Ayat
Terjemahan Per Kata
تَنزِيلُ
turunnya
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمِ
Maha Bijaksana
تَنزِيلُ
turunnya
ٱلۡكِتَٰبِ
kitab
مِنَ
dari
ٱللَّهِ
Allah
ٱلۡعَزِيزِ
Maha Perkasa
ٱلۡحَكِيمِ
Maha Bijaksana
Terjemahan
Diturunkannya Kitab (Al-Qur’an) ini (berasal) dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
Tafsir
(Diturunkan Alkitab ini) yaitu Al-Qur'an; lafal ayat ini menjadi Mubtada (dari Allah) menjadi Khabar dari Mubtada (Yang Maha Perkasa) di dalam kerajaan-Nya (lagi Maha Bijaksana) di dalam perbuatan-Nya.
Tafsir Surat Al-Ahqaf: 1-6
Haa Mim. Diturunkan Kitab ini dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang ditentukan. Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkan kepada-Ku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? Bawalah kepada-Ku kitab yang sebelum (Al-Qur'an) ini atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu adalah orang-orang yang benar.
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. Allah ﷻ menceritakan bahwa Dia telah menurunkan Al-Qur'an kepada hamba dan rasul-Nya Nabi Muhammad ﷺ dan menggambarkan bahwa diri-Nya adalah Tuhan yang memiliki keperkasaan yang tiada taranya lagi memiliki kebijaksanaan dalam semua perkataan dan perbuatan-Nya' Kemudian disebutkan oleh firman-Nya: Kami tiada menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar. (Al-Ahqaf: 3) Yakni bukan main-main, bukan pula secara batil. dan dalam waktu yang ditentukan. (Al-Ahqaf: 3) Yaitu sampai dengan masa tertentu yang telah ditetapkan, tiada tambahan dan tiada pengurangan.
Firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka. (Al-Ahqaf. 3) Yakni melalaikan hal yang sangat penting buat mereka; Allah telah menurunkan Kitab-Nya kepada mereka dan mengutus kepada mereka seorang rasul, tetapi mereka berpaling dari semuanya itu. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa mereka kelak akan mengetahui akibat dan perbuatannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Katakanlah. (Al-Ahqaf: 4) kepada orang-orang musyrik yang menyembah Allah dengan yang lainNya. Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu sembah selain Allah; perlihatkanlah kepadaku apakah yang telah mereka ciptakan dari bumi ini. (Al-Ahqaf: 4) Maksudnya, tunjukkanlah kepadaku tempat di bumi ini yang mereka (sembahan-sembahanmu) ciptakan secara tersendiri.
atau adakah mereka berserikat (dengan Allah) dalam (penciptaan) langit? (Al-Ahqaf: 4) Yakni tiada andil bagi mereka, baik di langit maupun di bumi barang sedikit pun. Sesungguhnya kerajaan ini dan pengaturan kesemuanya hanyalah berada di tangan kekuasaan Allah ﷻ, lalu mengapa kalian menyembah Dia bersama yang lain-Nya yang kalian persekutukan dengan-Nya? Siapakah yang memberi petunjuk kalian melakukan hal itu? Dan siapakah yang menyeru kalian melakukannya? Apakah dia telah memerintahkan kepada kalian untuk melakukannya? Ataukah hal tersebut adalah sesuatu yang kalian buat-buat dari diri kalian sendiri? Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya: Bawalah kepadaku Kitab yang sebelum (Al-Qur'an) ini. (Al-Ahqaf: 4) Artinya, datangkanlah sebuah kitab dari kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi, yang di dalamnya terkandung perintah bagi kalian untuk menyembah berhala-berhala ini.
atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yakni bukti yang terang yang menunjukkan jalan yang kamu tempuh itu. Jika kamu orang-orang yang benar. (Al-Ahqaf: 4) yakni tidak ada bukti bagi kamu baik yang bersifat dalil naqli maupun dalil 'aqli yang menunjukkan hal tersebut, karena itu ulama lain membacanya artinya atau ilmu yang benar yang kamu dapatkan dari seseorang sebelum kamu. Sebagaimana yang dikatakan Mujahid berkenaan dengan firman-Nya: atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Atau seseorang yang menemukan suatu pengetahuan.
