'ud r.a. dengan lafaz yang sama. Jalur lain. ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepadaku ayahku dari Maina, dari Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa ia bersama Rasulullah ﷺ di malam pertemuannya dengan delegasi jin. Setelah pulang, Rasulullah ﷺ bernapas lega. Maka aku bertanya, "Mengapa engkau?" Beliau menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa atas diriku, hai Ibnu Mas'ud." Demikianlah yang kulihat di dalam kitab Al-Musnad secara ringkas. Tetapi Al-Hafiz Abu Na'im telah meriwayatkannya di dalam kitab Dala'ilun Nubuwwah; untuk itu ia mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Ahmad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Malik, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ahmad ibnu Hambal, telah menceritakan kepada kami ayahku, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, dari ayahnya, dari Maina, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa aku bersama Rasulullah ﷺ di malam delegasi jin, lalu beliau bernapas, maka aku bertanya, "Mengapa engkau, ya Rasulullah?" Beliau ﷺ
menjawab: Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas'ud. Ibnu Mas'ud berkata, "Angkatlah seorang khalifah pengganti." Nabi ﷺ bertanya, "Siapa yang pantas?' Ibnu Mas'ud menjawab, "Abu Bakar." Nabi ﷺ diam, kemudian meneruskan perjalanan sesaat, lalu menarik napas lagi, dan aku bertanya, "Demi ayah dan ibuku yang menjadi tebusanmu, mengapa engkau, ya Rasulullah?' Beliau menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku, hai Ibnu Mas'ud." Aku berkata, "Kalau begitu, angkatlah seorang khalifah pengganti." Nabi ﷺ bertanya,' "Siapa?" Aku menjawab, "Umar." Nabi ﷺ diam dan melanjutkan perjalanannya sesaat, lalu menarik napas lagi, maka aku bertanya "Mengapa engkau?" Nabi ﷺ menjawab, "Telah diucapkan belasungkawa terhadap diriku." Aku berkata, "Kalau begitu, angkatlah khalifah pengganti." Nabi ﷺ bertanya, "Siapa?" Aku menjawab, "Ali ibnu Abu Talib." Nabi ﷺ bersabda: Ingatlah, demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam kekuasaanNya; sesungguhnya jika kalian menaatinya, niscaya kalian semua benar-benar akan masuk surga. Hadis ini garib sekali dan sudah selayaknya bila tidak dikenal; dan bila diumpamakan bahwa hadis ini sahih, maka pengertian lahiriahnya menunjukkan bahwa peristiwa ini terjadi sesudah kedatangan mereka di Madinah kepada Rasulullah ﷺ, seperti yang akan kami jelaskan kemudian.
Karena sesungguhnya di masa itulah akhir dari urusan ini, yaitu setelah Mekah ditaklukkan dan manusia serta jin masuk ke dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, dan turunlah firman-Nya: Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat. (An-Nasr: 1-3) Surat inilah yang memberitahukan akan dekatnya masa kewafatan beliau, seperti yang disebutkan oleh Ibnu Abbas r.a. dalam pendapatnya, lalu disetujui oleh khalifah Umar r.a. Sehubungan dengan peristiwa ini ada sebuah hadis yang menerangkannya, yang akan kami sebutkan dalam tafsir surat yang bersangkutan.
Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Na'im telah meriwayatkan pula hadis ini dari At-Tabrani, dari Muhammad ibnu Abdullah Al-Hadrami, dari Ali ibnul Husain ibnu Abu Burdah, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Aslami, dari Harb ibnu Sabih, dari Sa'id ibnu Salamah, dari Abu Murrah As-San'ani, dari Abu Abdullah Al-Jadali, dari Ibnu Mas'ud r.a. Di dalam riwayat ini disebutkan kisah tentang pengangkatan khalifah; sanad hadis ini garib dan teksnya aneh. Jalur lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa' id, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah,dari Ali ibnu Zaid, dari Abu Rafi', dari Ibnu Mas'ud, bahwa Rasulullah ﷺ membuat lingkaran garis disekitarnya, dan tersebutlah bahwa seseorang dari jin itu besarnya sama dengan bayangan sebuah pohon kurma.
Lalu Nabi ﷺ bersabda kepadanya: Janganlah kamu tinggalkan tempat ini dan ajarilah mereka (jin-jin) itu Kitabullah. Ketika Nabi ﷺ melihat sekumpulan ternak, yang menurut Ibnu Mas'ud seakan-akan itu adalah mereka (jin), dan Nabi ﷺ bersabda, "Apakah kamu membawa air?" Aku menjawab, "Tidak." Nabi ﷺ bertanya, "Apakah kamu membawa perasan anggur?" Aku menjawab, "Ya." lalu beliau berwudu dengannya. Jalur lain yang mursal. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah At-Tabrani, telah menceritakan kepada kami Hafs ibnu Umar Al-Adni, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Aban, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu. (Al-Ahqaf: 29) Ikrimah mengatakan bahwa mereka berjumlah dua belas ribu jin, yang datang dari Al-Mausul. Maka Nabi ﷺ bersabda kepada Ibnu Mas'ud r.a., "Tunggulah aku hingga aku datang kepadamu," lalu beliau ﷺ membuat lingkaran garis dan bersabda, "Janganlah kamu tinggalkan tempat ini hingga aku kembali kepadamu." Ketika Ibnu Mas'ud r.a. merasa takut dengan mereka, hampir saja ia beranjak dari tempat itu kalau tidak ingat akan pesan Nabi ﷺ Akhirnya ia menahan diri dan tidak meninggalkan tempat yang bergaris itu. Dan seusainya Nabi ﷺ bersabda kepadanya: Seandainya engkau pergi, niscaya kita tidak akan bersua lagi sampai hari kiamat. Jalur lain yang juga berpredikat mursal. Sa'id ibnu Abu Arubah telah meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al-Qur'an. (Al-Ahqaf: 29) Telah diceritakan kepada kami bahwa mereka (jin) itu diberangkatkan untuk menemui Nabi ﷺ dari Nainawi.
Dan Nabi ﷺ bersabda (kepada para sahabatnya): Sesungguhnya aku diperintahkan untuk membacakan Al-Qur'an kepada jin, maka siapakah di antara kalian yang mau ikut denganku? Mereka menundukkan kepalanya, lalu Nabi ﷺ menawari mereka dan mereka hanya menundukkan kepalanya, kemudian ketiga kalinya Nabi ﷺ menawari mereka tetapi mereka menundukkan kepalanya. Maka seorang lelaki berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang itu (Ibnu Mas'ud) mau menemanimu," Maka Ibnu Mas'ud r.a. saudara Huzail mengikutinya. Nabi ﷺ sampai di sebuah lereng yang dikenal dengan nama Lereng Al-Hujun, lalu membuat garis lingkaran sekitar Ibnu Mas'ud r.a. agar Ibnu Mas'ud tetap berada di dalamnya. Ibnu Mas'ud r.a. mengatakan bahwa lalu ia merasa takut dan melihat bayangan seperti burung elang berjalan (dalam jumlah yang banyak), dan ia mendengar suara kegaduhan yang keras, hingga ia merasa khawatir dengan keselamatan Nabi ﷺ, kemudian Nabi ﷺ terdengar membaca Al-Qur'an. Ketika Rasulullah ﷺ kembali kepadanya, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah suara ribut-ribut yang kudengar tadi?" Rasulullah ﷺ menjawab: Mereka bersengketa sehubungan dengan kasus pembunuhan, maka diputuskan di antara mereka dengan benar (adil). Hadis ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim. Semua jalur yang telah disebutkan di atas menunjukkan bahwa Rasulullah ﷺ pergi menemui jin dengan sengaja, lalu membacakan (mengajarkan) Al-Qur'an kepada mereka, dan menyeru mereka untuk menyembah Allah ﷻ Dan Allah mensyariatkan bagi mereka melalui lisan Nabi ﷺ semua ketentuan hukum yang diperlukan oleh mereka pada masa itu. Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaan kejadiannya mereka mendengar bacaan Al-Qur'an yang dilakukan oleh Nabi ﷺ, sedangkan beliau sendiri tidak menyadari kehadiran mereka, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Abbas r.a. Kemudian sesudah itu mereka mengirimkan delegasinya kepada Rasulullah ﷺ, seperti yang disebutkan di dalam riwayat Ibnu Mas'ud r.a. Adapun sahabat Ibnu Mas'ud r.a. tidaklah bersama Rasulullah ﷺ saat beliau berbicara dengan jin dan menyeru mereka untuk menyembah Allah, melainkan ia berada jauh dari Nabi ﷺ Dan tiada seorang pun yang menemani Rasulullah ﷺ selain dia sendiri, sekalipun demikian ia tidak menyaksikan saat pembicaraan Rasulullah ﷺ dengan mereka Demikianlah menurut analisis yang dikemukakan oleh Imam Baihaqi. Dapat pula ditakwilkan bahwa pada permulaannya beliau berangkat menemui mereka tanpa ditemani oleh seorang pun, baik Ibnu Mas'ud maupun yang lainnya, seperti yang tertangkap dari makna lahiriah hadis yang disebutkan dalam riwayat pertama melalui Imam Ahmad dan ada pada Imam Muslim. Kemudian sesudah itu beliau ﷺ keluar bersama Ibnu Mas'ud di malam yang lain, seperti yang disebutkan dalam riwayat Ibnu Abu Hatim pada tafsir firman-Nya: Katakanlah (hai Muhammad), "Telah diwahyukan kepadaku " (Al-Jin: 1) Melalui hadis Ibnu Juraij, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ibnu Juraij mengatakan, Abdul Aziz ibnu Umar telah mengatakan bahwa adapun jin yang menemui Nabi ﷺ di Nakhlah, maka mereka dari Nainewi, dan jin yang menemui beliau di Mekah (Al-Hujun) berasal dari Nasibin. Lalu ditakwilkan oleh Imam Baihaqi bahwa Abdul Aziz ibnu Umar mengatakan, "Maka kami jalani malam ini dengan perasaan yang tidak menentu yang pernah dialami oleh suatu kaum (karena merasa kehilangan Nabi ﷺ)." Berlainan dengan apa yang disebutkan oleh Ibnu Mas'ud r.a. dan yang lainnya yang mengetahui keluarnya Nabi ﷺ untuk menemui jin; tetapi takwil ini jauh dari kenyataan, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Amr ibnu Abdullah Al-Adib, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Ismaili, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Sufyan, telah menceritakan kepadaku Suwaid ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Yahya, dari kakeknya (yakni Sa'id ibnu Amr) yang telah mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengikuti Rasulullah ﷺ seraya membawa wadah untuk air wudunya dan keperluannya.
Dan pada suatu hari Abu Hurairah r.a. menyusul Nabi ﷺ, lalu bertanya, "Siapa Anda?" Abu Hurairah menjawab, "Saya Abu Hurairah." Maka Rasulullah ﷺ bersabda, "Berikanlah kepadaku beberapa buah batu untuk dipakai istinja (bersuci), tetapi jangan kamu berikan kepadaku tulang dan jangan pula kotoran unta yang telah kering." Abu Hurairah mengatakan bahwa lalu ia mencari batu-batuan, kemudian dimasukkan ke dalam kainnya dan ia letakkan batu-batuan itu di dekat Nabi ﷺ Setelah Nabi ﷺ selesai dari bersucinya dan bangkit, maka aku (Abu Hurairah) mengikutinya, lalu aku bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa dengan tulang dan kotoran hewan yang sudah kering (tidak boleh dipakai untuk beristinja)?" Rasulullah ﷺ bersabda: Telah datang kepadaku utusan jin dari Nasibin. mereka meminta bekal kepadaku, maka aku berdoa kepada Allah ﷻ Untuk mereka, bahwa semoga tidak sekali-kali mereka menjumpai kotoran hewan dan tidak pula tulang hewan melainkan mereka menjumpai makanan padanya. Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini di dalam kitab sahihnya dari Musa ibnu Ismail, dari Amr ibnu Yahya berikut sanadnya mirip dengan hadis di atas.
Hal ini menunjukkan di samping hadis yang di atas, bahwa mereka (jin) mengirimkan delegasi sesudah itu kepada Nabi ﷺ Dan nanti akan kami kemukakan hal-hal yang menunjukkan tentang adanya delegasi jin yang berkali-kali menemui beliau ﷺ Telah diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. selain riwayatnya yang telah disebutkan di atas melalui berbagai jalur yang baik. Untuk itu Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdul Hamid Al-Hammani, telah menceritakan kepada kami An-Nadr ibnu Arabi, dari Ikrimah, dari ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat. Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka ada tujuh jin dari penduduk Nasibin, lalu Rasulullah ﷺ mengangkat mereka menjadi utusannya kepada kaum masing-masing. Hal ini menunjukkan bahwa Ibnu Abbas r.a. telah meriwayatkan dua kisah yang berlainan kejadiannya. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Suwaid ibnu Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami seorang lelaki yang senama dengannya, dari Ibnu Juraij, dari Mujahid sehubungan dengan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin. (Al-Ahqaf: 29), hingga akhir ayat.
Mujahid mengatakan bahwa mereka terdiri dari tujuh jin; tiga jin di antara mereka dari Harran, dan empat jin dari mereka dari Nasibin. Nama mereka adalah Hissi, Hasa, Mansa, Sasir, Nasir, Al-Ardubian, dan Al-Ahtam. Abu Hamzah As-Samali menyebutkan bahwa rombongan jin ini dikenal dengan sebutan Bani Syisban, mereka adalah jin yang paling banyak bilangannya dan paling terhormat nasabnya; bala tentara iblis sebagian besarnya terdiri dari kalangan mereka.
Sufyan Asu-Sauri telah meriwayatkan dari Asim, dariZar, dari Ibnu Mas'ud r.a., bahwa mereka terdiri dari sembilan jin, yang salah satunya adalah (berupa) Zauba 'ah (angin puyuh) yang mendatangi Nabi ﷺ dari pohon kurma. Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan bahwa mereka berjumlah lima belas jin. Menurut riwayat yang lainnya, jumlah mereka enam puluh jin yang berkendaraan unta. Dalam riwayat terdahulu telah disebutkan bahwa nama pemimpin mereka adalah Wardan. Menurut pendapat yang lainnya lagi mereka terdiri dari tiga ratus jin. Dan dalam riwayat yang lalu dari Ikrimah dikatakan bahwa jumlah mereka adalah dua belas ribu jin.
Barangkali perbedaan riwayat ini menunjukkan adanya kejadian yang berulang-ulang dalam pengiriman delegasi mereka kepada Rasulullah ﷺ Hal yang menunjukkan adanya pengulangan tersebut adalah apa yang dikatakan oleh Imam Bukhari di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Umar ibnu Muhammad yang mengatakan bahwa Salim pernah bercerita kepadanya dari Abdullah ibnu Umar r.a. yang mengatakan, "Tidak sekali-kali aku mendengar Umar r.a. (ayahnya) mengatakan sesuatu yang menurut dugaanku berpendapat lain kecuali keadaan hal itu sesuai dengan apa yang dikatakannya." Ketika Umar r.a. sedang duduk, tiba-tiba lewatlah seorang lelaki yang tampan, lalu Umar berkata, "Kalau tidak salah, lelaki ini dahulu di masa Jahiliah memeluk Islam atau dia adalah tukang tenung (peramal) mereka.
Panggillah lelaki itu untuk menghadap kepadaku!" Maka lelaki itu dipanggil ke hadapannya dan mengatakan perihal dirinya di masa silam, lalu berkata, "Aku belum pernah merasa bahagia seperti sekarang sebagai seorang muslim." Umar berkata, "Aku akan menahanmu kecuali jika engkau bercerita kepadaku tentang masa lalumu." Lelaki itu bercerita, "Aku dahulu di masa Jahiliah menjadi tukang tenung mereka." Umar bertanya, "Apakah hal yang sangat menakjub-kanmu yang didatangkan oleh jin yang menjadi temanmu?" Lelaki itu menjawab, "Ketika aku sedang berada di pasar di suatu hari, tiba-tiba jin datang kepadaku dengan roman muka yang ketakutan, lalu berkata: 'Tidakkah engkau melihat kejahatan dan keputusasaan jin setelah dijungkirkan ia lari terbirit-birit memacu unta kendaraannya'? Umar berkata, "Dia benar." (Lelaki itu melanjutkan), "Ketika aku sedang tidur di dekat berhala-berhala mereka, tiba-tiba datanglah seorang lelaki membawa anak sapi, lalu ia menyembelihnya (sebagai kurban berhala-berhala mereka), dan terdengarlah suarajeritan dari anak sapi itu, jeritan sangat keras yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Jeritan itu mengatakan, 'Hai Julaih, suatu perkara yang hebat telah terjadi, yaitu seorang lelaki yang fasih mengucapkan kalimat tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah'." Maka kaum yang ada bangkit, dan aku sendiri berkata, "Aku tidak akan pergi sebelum mengetahui dengan jelas hal yang melatarbelakangi kejadian ini." Kemudian terdengar lagi seruan yang mengatakan, "Hai Julaih, suatu urusan besar terjadi." Seorang lelaki fasih mengatakan "Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah." Maka tidak lama kemudian dikatakan bahwa telah ada seorang nabi.
Demikianlah menurut teks hadis yang diketengahkan oleh Imam Bukhari. Imam Baihaqi meriwayatkan hadis ini melalui Ibnu Wahb dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Baihaqi mengatakan bahwa riwayat ini mengandung takwil bahwa Umar sendirilah yang mendengar suara jeritan dari anak lembu itu yang disembelih. Hal yang sama disebutkan pula dengan jelas di dalam suatu riwayat yang bersumber dari Umar r.a. Tetapi kebanyakan riwayat menyebutkan bahwa si tukang tenunglah yang menceritakan hal tersebut mengenai kisah mimpinya dan apa yang didengarnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Analisis yang dikemukakan oleh Imam Baihaqi ini cukup beralasan, dan lelaki tersebut adalah Sawad ibnu Qarib. Saya telah menyebutkan perihalnya di dalam Sirah Umar r.a. Bagi yang menginginkan keterangan yang lebih lengkap dipersilahkan untuk merujuk ke kitab tersebut. Imam Baihaqi mengatakan bahwa hadis yang menceritakan tentang Sawad ibnu Qarib mirip dengan lelaki tukang tenung ini yang tidak disebutkan namanya dalam hadis sahih, telah menceritakan kepada kami Abul Qasim Al-Hasan ibnu Muhammad ibnu Habib yang menafsirkan sumber pendengarannya, telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Muhammad ibnu Abdullah As-Saffar Al-Asbahani yang membacakan hadis ini kepadanya, telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ahmad ibnu Musa Al-Hammar Al-Kufi di Kufah, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Yazid ibnu Badawaih, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Qasri, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Nuwwas Al-Kufi, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Iyasy, dari Abu Ishaq, dari Al-Barra r.a. yang menceritakan bahwa ketika Umar ibnul Khattab r.a. sedang berkhotbah kepada kaum muslim di atas mimbar Rasulullah ﷺ, tiba-tiba ia berkata, "Hai manusia, apakah di antara kalian terdapat Sawad ibnu Qarib?" Tiada seorang pun yang menjawabnya di tahun itu, dan dalam peristiwa yang sama di tahun berikutnya kembali Umar r.a. berkata, "Hai manusia, apakah di antara kalian terdapat Sawad ibnu Qarib?" Al-Barra bertanya, "Hai Amirul Muminin, siapakah Sawad ibnu Qarib itu?" Umar r.a. menjawab, "Sesungguhnya Sawad ibnu Qarib mempunyai kisah yang menakjubkan menyangkut permulaan dia masuk Islam." Ketika kami sedang dalam keadaan demikian, tiba-tiba muncullah Sawad ibnu Qarib, lalu Umar berkata kepadanya, "Hai Sawad, ceritakanlah kepada kami kisah permulaanmu masuk Islam." Sawad r.a. menceritakan bahwa sesungguhnya ketika ia tinggal di India, dia mempunyai teman jin.