Al-Aufi mengatakan dari Ibnu Abbas r.a. artinya: Atau bukti yang membenarkannya. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Sufyan, dari Safwan ibnu Salim, dari Abu Salamah ibnu Abdur Rahman dari Ibnu Abbas r.a. Sufyan mengatakan, "Saya tidak mengetahui selain dari Nabi ﷺ atau pengetahuan dan peninggalan (orang-orang dahulu), yakni berupa prasasti. Abu Bakar ibnu Iyasy mengatakan, atau sisa peninggalan dari pengetahuan. Al-Hasan Al-Basri mengatakan, atau sesuatu penemuan yang dikeluarkan, lalu dijadikan sebagai pegangan. Ibnu Abbas r.a.. Mujahid, dan Abu Bakar ibnu Iyasy telah mengatakan pula sehubungan dengan makna firman-Nya: atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yakni berupa prasasti. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah ﷻ: atau peninggalan dari pengetahuan (orang-orang dahulu). (Al-Ahqaf: 4) Yaitu ilmu yang khusus; dan semua pendapat yang telah disebutkan di atas pengertiannya berdekatan, dan merujuk kepada apa yang telah kami katakan, yakni pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir rahimahullah.
Firman Allah ﷻ: Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? (Al-Ahqaf: 5) Maksudnya, tidak ada yang lebih sesat daripada orang yang menyeru selain Allah, yaitu orang yang menyembah berhala-berhala dan meminta kepadanya apa yang tidak dapat ia penuhi sampai hari kiamat, sedangkan berhala-berhala itu lalai dari apa yang dikatakan olehnya, tidak dapat mendengar, tidak dapat melihat, dan tidak dapat membalas karena berhala-berhala itu adalah benda mati alias terbuat dari batu.
Firman Allah ﷻ: Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka. (Al-Ahqaf: 6) Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka, sekali-kali tidak Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka. (Maryam: 81-82) Yakni berhala-berhala yang mereka puja-puja itu akan mengkhianati mereka di saat-saat mereka sangat memerlukan pertolongannya. Al-Khalil alias Nabi Ibrahim a.s.
telah mengatakan, seperti yang disitir oleh firman Allah Swt: Sesungguhnya berhala-behala yang kamu sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kamu dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kamu mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembalimu ialah neraka, dan sekali-kali tak ada para penolong bagimu. (Al-'Ankabut:25)"
Selanjutnya Allah menyatakan bahwa Kitab Al-Qur'an ini diturunkan secara berangsur-angsur dari Allah Yang Mahaperkasa kerajaan dan kekuasaanNya lagi Mahabijaksana perbuatan dan ketetapan-Nya. 3. Salah satu tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an adalah untuk menyatakan keniscayaan hari akhir dan bahwa kehidupan dunia hanya-lah bersifat sementara. Allah menyatakan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa, yakni segala makhluk yang ada di antara keduanya melainkan dengan cara dan tujuan yang benar yang mengandung hikmah dan dalam batas waktu yang ditentukan. Selanjutnya akan tiba masanya semua ciptaan binasa dan manusia dibangkitkan untuk menerima balasan dari amal perbuatannya. Namun orang-orang yang kafir berpaling dari peringatan yang diberikan kepada mereka. Mereka tidak percaya datangnya hari Kiamat dan pembalasan di akhirat nanti atas perbuatan yang mereka lakukan di dunia.
Allah menegaskan bahwa Al-Qur'an ini benar-benar bersumber dari-Nya, tidak ada keraguan sedikit pun tentang itu, diturunkan kepada Nabi Muhammad, berisi ketentuan-ketentuan, bimbingan, dan pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Allah yang menurunkan Al-Qur'an kepada Muhammad saw, adalah Tuhan yang Mahaperkasa, tidak ada sesuatu pun yang dapat menandingi-Nya. Dia Maha Bijaksana. Semua perintah, larangan, dan tindakan Allah adalah sesuai dengan sifat, kegunaan, dan faedah dari yang diciptakan-Nya dan hal itu tidak lepas dari hikmah penciptaan alam seluruhnya.