Sawad melanjutkan kisahnya, "Ketika aku sedang tidur di suatu malam, tiba-tiba teman jinku datang kepadaku dalam mimpiku, lalu berkata kepadaku, 'Bangunlah dan pahami serta pikirkanlah. Jika engkau berakal, sesungguhnya telah diutus seorang rasul dari keturunan Lu'ay ibnu Galib'. Lalu jin itu mengucapkan syair berikut, 'Aku merasa heran dengan jin dan gerakannya dalam mempersiapkan unta kendaraannya, lalu memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk.
Tiadalah jin yang baik itu sama dengan jin yang jahat. Maka bangkitlah kamu menuju ke manusia yang terpilih dari kalangan Bani Hasyim, dan perhatikanlah apa yang diajarkannya.' Kemudian jin itu menyadarkanku dan membuatku terkejut, lalu berkata, 'Hai Sawad ibnu Qarib, sesungguhnya Allah telah mengutus seorang nabi, maka bangkitlah kamu menemuinya, niscaya engkau mendapat petunjuk dan bimbingan".
Pada malam kedua dia datang lagi dan membangunkan diriku seraya mengucapkan, 'Aku heran dengan jin dan pencariannya, dia mempersiapkan kendaraannya dan memacunya menuju ke Mekah mencari petunjuk, tiadalah kedua telapak kakinya sama dengan ekornya. Maka bangkitlah kamu menemui orang pilihan dari Bani Hasyim, tiadalah jin yang beriman itu sama dengan jin yang kafir.' Dengan berulang-ulangnya kejadian itu terhadap diriku, maka timbullah dalam hatiku rasa cinta kepada Islam dan ingin tahu akan Rasulullah ﷺ menurut apa yang dikehendaki oleh Allah ﷻ Maka aku berangkat dengan mengendarai unta kendaraanku yang telah kupersiapkan untuk itu.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, sampailah aku kepada Rasulullah ﷺ yang saat itu beliau di Mekah, sedangkan orang-orang yang mengelilinginya masih belum begitu banyak. Ketika Nabi ﷺ melihatku, maka beliau bersabda, 'Selamat datang denganmu, hai Sawad ibnu Qarib, kami telah mengetahui apa yang telah disampaikan olehnya.' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, saya telah menggubah syair. Maka dengarkanlah syair saya ini.' Rasulullah ﷺ bersabda, 'Bacakanlah, hai Sawad!' Maka aku membacakan syairku: Jin temanku telah datang di malam hari sewaktu tidur, dan apa yang kualami dalam tidurku itu bukanlah dusta. Tiga malam berturut-turut dia datang dengan mengucapkan, 'Telah datang kepadamu seorang Rasul dari Bani Lu'ay ibnu Galib.
Maka kusingsingkan kainku dan kukendarai unta kendaraanku menempuh padang pasir, dan aku bersaksi bahwa Allah tiada Tuhan selain Dia (yang berhak disembah), dan bahwa engkau adalah orang yang tepercaya terhadap semua yang gaib. Dan bahwa engkau adalah rasul yang paling dekat hubungannya dengan Allah, hai putra orang-orang yang mulia lagi baik. Maka perintahkanlah kepadaku sesuai dengan apa yang disampaikan kepadamu, wahai sebaik-baik rasul, sekalipun memerintahkan kami untuk memasuki sarang serigala.
Semoga engkau menjadi syafaatku kelak di hari yang tiada pemberi syafaat kepada Sawad ibnu Qarib selain engkau. Setelah mendengar syair itu Rasulullah ﷺ tertawa sehingga kelihatan gigi serinya, dan berkata kepadaku, 'Engkau beruntung, hai Sawad'." Lalu Umar r.a. bertanya kepadanya, "Apakah teman jinmu itu masih juga datang kepadamu?" Sawad menjawab, "Sejak aku membaca Al-Qur'an, dia tidak pernah lagi datang kepadaku, dan sebaik-baik pengganti adalah Kitabullah." Kemudian Imam Baihaqi menyandarkan hadis ini melalui dua jalur yang lain. Termasuk dalil yang menunjukkan bahwa ada delegasi jin yang datang kepada Rasulullah ﷺ sesudah beliau hijrah ke Madinah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Na'im di dalam kitab Dalailun Nubuwwah-nya.
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami sulaiman ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdah Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Abu Taubah Ar-Rabi' ibnu Nafi', telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, dari Zaid ibnu Aslam; ia pernah mendengar Abu Salam mengatakan bahwa telah menceritakan kepadaku seseorang yang telah menceritakan hadis berikut dan Amr ibnu Gailan As-Saqafi yang mengatakan bahwa ia datang kepada Ibnu Mas'ud r.a., lalu bertanya kepadanya, "Aku mendapat berita bahwa engkau ikut bersama Rasulullah ﷺ di malam pertemuannya dengan jin?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Benar." Aku berkata, "Ceritakanlah kepadaku bagaimanakah kejadiannya." Ibnu Mas'ud menceritakan, "Sesungguhnya masing-masing orang membawa seorang ahlusuffah untuk memberinya makan malam, tetapi aku ditinggalkan, tiada seorang pun dari mereka (penduduk Madinah) yang membawaku makan malam.
Lalu Rasulullah ﷺ lewat di hadapanku dan bertanya (karena gelapnya malam hari), 'siapakah orang uu?' Aku menjawab, 'Aku Ibnu Mas'ud.' Rasulullah ﷺ bertanya, 'Apakah tiada seorang pun yang membawamu makan malam Aku' menjawab, 'Tidak ada.' Rasulullah ﷺ bersabda, 'Marilah kita pergi, barangkah aku dapat menjumpai sesuatu makanan untukmu.' Maka kami pergi hingga sampailah Rasulullah ﷺ di rumah Ummu Salamah r.a., lalu beliau membiarkan aku berdiri di pintu, sedangkan beliau masuk menemui keluarganya. Kemudian keluarlah seorang budak perempuan dan berkata, 'Hai Ibnu Mas'ud, sesungguhnya Rasulullah ﷺ tidak mendapatkan makanan buat makan malammu, beliau memerintahkan kepadamu untuk kembali ke tempat kamu tidur.'' Lalu aku kembali ke masjid, dan aku kumpulkan batu kerikil dan kubungkus dengan bajuku untuk dijadikan bantal, tetapi tidak lama kemudian budak perempuan itu datang kepadaku dan berkata, 'Kamu dipanggil oleh Rasulullah.' Maka aku mengikutinya dengan harapan dapat memperoleh makan malam.
Ketika aku telah sampai di depan pintu rumah Rasulullah ﷺ keluar menyambutku, sedangkan di tangan beliau terdapat setan dan buah kurma. Lalu beliau menyerahkannya kepadaku dan bersabda, 'Kamu ikut denganku ke mana aku pergi.' Aku mengucapkan 'Masya Allah; dan beliau mengulangi sabdanya sebanyak tiga kali. Setiap kali beliau bersabda, aku ucapkan, 'Masya Allah: Rasulullah ﷺ pergi dan aku mengikutinya hingga sampailah kami di Baqi'ul Garqad, lalu beliau membuat garis dengan tongkatnya dan bersabda: Duduklah kamu di dalam garis ini, jangan kamu tinggalkan tempat ini sebelum aku kembali kepadamu.
Setelah itu Nabi ﷺ pergi dengan jalan kaki, sedangkan aku terus memperhatikannya hingga beliau memasuki kebun kurma dan aku tidak dapat lagi melihatnya. Kemudian setelah aku tidak dapat melihatnya, maka dari arah beliau terlihat ada debu hitam yang membumbung, sehingga aku merasa takut dengan keselamatan Rasulullah ﷺ Aku berkata kepada diriku, 'Apakah aku harus menyusul Rasulullah ﷺ, karena sesungguhnya aku menduga bahwa orang-orang Hawazin telah membuat tipu daya (perangkap) terhadap Rasulullah ﷺ untuk membunuhnya. Apakah aku harus berlari kembali meminta pertolongan kepada orang-orang yang ada di perkampungan Madinah? Tetapi aku teringat akan pesan Rasulullah ﷺ yang memerintahkan kepadaku agar aku tidak boleh meninggalkan tempatku ini'." Ibnu Mas'ud melanjutkan, "Lalu aku mendengar Rasulullah ﷺ menghardik mereka dengan tongkatnya seraya bersabda, 'Duduklah kalian'' Maka barulah mereka tenang dan duduk, hingga manakala fajar subuh mulai tampak, kelihatan ada debu lagi, ternyata mereka telah pulang, lalu Rasulullah ﷺ kembali kepadanya dan bertanya, 'Apakah engkau tidur sepeninggalku?' Aku menjawab, 'Tidak, sesungguhnya pada mulanya saya merasa terkejut sehingga aku berpikiran akan pergi ke perkampungan untuk meminta tolong kepada orang-orang, tetapi niat itu kuurungkan saat aku mendengar engkau menghardik mereka dengan tongkatmu.
Pada mulanya saya mengira bahwa orang-orang Hawazin membuat perangkap terhadap Rasulullah ﷺ dengan tujuan akan membunuhnya.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Seandainya engkau keluar dari lingkaran garis ini, aku tidak dapat menjamin keselamatanmu bila sebagian dari mereka menculikmu. Dan apakah engkau melihat sesuatu dan mereka. Aku menjawab, 'Saya melihat banyak lelaki hitam berpakaian putih-putih.' Maka Rasulullah ﷺ bersabda: Mereka adalah delegasi jin dari Nasibin yang datang kepadaku, lalu meminta makanan dan perbekalan kepadaku, maka aku bekali mereka dengan tulang yang tertutup daging atau tahi unta (yang kering) atau tahi kambing (yang kering). Aku bertanya, 'Apakah hal itu dapat memberikan kecukupan kepada mereka?' Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya tidaklah mereka menemukan tulang, melainkan menjumpai daging padanya seperti pada hari pertama dimakan. Dan tidaklah pula kotoran hewan, melainkan mereka menjumpai biji-bijian padanya seperti pada hari biji-bijian itu dimakan.
Maka janganlah seseorang di antara kalian hersuci dengan memakai tulang, jangan pula dengan kotoran hewan (yang telah kering). Sanad hadis ini garib sekali, tetapi di dalam sanad hadis ini terdapat seorang perawi yang tidak dikenal lagi tidak disebutkan namanya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Al-Hafiz Abu Na'im telah meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah ibnul Walid. lelah menceritakan kepadaku Narrtir ibnu Zaid Al-Qanbur, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Quhafah ibnu Rabi'ah, telah menceritakan kepadaku Az-Zubair ibnul Awwam r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ menjadi imam kami dalam salat Subuh di masjid Madinah.
Setelah selesai, beliau ﷺ bertanya, "Siapakah di antara kalian yang ikut denganku menemui delegasi jin malam ini?" Semua kaum yang hadir diam. Nabi ﷺ mengulangi perkataannya sebanyak tiga kali. Akhirnya beliau ﷺ berlalu di hadapanku dan memegang tanganku. Maka aku berjalan bersamanya hingga sampailah kami di daerah pegunungan Madinah, lalu kami menempuh jalan yang lapang. Tiba-tiba bersualah kami dengan banyak kaum lelaki yang tinggi-tinggi seakan-akan tinggi mereka seperti tombak, sedangkan kain yang mereka pakai dililitkan ke belakang melalui kedua kaki mereka. Ketika aku melihat mereka, tubuhku bergetar karena takut. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis Ibnu Mas'ud yang telah disebutkan di atas.
Dan hadis ini garib, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Hadis lainnya yang berkaitan dengan delegasi jin ialah apa yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Naim, telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad ibnu Hibban, telah menceritakan kepada kami Abut Tayyib Ahmad ibnu Rauh, telah menceritakan kepada kami Ya'qub Ad-Dauraqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Bukair At-Tamimi, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Umar, telah menceritakan kepadaku Ubaidul Maktab, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa serombongan sahabat (murid) Abdullah berangkat menunaikan ibadah haji.
Ketika mereka berada di tengah perjalanan, tiba-tiba mereka menjumpai seekor ular putih tergeletak di tengah jalan, tercium darinya bau wangi minyak kesturi. Lalu aku berkata kepada teman-temanku.Teruskanlah perjalananmu, aku akan tetap berada di sini untuk melihat nasib ular putih ini." Tidak lama kemudian ular putih itu mati. Maka kuambil kain putih dan kubungkus ular putih itu dengan kain tersebut, lalu aku menepikannya dari jalan dan kukubur.
Setelah itu aku menyusul teman-temanku di tempat mereka beristirahat. Ibrahim melanjutkan kisahnya, "Demi Allah, ketika kami sedang duduk, tiba-tiba datanglah empat orang wanita dari arah barat, lalu seseorang dari mereka berkata, 'Siapakah di antara kalian yang telah menguburkan Umar?' Maka kami balik bertanya, 'Siapakah yang engkau maksud dengan Umar?' Wanita itu bertanya, 'Siapakah di antara kamu yang mengubur ular tadi?' Maka kujawab, 'Saya.' Wanita itu berkata, 'Ketahuilah, demi Allah, sesungguhnya engkau telah menguburkan jin yang ahli puasa, ahli ibadah (salat), dan selalu memerintahkan sesuai dengan apa yang diturunkan oleh Allah ﷻ Sesungguhnya dia telah beriman kepada nabi kalian dan telah mendengar sifat-sifatnya dari langit empat ratus tahun sebelum beliau diutus'." Kami semua mendengar hal itu memuji kepada Allah, kemudian kami lanjutkan perjalanan kami dan kami bersua dengan Umar ibnul Khattab r.a. di Madinah, lalu kami ceritakan kepadanya perihal ular itu.
Maka ia mengatakan bahwa wanita itu benar, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya dia telah beriman kepadaku empat ratus tahun sebelum aku diutus. Hadis ini sangat garib; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. Abu Na'im mengatakan bahwa As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Ishaq, dari Asy-Sya'bi, dari seorang lelaki dari Saqif hal yang semisal dengan hadis di atas. Dan Abdullah ibnu Ahmad serta Az-Zahrani telah meriwayatkan dari Safwan ibnul Mu'attal, dialah yang turun dan yang mengubur ular tersebut di antara para sahabat.
Mereka mengatakan bahwa ular itu adalah salah satu jin di antara sembilan jin yang pernah datang kepada Rasulullah ﷺ mendengarkan bacaan Al-Qur'annya. Abu Na'im telah meriwayatkan melalui hadis Al-Lais ibnu Sa'd, dari Abdul Aziz ibnu Abu Salamah Al-Majisyun, dari pamannya, dari Mu'az ibnu Abdullah ibnu Ma'mar yang telah menceritakan bahwa ketika ia berada di hadapan Usman ibnu Affan r.a., datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu mengatakan, "Hai AmiruI Muminin, sesungguhnya ketika aku berada di padang sahara." Lalu ia menyebutkan bahwa ia melihat dua ekor ular berkelahi, kemudian salah seekornya membunuh yang lainnya.
Ia melanjutkan bahwa lalu ia pergi melihat ke tempat perkelahian kedua ular itu. Ternyata ia menjumpai banyak ular yang terbunuh. Dan dari salah seekornya tercium bau minyak kesturi, lalu ia menciumnya seekor demi seekor sehingga menjumpai ular kuning yang merupakan sumber dari bau kesturi itu. Ularnya agak kecil, lalu ular itu dibungkusnya dengan kain serbannya dan ia kubur.
Lelaki itu melanjutkan kisahnya, bahwa ketika ia melanjutkan perjalanannya dengan jalan kaki, tiba-tiba ia mendengar suara yang menyerukan, "Hai Abdullah, sesungguhnya engkau telah bertindak benar, ular-ular tadi adalah jin dari Bani Syu'aiban dan Bani Qais. Mereka berperang, dan di antara yang terbunuh adalah seperti yang kamu lihat sendiri. Salah seekor darinya yang kamu kubur adalah yang mati syahid, dia adalah salah satu jin yang pernah mendengar wahyu dari Rasulullah ﷺ" Maka Usman berkata kepada lelaki itu, "Jika kamu benar dalam kisahmu itu, maka sesungguhnya engkau telah menyaksikan peristiwa yang ajaib.
Dan jika engkau dusta, maka kemudaratan dustamu menimpa dirimu." Firman Allah ﷻ: Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepadamu serombongan jin yang mendengarkan Al-Qur'an; maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya), lalu mereka berkata, "Diamlah kamu (untuk mendengarkannya). (Al-Ahqaf: 29) Yakni dengarkanlah bacaan ini dengan penuh perhatian, ini menggambarkan etika dan sopan santun mereka kepada apa yang didengarnya. "" ". Al-Hafiz Imam Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imam Abut Tayyib Sahl ibnu Muhammad ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Muhammad ibnu Abdullah Ad-Daqqaq, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim Al-Busyanji, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar Ad-Dimasyqi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Zuhair ibnu Muhammad Al-Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ membaca surat Ar-Rahman hingga selesai, kemudian beliau bersabda: Mengapa aku lihat kalian diam, sungguh jin lebih baik daripada kalian dalam hal jawabannya, karena tidak sekali-kali aku bacakan kepada mereka ayat ini, yaitu firman-Nya, "Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? Melainkan mereka menjawab, "Tiada sesuatu pun dari tanda kebesaran atau nikmat-Mu yang kami dustakan, wahai Tuhan kami, segala puji bagi Engkau.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini di dalam kitab tafsirnya dari Abu Muslim alias Abdur Rahman ibnu Waqid, dari Al-Walid ibnu Muslim dengan sanad yang sama. Disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ keluar menemui sahabatnya, lalu membacakan kepada mereka surat Ar-Rahman. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis di atas. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya melainkan melalui hadis Al-Walid dari Zuhair. Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Baihaqi melalui hadis Marwan ibnu Muhammad At-Tatari.
dari Zuhair ibnu Muhammad dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Firman Allah ﷻ: Ketika pembacaan telah selesai. (Al-Ahqaf: 29) Yakni telah rampung dan selesai, semakna dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: Apabila telah ditunaikan (diselesaikan) salat itu. (Al-Jumuah: 10) Maka Dia menyelesaikannya menjadi tujuh langit dalam dua masa. (Fushshilat: 12) Firman Allah Swt: Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu. (Al-Baqarah: 200) Adapun firman Allah ﷻ: mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan. (Al-Ahqaf: 29) Yakni mereka kembali kepada kaumnya dan memberikan peringatan kepada mereka sesuai dengan apa yang mereka dengar dari bacaan Rasulullah ﷺ Pengertian ini semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya: agar mereka memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (At-Taubah: 122) Tersimpulkan dari makna surat Al-Ahqaf ayat 29 ini bahwa di kalangan makhluk jin hanya terdapat pemberi peringatan, tetapi tidak ada rasul dari kalangan mereka.
Dan memang tidak diragukan bahwa Allah ﷻ tidak pernah mengirimkan seorang rasul pun kepada jin dan kalangan mereka sendiri, karena ada firman Allah ﷻ yang mengatakan: Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan seorang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. (Yusuf: 109) Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. (Al-Furqan: 20) Dan firman Allah ﷻ tentang Al-Khalil Nabi Ibrahim a.s.: dan Kami jadikan kenabian dan Al-Kitab pada keturunannya (Al-Ankabut: 27) Setiap nabi yang diutus oleh Allah ﷻ sesudah Ibrahim a.s. adalah dari keturunannya. Adapun mengenai firman Allah ﷻ yang disebutkan di dalam surat Al-An'am, yaitu: Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri? (Al-An'am: 130) Makna yang dimaksud ialah keseluruhan dari kedua makhluk itu, yang pengertiannya ditujukan kepada salah satu dari kedua jenis tersebut, yaitu manusia. Seperti yang terdapat di dalam firman-Nya: Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22) Yakni salah satunya.