Karena Al-Qur'an itu bersumber dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, maka hendaklah setiap manusia beriman kepadanya, mengakui kebenaran dan mengamalkan semua isinya. Beriman kepada Al-Qur'an berarti keharusan beriman pula kepada Nabi Muhammad sebagai rasul Allah, yaitu dengan mengikuti semua sunahnya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAH AL-AHQAAF
(BUKIT PASIR)
SURAH KE-46, 35 AYAT, DITURUNKAN DI MEKAH
(AYAT 1 -35)
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih.
KEBENARAN ALLAH
Ayat 1
“Haa Miim."
Adalah bilangan yang ketujuh di dalam surah-surah yang berturut-turut dimulai dengan ayat ini, yang artinya pun telah berulang-ulang kita nyatakan.
Ayat 2
“Diturunkan al-Kitab dari Allah."
Sudah terang bahwasanya yang dimaksud dengan Al-Kitab itu ialah Al-Qur'an. Yang menurunkannya ialah Allah Ta'aala sendiri, kalam Allah, sebagai bimbingan kepada umat manusia, dan sifat Allah itu sendiri. ‘Yang Mahaperkasa." yang kehendaknya tetap berlaku, tidak dapat dihalangi dan tidak ada yang kuasa merintangi, menunjukkan kegagahan dan kekuasaan yang mutlak.
“Mahabijaksana."
Artinya meskipun Allah itu bersifat Gagah Perkasa, terbujur lalu terbelintang patah, namun laku jalannya ialah Mahabijaksana. Artinya, semuanya itu berjalan menurut wajarnya, menurut patutnya, tidak ada yang dapat dicela.
Umpamanya keseimbangan antara kega-gahperkasaan Allah disertai kebijaksanaan-Nya itu ialah dari hal hidup manusia sendiri. Dari mulai badannya lahir ke dunia, kelihatanlah lemahnya, kedunguannya, kekurangan pikirannya dan tidak mengetahui barang sesuatu pun. Kemudian bilamana berangsur dia berumur, berangsur kedewasaannya, berangsur pula perkembangan pikirannya, dan badannya ter-tambah tegap. Tetapi apabila bertambah lama hidupnya, mencapai masa tua renta, enam atau tujuh puluh tahun, tidaklah dapat dia bertahan pada kemudaan. Bagaimanapun dia berusaha hendak memudakan dirinya, tidaklah dia sanggup. Dia mesti menuruti kegagahperkasaan Allah di atas dirinya. Maka dapatlah kita bandingkan diri anak berumur satu tahun dengan orang tua umur tujuh puluh tahun. Tidaklah orang yang telah berumur tujuh puluh tahun itu dapat mempertahankan diri sehingga berituk badannya serupa juga dengan anak umur satu tahun. Mau atau tidak mau, dia mesti tua. Mau atau tidak mau, ketuaannya menjadikan kelemahannya sampai kepada ardzalil umur, umur tua yang telah sangat lemah dan kuyu. Di situ dia dapat memahamkan bahwa kehendak Allah itu gagah perkasa, tidak dapat diubah. Tetapi cobalah perhatikan dengan saksama, ketuaan itu berjalan dengan bijaksana sekali! Tidak ada orang yang sadar, tidak ada orangyang insaf bagaimana tua itu datang menyerang.
Maka demikianlah halnya segala peraturan yang diturunkan Allah ke dalam alam ini, penuh dengan keperkasaan, tetapi disertai dengan kebijaksanaan. Peraturan Allah amat perkasa, tetapi jalannya halus sekali, dan kitab suci yang diturunkan Allah, penuh dengan peraturan yang wajib dijalani oleh manusia. Dia pun perkasa, tetapi Dia pun bijaksana.
Untuk kejelasan pertemuan di antara keperkasaan dan kebijaksanaan Allah, datang lagi ayat sesudahnya.
Ayat 3
“Tidaklah Kami menciptakan semua langit dan bumi dan banang apa yang ada di antana keduanya, melainkan dengan kebenaran."
Ini adalah penegasan dari Allah sendiri bahwasanya seluruh alam yang didptakan Allah, baik seluruh langit yang melindungi kita ataupun bumi yang terhampar di bawah kaki kita, tidaklah dijadikan Allah di luar dari garis kebenaran. Kebenaran inilah keperkasaan dengan kebijaksanaan. Kebenarannya itu adalah dalam keteraturannya. Kebenarannya itu adalah dalam kesempurnaan buatan-Nya
Untuk mendekatkannya ke dalam pikiran kita di zaman modern ini ialah perumpamaan yang kecil saja, yaitu penerbangan kapal udara yang sangat kencang dan laju. Makanya dia begitu kencang dan laju sehingga dapat dijamin pukul sekian terbang dan pukul sekian berhenti ialah karena teratur mesin-mesinnya, sekrupnya, dan putarannya, persesuaiannya di antara satu alat dengan alat yang lain.
Demikian juga sebuah mobil yang berjalan kencang dan laju ialah karena mesinnya jua, mesin yang bagus dan teratur, berisin yang penuh dan selesa, ban yang tidak kempis, dan keahlian supir yang mengendalikan. Kalau salah satu dari syarat-syarat itu ada yang kurang, pastilah mobil tadi tidak benar lagi dan tidak beres. Oleh sebab itu, baik pemilik kapal udara atau supir mobil yang berjalan di jalan raya selalu memeriksa syarat-syarat yang wajib dipenuhi itu, adakah kekurangannya. Jika ada kekurangan, pastilah jalan tidak benar lagi dan kendaraan itu mogok.
Maka kepada segala kendaraan buatan manusia, usaha manusia dapatlah kita membandingkan kebesaran dan kebenaran Allah.
Berkali-kali manusia mengatur agar jalan kereta api di seluruh tanah Jawa berjalan dengan teratur, tepat waktu berangkat dan tepat waktu berhenti menurut jam yang telah ditentukan. Jakarta-Bandung tiga jam. Jakarta-Cirebon tiga jam. Jika berangkat pukul lima pagi, hendaklah pasti sampainya di Bandung atau Cirebon itu pukul 8. Tetapi janji ketepatan ini hanya berjalan sekian bulan atau selambat-lambatnya satu tahun. Setelah satu tahun berangkatnya tidak tepat lagi pukul lima, berhentinya di salah satu stasiun di tengah jalan yang tadinya diatur paling lambat 3 menit, mulailah berubah jadi lima menit. Akhirnya yang mestinya sampai pukul 8 sudah menjadi pukul 9, bahkan setahun sesudah itu pula sudah menjadi pukul 10! Artinya tidak ada yang beres lagi dan tidak ada yang benar! Mungkin sebabnya ialah karena mesin telah tua, alat telah banyak yang usang, atau alat-alat pembakar tidak mencukupi lagi atau gerbong-gerbong itu sendiri sudah mesti ditukar dengan yang baru, atau besar sekali kemungkinan orang-orang yang membawa atau yang menguasai tidak benar lagi karena karcis dicatut karena berlebih muatan dan lain-lain.
Setelah itu bacalah kembali ayat yang tengah kita tafsirkan ini, bahwasanya edaran semua langit dan bumi dan apa yang ada di antara langit dan bumi, semuanya tidak dapat tidak, tegasnya sudah pasti, semuanya berjalan dengan kebenaran.
Pernahkah terjadi perselisihan perhitungan waktu? Pernahkah malam terlambat dari waktu yang telah tertentu menurut bulannya, menurut musim panasnya dan dinginnya? Pernahkah matahari terlambat terbit, atau siang terlalu lama? Bukankah ahli-ahli falak telah dapat menentukan, memastikan bahwasanya pada tiap-tiap hari bulan Februari 1977 waktu Shubuh di Jakarta akan masuk pada jam 5.46 menit? Sehingga kalau tidak cocok dengan hasil penyelidikan itu bukanlah waktu yang salah, melainkan jam yang melingkar lengan tangan kita yang tidak akur!