Kemudian Allah ﷻ menerangkan adanya peringatan jin terhadap kaumnya melalui firman-Nya: Mereka berkata, "Hai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan sesudah Musa." (Al-Ahqaf: 30) Mereka tidak menyebutkan Isa karena Isa a.s. diturunkan kepadanya kitab Injil yang isinya hanya mengandung nasihat-nasihat, hal-hal keutamaan, tetapi sedikit mengandung perkara halal dan haram. Pada hakikatnya merupakan syariat yang menyempurnakan kitab Taurat, dan hal ini berarti yang dipegang adalah kitab Taurat. Karena itulah jin mengatakan, "Yang diturunkan sesudah Musa." Hal yang sama telah dikatakan oleh Waraqah ibnu Naufal ketika Nabi ﷺ menceritakan kepadanya kisah turunnya Jibril a.s.
pada yang pertama kali, lalu Waraqah ibnu Naufal berkata, "Beruntunglah, dia adalah An-Namus (malaikat) yang pernah datang kepada Musa. Aduhai, sekiranya diriku dapat hidup sampai di masa itu dan dalam keadaan kuat." yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. (Al-Ahqaf: 30) Yaitu kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya. Firman Allah ﷻ menyitir kata-kata jin: lagi memimpin kepada kebenaran. (Al-Ahqaf: 30) Yakni dalam hal akidah dan pemberitaan. dan kepada jalan yang lurus. (Al-Ahqaf: 30) dalam beramal. Karena sesungguhnya Al-Qur'an itu mengandung dua perkara, yaitu berita dan perintah. Beritanya benar dan perintahnya adil, seperti disebutkan dalam firman-Nya: Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an) sebagai kalimat yang benar dan adil. (Al-An'am: 115) dan Allah ﷻ telah berfirman: Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur'an) dan agama yang benar. (At-Taubah: 33) Petunjuk adalah ilmu yang bermanfaat dan agama yang benar artinya amal yang saleh.
Demikianlah kata jin yang disitir firman-Nya: lagi memimpin kepada kebenaran. (Al-Ahqaf: 30) dalam hal akidah (keyakinan). dan kepada jalan yang lurus. (Al-Ahqaf: 30) dalam hal amal perbuatan. Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah. (Al-Ahqaf: 31) Makna ayat ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ diutus kepada dua makhluk, jin dan manusia, mengingat Nabi ﷺ menyeru mereka untuk menyembah Allah dan membacakan kepada mereka Al-Qur'an yang di dalamnya terkandung perintah dan taklif buat kedua jenis makhluk ini; juga mengandung janji dan ancaman, yaitu surat Ar-Rahman. Untuk itulah maka disebutkan: terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya. (Al-Ahqaf: 31) Adapun firman Allah ﷻ: niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu. (Al-Ahqaf: 31) Menurut suatu pendapat, kata min dalam ayat ini merupakan zaidah (tambahan), tetapi pendapat ini masih diragukan karena penambahannya dalam kalam yang isbat (positif) jarang terjadi.
Menurut pendapat yang lain, sesungguhnya huruf min di sini merupakan huruf asal, yaitu bermakna tab'id (sebagian). dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (Al-Ahqaf: 31) Maksudnya, melindungi kalian dari azab-Nya yang pedih. Sebagian ulama menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa jin yang mukmin itu tidak dapat masuk surga. Dan bahwa balasan bagi yang saleh dari kalangan mereka ialah diselamatkan dari azab neraka pada hari kiamat.
Karena itulah mereka mengatakan sehubungan dengan ungkapan ini, bahwa ini adalah ungkapan diplomasi dan mubalagah. Seandainya bagi mereka ada balasan pahala karena keimanan mereka, lebih dari apa yang telah disebutkan, pastilah mereka pun akan menyebutkannya. Ibnu Abu Hatim
Kelompok ayat yang lalu menjelaskan seruan Nabi Muhammad yang ditujukan kepada umat manusia, khususnya kepada penduduk negeri Mekah, dan menjelaskan bahwa di antara mereka ada yang beriman dan ada pula yang kafir. Ayat ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tidak hanya diutus kepada umat manusia saja, tetapi juga diutus kepada golongan jin. Di antara golongan jin itu ada yang beriman dan dengan tekun mendengarkan perkataan Nabi, Dan ingatlah ketika Kami hadapkan kepadamu, wahai Nabi Muhammad, serombongan jin, yang berjumlah tujuh atau sembilan, yang mendengarkan dengan tekun bacaan Al-Qur'an, maka ketika mereka menghadiri pembacaannya mereka berkata, satu sama lain, 'Diamlah kamu untuk mendengarkannya!' Maka ketika telah selesai mendengar pembacaan itu dan memahami pesan-pesan yang terkandung di dalamnya mereka kembali kepada kaumnya untuk memberi peringatan. 30. Kemudian Allah menerangkan lebih lanjut apa yang dikatakan oleh kelompok jin kepada kaumnya dalam memberi peringatan kepada mereka. Mereka berkata, 'Wahai kaum kami! Sungguh, kami telah mende-ngarkan pembacaan Kitab yang agung yaitu Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah setelah kitab Nabi Musa, yang membenarkan kitab-kitab yang datang sebelumnya, yang membimbing siapa yang mengikuti tuntunannya kepada kebenaran dan menunjukkan mereka kepada jalan yang lurus.
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Rasulullah ﷺ agar menyampaikan kepada orang-orang musyrik Mekah peristiwa tentang pertemuannya dengan sekelompok jin yang telah datang kepadanya untuk mendengarkan dan memperhatikan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an. Pada waktu mereka mendengarkan bacaannya, di antara mereka ada yang berkata kepada yang lain, "Dengarlah baik-baik bacaan Al-Qur'an ini agar dengan demikian kita dapat memusatkan perhatian kepada bacaan yang belum pernah kita dengar selama ini dan untuk menunjukkan sikap dan budi pekerti yang baik pada waktu mendengarkan pembacaan ayat Al-Qur'an yang mulia ini." Setelah mereka selesai mendengarkan bacaan Al-Qur'an itu, mereka kembali kepada kaumnya untuk menyampaikan apa yang telah mereka dengarkan itu.
Dalam ayat ini diterangkan bahwa jin telah mendengarkan pembacaan ayat-ayat Al-Qur'an dari Nabi ﷺ Bagaimana cara jin mendengarkan pembacaan itu dan bagaimana Nabi ﷺ memperdengarkannya tidak ada keterangan yang menerangkannya dengan jelas. Demikian pula, tidak ada bukti-bukti nyata yang dapat dikemukakan dengan pasti adanya alam jin itu sendiri.
Adanya alam jin itu hanya didapat dari ayat-ayat Al-Qur'an dan hadis Nabi ﷺ Maka kita sebagai umat Islam wajib mempercayai adanya jin itu, sebagaimana kita wajib mempercayai adanya malaikat, karena kepercayaan kepada adanya jin dan malaikat termasuk dalam keimanan kepada seluruh isi Al-Qur'an yang merupakan sumber pokok agama Islam.
Malaikat dan jin termasuk makhluk gaib, karena itu hanya Allah saja yang mengetahui dengan pasti tentang hakikat dan kejadiannya. Seorang Muslim wajib percaya bahwa Nabi Muhammad pernah berhubungan dengan malaikat, seperti ketika menerima wahyu dan sebagainya. Demikian pula seorang Muslim wajib percaya pula bahwa pada suatu waktu, ketika Rasulullah ﷺ masih hidup, beliau pernah berhubungan dengan jin, yaitu ketika membacakan ayat-ayat Al-Qur'an kepada mereka, dan waktu mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh, kemudian menyampaikan kepada kaumnya.
Mengenai hadis-hadis Rasulullah yang menerangkan pertemuan beliau dengan serombongan jin antara lain hadis di bawah ini:
Masruq berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Mas'ud tentang siapa yang memberitahukan kepada Nabi Muhammad ﷺ akan kehadiran jin pada malam mereka mendengarkan bacaan Al-Qur'an," beliau menjawab, "Yang memberitahukan kehadiran mereka ialah pohon kayu itu." (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Pada hadis yang lain disebutkan sebagai berikut:
'Alqamah berkata, "Aku bertanya kepada Ibnu Mas'ud, adakah salah seorang di antara kamu yang menyertai Rasulullah ﷺ pada malam pertemuannya dengan jin?" Ibnu Mas'ud menjawab, "Tidak seorang pun di antara kami yang menyertainya." (Riwayat Ahmad, Muslim, dan at-Tirmidhi)
Ayat ini diturunkan ketika Rasulullah ﷺ dan para sahabat sedang menghadapi tantangan yang sangat berat dari kaum musyrik Mekah. Setelah istri yang beliau cintai, Khadijah wafat, kemudian disusul dengan wafatnya paman beliau, Abu thalib, beliau merasa kehilangan orang-orang yang selama ini melindungi dan menolong beliau dari gangguan orang-orang Quraisy. Sementara itu, ancaman dan gangguan orang Quraisy semakin bertambah. Menghadapi keadaan semacam ini beliau pergi ke kota thaif dengan harapan akan mendapat perlindungan dan pertolongan dari Bani saqif. Tetapi beliau tidak memperoleh apa yang diharapkannya, bahkan Bani saqif sendiri bertindak kasar dengan menyuruh budak-budak mereka mengusir dan melempari Rasulullah ﷺ sehingga kaki beliau luka dan berdarah. Mereka memaksa Rasulullah ﷺ melarikan diri ke kebun 'Utbah dan Syaibah. Di sana beliau berlindung dari teriknya matahari. Setelah beliau berdoa meminta pertolongan dari Allah, barulah budak-budak itu pergi. Kemudian Rasulullah kembali ke Mekah. Dalam perjalanan itu, beliau singgah di Nakhlah, suatu tempat di pinggir kota Mekah. Beliau bermalam di sana. Maka pada malam ketika beliau sedang salat dan membaca Al-Qur'an dalam salat itu, Allah mengerahkan tujuh pemuka jin untuk mendengarkan Nabi ﷺ membaca Al-Qur'an. Beliau tidak mengetahui akan kedatangan jin dan beliau juga tidak mengetahui saat jin itu kembali ke tempatnya. Dengan turunnya ayat ini barulah Rasulullah ﷺ mengetahui kedatangan jin itu.
Ayat ini diturunkan untuk menenteramkan hati Nabi dan para sahabatnya. Tidak lama setelah itu, terjadilah peristiwa Isra' dan Mi'raj. Kedua peristiwa itu menambah kuat hati Nabi dan keyakinannya akan keberhasilannya menyampaikan risalah yang ditugaskan Allah kepadanya.
Ayat ini juga menerangkan bahwa jin memperhatikan ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca Rasulullah, kemudian menyampaikan isi Al-Qur'an itu kepada kaumnya. Dari peristiwa ini, dapat diambil kesimpulan bahwa seruan Rasulullah ﷺ itu tidak saja tertuju kepada seluruh manusia, tetapi juga ditujukan kepada jin, makhluk gaib yang tidak dapat diketahui hakikat dan keadaannya oleh manusia. Hanya saja kita manusia tidak mengetahui kapan dan bagaimana caranya jin itu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Allah.