Itulah pula sebabnya maka ahli falak mengetahui bahwa beberapa bulan lagi, pada tanggal sekian bulan sekian, tepat jam sekian dan detik sekian akan terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan. Bukan saja pada
beberapa bulan bahkan pada beberapa tahun lagi, pada beberapa puluh tahun lagi, bahkan dapat diketahui pada berapa ratus tahun lagi. Kalau hitungan itu tidak tepat, bukanlah perjalanan alam yang tidak beres dan tidak benar, melainkan manusia tadilah yang alpa atau khilaf menghitung.
Pada lanjutan ayat disebutkan,"Dan pada janji yang telah ditentukan" yaitu bahwasanya perjalanan falak, matahari dan bulan, semua langit dan bumi diatur dengan kebenaran dan jitu dan tepat dengan aturan yang sempurna dan tidak berubah-ubah ialah menurut ukuran waktu yang telah ditentukan. Sama juga dengan mesin-mesin daripada besi buatan manusia. Ketika menjadikannya dan menyusun konsepnya telah diketahui berapa tahun tahannya barang yang dibuat itu. Demikian jugalah Allah dengan alam-Nya. Bagaimana sangat teratur dan besarnya alam yang diciptakan Allah. Namun awal pasti berakhir, pangkal pasti berujung Yang tidak berujung ialah Allah itu sendin. Adapun alam ciptaan Allah pasti berujung pasti berubah-ubah. Sebab dia barang yang baru, barang yang diciptakan. Namun berapa lamanya dan sampai apabila janji yang telah ditentukan itu, entah sejuta, dua juta atau sejuta-juta tahun, tidaklah manusia dapat mengetahuinya. Otak yang begini kecil tersimpan dalam kepala yang begini kecil, dalam masa atau waktu yang begini singkatnya kita pakai dalam dunia ini tidaklah sanggup menentukan bila semuanya ini akan sampai janjinya.
“Dan orang-orang yang kafir terhadap apa yang diperingatkan kepada mereka adalah tidak peduli"
Begitu gamblang, begitu nyata bahwa alam selalu menempuh perubahan, daripada tidak ada menjadi ada, berjalan dengan teratur dan benar menurut ukuran ruang dan waktu, sesudah itu habislah temponya dan musnah.
Manusia mulanya tidak ada kemudian diadakan, dari kecil menjadi besar, jadi dewasa dan akhirnya mati lalu lenyap dari permukaan bumi dan bumi sendiri pun demikian pula halnya, namun bukan sedikit manusia yang tidak memedulikan itu. Bukan sedikit manusia yang menyangka panas akan sampai petang, padahal hujan pun turun juga tengah hari.
Ayat 4
“Katakanlah, ‘Adakah kamu perhatikan apa yang kamu sembah selain daripada Allah itu."
Pangkal ayat ini membuktikan bahwa banyak sekali manusia yang tidak memedulikan apa yang kejadian sekelilingnya. Langit terberitang, bumi terhampar tempat manusia berdiam, makanan dan minuman disediakan buat manusia selengkapnya. Tanah subur dan tanam-tanaman, buah-buahan, sayur-mayur tumbuh dengan suburnya. Manusia hanya tinggal memakan yang telah tersedia, jarang manusia yang memikir merenungkan segala sesuatu itu. Bahkan mereka pergi menyembah kepada yang selain Allah karena hendak berterima kasih. Mereka tidak berpikir, apakah pantas kepada yang selain Allah mengucapkan terima kasih? Siapakah yang memberikan segala nikmat dan rahmat?"Perlihatkanlah kepada-Ku, apakah yang mereka ciptakan dari bumi?" Jika matahari memberikan cahaya lalu kamu puja matahari, dapatkah matahari itu bergerak kalau bukan izin Allah? Kalau air mengalir lalu kamu sembah dan kamu adakan sajian persembahan (sesajen) buat air itu karena dia mengalir, dapatkah dia mengalir kalau Allah tidak mengizinkan? Adakah semua yang kamu sembah dan kamu puja selain dan Allah yang berkuasa membikin sesuatu untuk kamu? Apakah yang mereka ciptakan dari bumi ini? Adakah alam membuat alam?"Atau adakah mereka bersekutu di semua langit?" Adakah matahari membuat ikan? Adakah bulan menciptakan malam? Adakah makhluk menjadikan makhluk?"Bawakanlah kepadaku dengan suatu kitab sebelum ini." Kalau ada sesuatu kitab sebelum kitab yang ini, yaitu Al-Qur'an, yang kitab itu ada menerangkan bahwa sebagian dari alam ini, yang ada di bumi, ataupun yang ada di langit, ada yang sanggup dan ada yang berhak buat dijadikan Allah selain Allah, cobalah bawa ke hadapanku."Atau bukti-bukti ilmu pengetahuan," sebagai hasil penyelidikan orang terdahulu lalu ditulis dan dicatatkan orang, hitam di atas putih, bahwa ada semacam alam yang berkuasa menciptakan alam, bawalah kemari,
“Jika adalah kamu dalam kebenaran!"