Sebagian ahli tafsir mengambil kesimpulan berdasarkan ayat ini bahwa seandainya ada makhluk hidup yang berada di luar planet bumi ini, yang keadaannya seperti manusia, yaitu dapat berpikir, berbuat, dan berperasaan, maka risalah Muhammad ﷺ berlaku pula bagi mereka, dan kaum Muslimin wajib menyampaikannya kepada mereka sedapat mungkin. Jin sebagai makhluk gaib wajib melaksanakan risalah Muhammad ﷺ dan tentulah makhluk lain yang tidak gaib dan sama dengan manusia lebih wajib lagi melaksanakan risalah Muhammad ﷺ
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
JIN MENDENGAR AL-QURAN
Ayat 29
“Dan (ingatlah) ketika Kami hadapkan kepada engkau sekumpulan daripada jin akan mendengarkan Al-Qur'an."
Permulaan ini telah menyatakan dengan tegas, daripada Allah kepada Rasui-Nya, Muhammad ﷺ bahwasanya jin itu terang ada. Sampai ada di antara mereka, itu yang datang menghadiri majelis Rasul dan mendengarkan ayat At-Qur'an dibaca Nabi atau diulangkan oleh sahabat-sahabat Nabi yang turut hadir di waktu itu. Dan Al-Qur'an dengan sendirinya pula telah menjelaskan bahwa jin itu mengerti bahasa yang dipakai oleh Rasulullah ﷺ, yaitu bahasa Arab.
Iman kepada yang gaib pada kita kaum Muslimin adalah pokok utama daripada iman. Ayat 2 dari surah al-Baqarah, langsung sekali menyebut"yu'minuna bil ghaibi" percaya akan adanya yang gaib. Setelah ilmu pengetahuan manusia bertambah mendalam, sampailah orang kepada kepercayaan bahwasanya dunia ini memanglah penuh dengan rahasia. Penuh dengan kekuatan-kekuatan dari makhluk yang tersembunyi. Baik sifat atau bekasnya. Kita ini pun hidup dalam pangkuan rahasia itu. Hanya sedikit yang kita ketahui dan lebih banyak yang kita tidak tahu. Hari berganti, malam berkisar dan sedikit demi sedikit rahasia itu dibukakan kepada kita. Kadang-kadang terbukti karena bekasnya, kadang-kadang terbukti karena jejaknya. Kemajuan manusia pada abad-abad dan masa lalu dalam penyelidikan barang berida maka di zaman kemudian ini manusia mulai pula tertarik menyelidiki tentang rahasia kegaiban itu. Kita misalkan saja betapa sampai manusia kepada kesimpulan mempertemukan hasil penyelidikan ilmiah terhadap atom, zat yang sekecil-kecilnya maka sampailah manusia sebagian kepada mengaji bahwa pangkal sesuatu adalah al-jauharul fard atau kesatuan halus yang tidak mungkin dibagi lagi. Lalu timbul pertanyaan apakah yang tidak dapat dibagi lagi itu bersifat berida atau semata-mata tenaga? Al-Qur'an sendiri menyebutkan asal kejadian jin, yaitu nyala api. (Surah ar-Rahmaan ayat 1S) Kalau menilik bunyi ayat ini tegas sekali bahwa asal kejadian jin bukanlah semata-mata dari batang gaib melainkan dari barang (materi) yang nyata, sebagaimana di ayat sebelumnya dikatakan bahwa asal kejadian manusia adalah daripada tanah liat bagai tembikar. Dengan demikian, kalau kita pikirkan batas berpikir manusia 500 atau 600 tahun yang lampau jika dikatakan pada masa itu tentang tenaga atom tentu orang pun akan menolak mentah-mentah dan mengatakan mustahil. Padahal di zaman sekarang abad kedua puluh, kedahsyatan tenaga atom yang menyebabkan timbulnya senjata nuklir, bom atom bom hidrogen, kalau misalnya soal tenaga atom ini hanya jadi pembicaraan saja, belum bertemu dengan kenyataan 500 atau 600 tahun yang lalu, niscaya akan dikatakan orang bahwa yang mengatakan itu orang gila. Masakan satu negeri bisa hancur dengan penduduk beratus ribu, hanya karena satu tenaga atom yang begitu kecil!
Sekarang dengan jelas Allah mengatakan bahwa ada satu makhluk bernama jin. Dalam Al-Qur'an banyak disebutkan tentang jin itu.
Iblis pernah mengatakan kepada Allah apa sebab dia tidak mau sujud kepada Adam, ‘Aku lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan dia dari tanah."
Dan Iblis itu adalah dari jin seperti tersebut dalam firman Allah,"Kecuali Ibiis, adalah Iblis dari jin maka mendurhakalah dia dari perintah Tuhannya." Dan dikatakan pula bahwa jin itu bisa melihat manusia, tetapi manusia tidak bisa melihat mereka.
Dan mereka pun bisa hidup di muka bumi ini, sebagai kita manusia, meskipun kita manusia tidak dapat melihat di mana dia berada di muka bumi itu. Sebab Allah berfirman,"Turunlah kamu semuanya,yang setengah kamu memusuhi akan yang setengah. Dan bagi kamu di atas bumi itu ada tempat tinggal dan kesenangan sampai waktu tertentu."
Dalam Al-Qur'an juga tersebut bahwasanya Nabi Sulaiman dapat mempekerjakan jin itu membantu dia terutama ketika membangun masjid Sulaiman yang terkenal.
Di luar bumi ini pun, di ruang angkasa luas mereka pun dapat hidup. Allah berfirman tentang itu, dari perkataan jin,"Dan sesungguhnya kami telah menyentuh langit maka kami dapati langit itu penuh dengan pengawal dan bintang berekor."
Dan jin itu pun dapat pula menanamkan pengaruhnya ke atas manusia yang lemah sehingga dapat disesatkannya kecuali orang-orang yang teguh imannya kepada Allah.
Dan mereka pun dapat menerima petunjuk Allah dan dapat juga berjalan sesat (surah, al-finn ayat 14 dan 15). Yang Islam menempuh jalan yang benar, yang menyeleweng dan sesat menjadi penyala api neraka. Dengan mengambil alasan dari bunyi ayat bahwa mereka mendengar Al-Qur'an diturunkan lalu yang mendengar itu datang kepada kaumnya sendiri memberi ingat maka jelaslah bahwa yang memberi ingat itu telah terlebih dahulu mendapat petunjuk
Itulah beberapa uraian yang kita pilih inti sarinya daripada 22 ayat yang menyebutkan tentang adanya jin itu di dalam Al-Qur'an. Maka dalil-dalil dari dalam Al-Qur'an itu sudahlah sangat cukup. Ada juga keterangan yang lain-lain tentang cerita-cerita dan pengalaman manusia bertemu dengan jin, bersahabat dengan jin, kawin dengan jin dan sebagainya. Maka yang demikian itu tidaklah kuat dasarnya akan kita jadikan inti tafsir dalam Tafsir al-Azhar ini. Ada pula bantuan daripada riwayat-riwayat hadits terutama sebuah hadits yang dirawikan oleh al-Bukhari dengan isnad sendinya dari Musaddad dan sebuah hadits pula yang dirawikan oleh Muslim dari Syaiban bin Farukh dari Abu Uwanah dan dirawikan pula oleh al-imam Ahmad bin Hambal dalam masnad beliau. Berkata dia: Menceritakan kepada kami Affan, menceritakan kepada kami Abu Uwanah: Berkata Imam Hafizh al-Baihaqi di dalam kitab beliau Dalaailun Nubuwwah: Mengabarkan kepada kami Abui Masan Ali bin Ahmad bin Abdan, mengabarkan kepada kami Ahmad bin Ubaid ash-Shaffaar, menceritakan kepada kami Abu Uwanah dari Abu Basyar dari Sa'id bin jubair dari ibnu Abbas —semoga Allah meridhai keduanya— berkata dia; Tidaklah membaca Rasulullah akan hal-ihwal jin dan tidaklah Rasulullah melihat akan mereka. Suatu waktu Rasulullah telah berlepas diiringkan oleh sekelompok dari sahabat-sahabat beliau menuju kepada Pasar Ukadz. Di waktu itu berita dari langit telah tertutup terhadap setan-setan sebab telah dikirim kepada mereka bintang penikam (meteor). Maka kembalilah setan-setan itu kepada kaum mereka lalu berkatalah kaum itu,"Mengapa kamu?" Mereka menjawab, “Di antara kami telah dibatas dengan berita langit dan telah dikirim bintang (meteor) untuk memanah kami." Lalu berkatalah mereka,"Pastilah telah ada suatu kejadian yang membatasi kamu dengan langit sehingga telah tertutup berita langit kepada kamu. Sebab itu periksalah ke timur dan ke barat dan selidikilah apa gerangan sebabnya berita langit tidak sampai lagi." Maka mereka pun pergilah menyelidiki ke sebelah timur bumi dan ke sebelah baratnya mencari sebab-sebab berita langit itu terhambat. Beberapa orang dari mereka yang telah pergi ke jurusan Tihamah akhirnya meneruskan perjalanan pergi menemui Rasulullah ﷺ yang ketika itu beliau ﷺ sedang menuju ke Pasar Ukadz. Beliau sedang berhenti di tengah jalan melakukan shalat Shubuh. Maka tatkala jin yang berjalan menyelidik itu sampai ke tempat Rasulullah shalat itu terdengarlah oleh mereka Rasulullah sedang shalat membaca Al-Qur'an. Setelah mereka dengarkan bacaan Nabi itu baik-baik, berkatalah mereka,"Inilah rupanya yang membatasi antara kamu sekalian dengan berita langit sehingga tidak pernah terdengar lagi." Pada waktu setelah jin itu kembali kepada teman-teman mereka yang tengah menunggu, berkatalah mereka,"Wahai kaum kami, sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur'an yang menakjubkan itu, memberi petunjuk kepada jalan yang benar maka kami pun telah percaya kepadanya dan sekali-kali tidaklah kami akan mempersekutukan Allah kami dengan yang lain." Dan Allah pun menurunkan pula kepada nabi-Nya ﷺ,"Katakanlah: telah diwahyukan kepadaku bahwasanya telah mendengar sekelompok dari jin," maka tafsir ayat ini ialah bahwa telah diwahyukan kepadanya perkataan daripada jin.
Dan dikeluarkan pula oleh Muslim, Abu Dawud, dan Tirmidzi dengan sanadnya dari Alqamah, berkata dia,"Berkata aku kepada Ibnu Mas'ud (semoga ridha Allah atasnya), ‘Adalah Nabi telah berteman dengan salah seorang kamu pada malam bertemu jin itu?' Abdullah bin Mas'ud menjawab, Tidak ada di antara kami seorang pun yang menemaninya, tetapi yang ada ialah bahwa kami menemani beliau pada suatu malam, lalu kami kehilangan beliau lalu kami cari beliau di lembah-lembah dan di rimba-rimba. Lalu kami berkata, ‘Beliau telah hilang atau beliau telah dibunuh orang.' Karena persangkaan yang demikian bemalamlah kami dalam yang seseram-seram malam yang kami tunggui. Setelah hari Shubuh, tiba-tiba datanglah beliau dari jurusan Hira' Lalu kami berkata, ‘Kami kehilangan engkau, ya Rasul Allah! Kami cari-cari engkau, namun tidak bertemu sehingga kami menunggu engkau dalam semalam seram.' Lalu beliau ﷺ menjawab, ‘Datang jin kepadaku lalu aku pergi menurutkan mereka, lalu aku bacakan Al-Qur'an kepada mereka.' Kami pun dibawanya ikut serta maka kami lihatlah bekas mereka dan bekas perapian mereka dan mereka pun menanyakan dari hal perbekalan makanan maka beliau jawab bahwa segala tulang yang mereka makan dengan membaca nama Allah, adalah tulang itu lebih gemuk buat kamu daripada daging sendiri dan segala sampah dan tahi binatang kamu, dapat pula dimakan oleh binatang-binatang kamu.'"
Ibnu Ishaq menuliskan di dalam sirah Ibnu Hisyam yang terkenal bahwa beberapa daripada jin itu ketika Rasulullah keluar ke negeri Thaif hendak mencari pertolongan menangkis penderitaan-penderitaan yang ditim-pakan orang Thaif dari kaum Tsaqiif, sesudah meninggal paman beliau Abu Thalib dan ketika sangat hebat pukulan kepadanya dan kepada kaum Muslimin di Mekah dan ketika Tsaqiif telah menolaknya dengan sangat kasar, sampai anak-anak pun mereka kerahkan menyakiti Nabi ﷺ sampai berdarah kaki beliau, maka pada waktu itu beliau berdoa kepada Allah, bermunajat, mengadukan halnya.
“Ya Tuhanku, kepada Engkaulah aku mengadukan kelemahan kekuatanku dan sedikitnya daya upayaku dan tidak ada dayaku di hadapan manusia. Wahai yang lebih pengasih dari segala yang pengasih, Engkaulah Tuhan dari segala yang lemah dan Engkaulah Tuhanku, kepada siapakah aku akan Engkau serahkan kepada orang yang jauh yang membericiku atau kepada musuh yang menguasai urusanku? Jika Engkau tidak murka kepadaku, tidaklah aku peduli, tetapi maaf daripada Engkau adalah lebih lapang buatku. Aku berlindung de-ngan wajah Engkau menyinari tempat yang gelap dan selamat lantarannya segala urusan dan akhirat, janganlah sampai murka Engkau menimpa diriku atau meliputi kepadaku kemarahan Engkau! Kepada Engkau aku akan selalu mengeluh sampai Engkau meridhai aku. Tidak ada daya dan tidak ada upaya, kecuali dengan Engkau"
Setelah itu maka Rasulullah pun meninggalkan Thaif lalu menuju Mekah karena sudah putus harapan beliau akan disambut baik oleh orang Tsaqiif sehingga bilamana beliau sampai di suatu tempat bernama Nakhlah, berhentilah beliau lalu shalat di tengah malam pada waktu itulah melintas di sana beberapa jin yang disebutkan oleh Allah Ta'aala itu; mereka itu adalah tujuh, yaitu jin dari negeri Nashibiin, Ketujuh jin itu mendengar ketika Rasulullah ﷺ shalat. Setelah Rasulullah selesai shalat maka ketujuh jin itu berpaling lalu pergi kepada kaumnya dan semuanya dalam keadaan beriman. Kedatangan ketujuh jin itulah yang dijelaskan Allah kepada Rasulullah ﷺ di dalam ayat 29 ini bahwa mereka mendengar Al-Qur'an dan setelah itu mereka pun berpaling lalu datang kepada kaum mereka memberikan apa-apa yang mereka dengar di dalam shalat Rasulullah ﷺ.
Maka di dalam ayat ini dengan jelas kita baca bahwa Allah Ta'aala sendirilah yang memberitahukan kepada Rasulullah bahwa jin melihat beliau dan jin mendengar bacaan beliau ketika shalat. Allah pula yang menerangkan pada hadits pertama riwayat al-Bukhari tadi bahwa kalangan jin menjadi ribut dan tercengang karena berita langit telah terputus mereka terima, tidak mereka dengar sebagai dahulu lagi, sehingga sudah sukar bagi jin atau Iblis memberikan ramalan atau tenung bagi orang yang ingin mengetahui nasib zaman yang akan datang. Rupanya setelah mendengar Al-Qur'an dan dibaca oleh Rasul barulah mereka tahu apa sebabnya, maka percayatah kepada Allah, siapa yang diberi petunjuk oleh Allah sehingga mereka pun menjadi jin-jin yang Muslim.
“Maka setelah mereka menghadirinya, berkatalah mereka, ‘Berdiam dirilah kamu semua!'" Tengah-tengah ayat ini menunjukkan bahwasanya jin yang tujuh atau berlebih itu telah mendengarkan Nabi Muhammad ﷺ membaca Al-Qur'an dalam shalat dengan saksama dan khusyu sekali. Lalu setengah dari mereka memberi ingat kepada setengah kawannya yang lain, yang mungkin masih berbisik-bisik atau kurang hening, kurang patuh, supaya mendengarkan dengan diam-diam supaya dapat menyimakkan Al-Qur'an yang indah itu yang dibaca Nabi ﷺ dengan khusyunya."Maka tatkala sudah selesai," yaitu setelah Nabi Muhammad ﷺ selesai mengerjakan shalat itu,
“berpalinglah mereka kepada kaumnya," yang sama-sama jin,"membelikan peringatan."
Ujung ayat ini membuktikan bahwasanya jin yang mendengar itu tertarik oleh bacaan itu dan terpesona oleh shalat Nabi ﷺ lalu semuanya menyatakan diri masuk Islam kemudian semuanya pulang ke kampung ha-lamannya, memberi ingat kaumnya pula supaya patuh dan taat kepada apa yang tersebut dalam bunyi ayat-ayat yang dibaca oleh Nabi saw, itu. Ayat selanjutnya lebih menjelaskan lagi,
Ayat 30
“Mereka berikata,"Wahai kaum kami! Sesungguhnya kami telah mendengari sebuah kitab yang diturunkan sesudah Musa.'"
Kitab yang diturunkan kepada Musa, sebagaimana kita ketahui ialah Taurat dan rupanya jin-jin itu dahulunya pun telah mendengar Taurat itu pula. Kitab yang datang sesudah Musa ialah Al-Qur'an, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ bernama Al-Qur'an,"membenarkan akan apa yang diturunkan di hadapannyayaitu yang terdahulu dari dia. Sebab memang kitab-kitab Allah itu samalah isi semuanya, memberi petunjuk manusia kepada jalan yang benar, petunjuk dan hidayah.
“Memberi petunjuk kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus."
Seruan jin-jin itu lebih jelas lagi sesudah yang demikian.
Ayat 31
“Wahai kaum kami! Turutilah panggilan Allah dan pencayatah kepadanya."
Ayat ini menambah jelas lagi bahwa perhatian mereka sementara mendengar beberapa ayat yang dibaca oleh Nabi, benar-benar masuk ke dalam diri jin-jin itu, yang menyebabkan mereka percaya dan hati mereka belum puas jika kaum mereka belum percaya sebagai mereka pula. Maka mereka memberikan harapan ke-selamatan bagi barangsiapa yang mau percaya dengan sambungan ucapan dakwah mereka."Niscaya akan diberi ampunlah bagi kamu akan dosa kamu." Inilah harapan yang pertama, yaitu kalau kiranya selama ini banyak dosa yang diperbuat maka dengan tobat dan kembali kepada jalan yang benar, dosa akan diampuni, dada menjadi lapang dan pikiran terbuka.
“Dan dibebaskan kamu daripada adzad yang pedih."
Sedang terlepas daripada siksaan yang pedih itu saja pun adalah satu nikmat dari Allah yang menyebabkan dunia ini jadi lapang tempat kita berdiri dan alam jadi luas tempat kita meninjau, inspirasi atau ilham tumbuh buat meneruskan amal.
Kemudian itu berkata pula mereka selanjutnya tentang bahaya bagi orang yang lengah dari petunjuk Allah.
perjalanan hidup, hanya memperturutkan kehendak hati sendiri dengan tidak menenggang ke kiri dan ke kanan,"maka tidaklah dia ada kesanggupan di muka bumi" karena dosa menutup pintu hati dan menyebabkan apa saja pekerjaan yang dikerjakan jarang sungguh-sungguh maka timbullah kemunafikan (hipokrit)."Dan ti-daklah ada baginya selain Dia yang akan jadi pemimpin." Ada juga pimpinan dari yang lain namun pimpinan yang lain itu tidaklah akan membawa kepada jalan yang lurus melainkan membawa jauh tersesat.
“Itulah orang-orang yang dalam kesesatan yang nyala."