Ini adalah tantangan daripada Allah sendiri terhadap manusia lama, penyembah berida kaum musyrikin yang membuat dongeng-dongeng tentang Allah. Seperti ajaran agama Hindu yang mengatakan bahwa Tuhan itu ada tiga, yaitu Brahma, Wishnu, dan Shiwa, lalu mereka bagi kekuasaan ketiga tuhan itu kepada tiga macam pula: yang men cipta, yang memelihara, dan yang merusak. Mana yang mencipta, tidak kuasa memelihara, yang memelihara tidak kuasa menghancurkan, dan yang menghancurkan tidak kuasa menciptakan. Ketiga tuhan terbatas kuasanya.
Orang-orang Yunani kuno pun membuat dongeng-dongeng lagi tentang Tuhan; ada tuhan yang mencipta, ada tuhan yang memelihara, ada tuhan yang merusak, lalu tuhan sesama tuhan berperang dan berebut gundik dan gendak, tuhan bercinta-cintaan, tuhan berebut kekasih dan tuhan berperang antara tuhan sesama tuhan, seperti cerita-cerita tuhan yang dikarang seperti syair oleh penyair buta Humerus.
Maka datanglah pertanyaan Allah,
Ayat 5
“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyeru kepada yang selain Allah?!"
Karena yang selain Allah itu tidaklah mempunyai kuasa apa-apa. Manusia yang membuatkan patung dan berhalanya dengan khayatnya sendiri; kejam dan menakutkan, seperti patung dan berhala dari dewa-dewa dan hantu-hantu yang mereka jadikan penjaga istana atau rumah-rumah berhala yang diangkerkan dan diagungkan. Mukanya seram dan kejam, giginya besar, saingnya keluar, matanya mendelik, saing atau siung tertonjol keluar, padahal semuanya itu tidak ada. Semuanya itu hanya khayat manusia tentang kekejaman perasaan sendiri."Yang tidak akan dapat memperkenankan seruannya sampai kepada hari Kiamat pun." Sebab semua patung dan berhala itu dibuat dari kayu, lak, atau dari barang yang lain, yang manusia itu sendiri yang membikinnya. Telinganya itu selamanya pekak, sebab yang membuatkannya telinga ialah manusia yang akan meminta itu sendiri. Maka walaupun dia duduk bertahun-tahun memuja, membakar kemenyan, meminta ini dan itu di hadapan berhala yang dibuatnya dengan tangannya seridiri itu. Tidaklah permintaannya itu akan dikabulkan oleh berhala-berhala.
“Dan mereka itu dari seruan-seruan mereka adalah tengah."
Mereka menjadi lengah, sebab dalam hati kecil mereka sendiri sudah ada kata yang benar berbunyi di dalam, terdengar oleh jiwa meskipun tidak ada suara keluar bahwa perbuatan mereka itu adalah bodoh, sia-sia, dan bebal. Akhirnya patung-patung dan berhala itu tidak sebagai tempat meminta lagi, melainkan jadi perhiasan saja.
Ayat 6
“Dan apabila telah dikumpulkan manusia."