Berjalan menempuh arena hidup sudah pasti mesti ada pimpinan yang nyata dan yang jujur. Karena kita baru sekali ini datang ke dunia dan dunia berubah terus sehingga tidaklah cukup kalau dengan umur usia kita saja kita hendak mencari pengalaman. Di samping pengalaman mesti ada pengajaran. Jalan yang ditempuh orang lain, yang membawa dia bahagia harus dijadikan teladan oleh orang yang datang kemudian dan jalan tersesat yang membawa mereka yang terdahulu itu terperosok ke dalam kecelakaan harus kita elakkan.
Ayat 32
“Dan barangsiapa yang tidak menyambut seruan Allah."
Hidup di dunia sesuka hati, tidak mengenal perayuan,'tidak berbatas yang tertentu dalam
Ayat 33
“Apakah tidak mereka lihat bahwasanya Allah-lah Yang Menciptakan semua langit dan bumi dan tidak pennahlah Dia letih dalam menciptakannya."
Bolehlah kita pahamkan bahwasanya ayat 33 ini masih seruan peringatan jin kepada kaumnya sesama jin. Dia memberi peringatan bahwasanya pencipta semua langit yang berlapis-lapis itu ditambah lagi dengan pencipta bumi adalah semata-mata Allah dan tidaklah ikut serta yang lain menciptakannya. Tidaklah akan sanggup yang lain menciptakan itu. Dan tidaklah Allah merasa letih, merasa penat dalam menciptakan."Yang berkuasa menghidupkan yang telah mati." Dengan ayat-ayat ini dapatlah kita manusia memahamkan bahwasanya jin sebagai makhluk yang gaib itu tidaklah mempunyai kekuasaan dan kebesaran sama dengan Allah. Jin itu pun makhluk yang lemah sebagai manusia juga. Jangankan jin, sedangkan malaikat pun demikian halnya. Ketika Allah hendak mengangkat khalifahnya di muka bumi. Malaikat telah mengemukakan pertanyaan, bagaimana boleh manusia sebagai perusak bumi penumpah darah diberi jabatan sebesar itu maka Allah pun telah menjawab bahwa Allah lebih mengetahui daripada malaikat itu tentang keadaan yang sebenarnya. Dan kemudian sekali ternyata bahwasanya banyaklah Allah memberikan ilmu pengetahuan kepada manusia sedang kepada malaikat tidak sehingga apabila ditanyakan Allah berapa persoalan, malaikat tidak dapat menjawab. Hanya manusia yang bisa.
Sedangkan malaikat kekasih Allah, makhluk setiawan lagi serba kekurangan dalam hal ilmu, apatah lagi jin. Maka jin yang telah Islam mengakui sendiri bahwa mereka pun lemah membuat langit bertingkat mereka tak sanggup, mencipta bumi mereka tidak kuat. Apatah lagi kalau akan menghidupkan orang yang telah mati. Itu pun manusia tidak sanggup, jin pun tidak sanggup, malaikat pun tidak. Itu hanya ketentuan pada Allah semata-mata.
“Sungguh! Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu."
Semiang pun tidak ada kekuasaan pada makhluk. Kekuasaan hanya pada Allah!
Ayat 34
“Dan (ingatlah) akan hariyang akan dibawa orang-orang yang tidak pencaya ke neraka."
Sedang manusia termenung memikirkan cerita-cerita jin dan seruan atau dakwah jin yang telah mendengarkan sendiri butir-butir Al-Qur'an yang dibaca Nabi ﷺ sedang mengerjakan shalat, dan ingat betapa besar kekuasaan Allah sampai kepada tiap-tiap sesuatu dari yang sangat besar kepada yang sangat kecil, tidak ada yang terlepas dari kekuasaan Allah, tibalah ayat terakhir akan dekat penutup menyuruh manusia ingat akan hari itu. yaitu di masa manusia dan jin yang tidak mau percaya selama di dunia ini akan kekuasaan Allah, tidak mau percaya akan hari pembalasan, bahwa semua yang tidak percaya itu akan dibawa ke neraka. Di sanalah mereka akan ditanya,"Bukankah ini suatu kebenaran?"
Apa jawaban mereka atas pertanyaan itu? Apa jawaban mereka setelah berhadapan bermuka-muka dengan kenyataan itu?
Apa lagi yang akan mereka jawabkan, lain daripada merunduk dan mengaku."Semua berkata, ‘Benar sekali! Ya Tuhan kami!"‘ Dengan khusyu di waktu itu mereka merundukkan diri, tidak lagi menyombong mengangkat diri, sebagai yang pernah mereka lakukan tatkala di dunia dahulu. Benar sekali, ya Tuhan kami!
Seakan-akan mereka berkata sambil merundukkan kepala, sebab tidak dapat menyombong lagi, sebab sudah menghadapi kenyataan bahwa apa yang dikatakan oleh Allah itu adalah benar belaka, sudah mereka alami sekarang betapa pahitnya. Dengan rendah dan hina mereka sekarang mengucapkan ‘Tuhan kami!" di waktu gelanggang telah usai, perjuangan tidak diperlukan lagi walaupun mereka menyebut,"Tuhan kami," siapa yang akan memungkiri lagi pada waktu itu, bahwa Allah itu memang Tuhannya? Dan tidak ada Tuhan selain Dia? Mengapa ucapan demikian tidak mereka katakan ketika masih hidup?
Keputusan Allah tetap. Yang berjuang dengan yakin dan gigih karena membela kebenaran menerimalah pengharapan tertinggi atas gagah perkasanya mempertahankan keyakinan dan keimanan itu. Sedangorangyang di waktu hidup mencongkak menyombong dan baru hari itu dia mengucapkan,"Ya Tuhan kami," tetaplah menerima firman Allah.
“Maka berkatalah Dia, ‘Maka rasakantah adzab dari sebab yang kamu telah menyangkal.'"
Walaupun di hari hukuman akan jatuh mereka menyebut"Tuhan kami" namun harga perkataan itu tidak ada lagi, percuma. Karena, dia harus menyelesaikan terlebih dahulu kekerasan kepalanya tatkala di dunia.
Begitulah yang bernama kebenaran dan begitulah yang bernama keadilan! Akhirnya berfirman Allah kepada Rasul-Nya,
Ayat 35
“Oleh sebab itu bersabarlah! Sebagaimana telah berisabarnya rasul-rasul yang terutama dan janganlah hendak terburu-buru kepada mereka."
Hendak menyadarkan manusia-manusia yang tengah terlena oleh buaian kemewahan dan kemegahan hidup yang sebenarnya menipu mereka dan di tengah-tengah manusia yang telah menyumbat telinganya sendiri agar jangan mendengarkan seruan kebenaran, bahkan mau bersikap nista terhadap orang yang menyerunya kepada kebajikan maka senjata yang paling ampuh tidak lain adalah sabar! Maka sabarlah, Muhammad! Karena pekerjaan ini berat dan besar. Dahulu dari engkau rasul-rasul yang utama atau ulul ‘azmi orang-orang terkemuka di antara nabi-nabi dan rasul-rasul Allah yang membawa syari'at dan jalan baru, yaitu Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa telah melalui pula sebagaimana yang engkau lalui sekarang:
halangan, rintangan, makian, dan nista. Namun senjata mereka yang ampuh ialah sabar, tabah, tahan hati, tak bergoyang walau bagaimana besarnya bahaya yang mereka hadapi."Dan jangan hendak terburu-buru kepada mereka." Yaitu bahwasanya rasul-rasul itu bila berdoa berAllahon kepada Allah, niscaya doa mereka akan terkabul. Tetapi mereka itu berdoa bukanlah hendak menuntut dan meAllahon kepada Allah agar umat yang menentang kebenaran itu dikutuk dilaknat oleh Allah. Karena tempo untuk mereka menentang ketentuan Allah itu sangatlah pendek. Dunia ini beredar tahun demi tahun, 100 dan 100 tahun, 100.000 tahun atau 100 juta tahun namun manusia sendiri hanya seberitar saja di dunia ini. Kadang-kadang seangkatan manusia menentang kebenaran Ilahi namun si ayah segera meninggal lalu naik si anak dan si anak itu pun telah menyatakan percaya. Sebab itu maka sambungan firman Allah berbunyi,"Seakan-akan hari mereka melihat apa yang telah dijanjikan kepada mereka itu tidaklah mereka berdiam di dunia kecuali sesaat seketika di siang hari!"
Sabarlah Muhammad menghadapi sikap mereka itu! Sebab waktu itu tidaklah panjang bahkan sangat pendek, hanya seakan-akan satu saat atau sejenak saja di siang hari, hidup yang melintas sejenak sebelum akhirat datang dan harganya pun sangat sedikit, sedikit sekali sehingga tidak ada meninggalkan jejak dan bekas dalam diri, melainkan laksana sesaat dalam satu hari yang pernah dilalui, di antara zaman sebelum kita lahir yang berjuta tahun dari zaman setelah kita tinggalkan yang beribu tahun pula."Balaagh, sudah sampai! Kewajiban yang dipikulkan Allah ke atas pundak Rasul telah disampaikan, tugas telah dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Sesudah tugas itu disampaikan maka Rasul pun telah dipanggil oleh Allah kembali ke hadirat-Nya. Di ujung ayat datanglah pertanyaan yang amat mendalam.
“Maka tiadalah yang dibinasakan melainkan orang-orang yang fasik?"
Meskipun waktu yang dilalui di dunia terlalu pendek, namun Rasul telah mengisi dengan tugas suci, yaitu Balaagh, menyampaikan. Orang yang patuh menjalani menurut tugas yang disampaikan Rasul itu walaupun hidupnya terlalu pendek dibanding dengan usia alam, namun yang jujur tidaklah teraniaya dan yang fasik dan durhaka tidaklah lepas dari hukuman."Yang bungkuk jua yang dimakan sarung" dan Allah tidak pernah melakukan aniaya kepada orang yang memperhambakan diri dengan tulus kepada-Nya: yang ada cuma cobaan sebagaimana yang diderita oleh Nabi maka obatnya yang paling manjur hanyalah sabar. Dan tiap-tiap dai, penyeru kepada jalan kebajikan hendaklah sabar pula sebagaimana sabarnya rasul-rasul, sebagaimana sabarnya Ulul ‘Azmi, rasui-rasul utama. Sebab, perjuangan ini tidak lama, hanya satu saat saja daripada siang hari. Kemudian itu akan terjadilah apa yang akan terjadi Selesai tafsir surah al-Ahqaaf.