Yaitu setelah hari Kiamat kelak, di mana seluruh manusia akan dikumpulkan dan akal manusia akan jernih kembali bebas daripada pengaruh gelombang pikiran orang banyak atau paksaan ajaran kekuasaan yang memaksakan pendapat yang dia tentukan dengan bayonet dan pedang. Apabila manusia semuanya telah kembali kepada Allah, kekuasaan dunia itu tidak ada lagi. Orang sudah bebas menurutkan kata hatinya."Adalah mereka itu semuanya menjadi bermusuh-musuhan." Adalah mereka itu semuanya salah menyalahkan. Yang satu mengatakan dia tahu bahwa semua itu hanya paksaan, tetapi orang lain itu yang salah mengapa mau dipaksa.
“Dan jadilah semuanya itu terhadap apa yang telah mereka sembah itu menjadi kafir."
Ternyatalah pada hari itu bahwasanya suatu pikiran keberhalaan, paksaan yang dipaksakan dengan penindasan manusia atas manusia. Doktrinasi yang tidak ada hakikat kebenarannya, umurnya tidaklah cukup setahun jagung karena dia tidak berurat dalam jiwa manusia. Dia adalah laksana bayangan air di padang yang jauh. Apa bila manusia sampai ke tempat itu yang akan didapati hanya kekosongan belaka.
Ayat 7
“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami dengan jelas nyata."
Jelas nyata karena dengan alasan-alasan yang kuat, bukti-bukti menurut akal yang waras dan wajar, memakai logi (manthik), dan cara berpikir teratur sehingga dapat diterima oleh akal yang sehat pula.
“Berikanltah orang-orang yang tidak mau percaya akan Kebenaran tatkala datang kepada mereka: Ini adalah sihir yang nyata'"
Ayat ini menceritakan perangai orang banyak di segala zaman. Keterangan terperinci tentang kebenaran dengan bukti yang nyata dengan alasan yang cukup, yang dapat dipertanggungjawabkan dari segi ilmu penge-tahuan. Bagaimanapun diterangkan kepada mereka, namun sukarlah buat masuk ke dalam jiwa mereka. Sebab alat untuk berpikir yang teratur tidak ada. Oleh sebab itu, pemimpin-pemimpin mereka itu mencegah orang-orang yang bodoh di kalangan mereka supaya jangan mendekati kepada orang yang berpikir teratur. Oleh sebab itu, sampai kepada zaman kita ini, kaum komunis yang tidak mempercayai adanya Allah memandang bahwa musuhnya yang paling besar adalah kaum borjuis dan kaum sarjana yang pintar terpelajar, yang dapat membuktikan tentang pastinya ada Allah dengan dasar-dasar ilmiah.
Orang-orang yang hidup dalam jahiliyyah sangat tidak menyukai keterangan yang bay-yinaat, keterangan yang dikemukakan dengan bukti-bukti nyata dan tegas. Ditanamkan saja perasaan berici yang mendalam dan tidak mendalam. Lalu menuduh bahwa itu semuanya adalah kepalsuan atau secara lamanya sihir yang nyata. Karena kekacauan pikirannya sendiri karena kebenaran itu sukat buat masuk ke dalam hatinya. Lalu dengan serta merta dicapnya saja sihir. Habis perkara. Dan untuk itu ditutuplah telinganya buat selama-lamanya.
Ayat 8
“Atau apakah mereka mengatakan dibuat-buatnya saja!"
Mereka mengatakan atau menuduh bahwasanya seruan yang disampaikan oleh Nabi ﷺ itu hanya perkataan yang dibuat-buatnya saja, dikarang-karangnya, tidak asli didengarnya dari Allah dan itu yang dipaksakannya supaya orang lain menerima. Tuduhan yang seperti ini disuruh jawab dengan tegas kepada Nabi, “Katakanlah! Jika memang aku buat-buatkan saja." Aku karangkan dari khayat pikiranku sendiri bukan aku terima dari Allah."Maka tidaklah kamu mempunyai kesanggupan menolongku dari Allah sedikit pun." Jika memang demikian halnya bahwa Al-Qur'an hanya karanganku sendiri, bukan wahyu suci yang datang dari Allah, sangatlah besarnya kesalahanku. Aku mesti dihukum oleh Allah, mesti disiksa, dikutuk, diadzab sehingga kalau hukuman Allah datang kepadaku, walaupun bersama kamu hendak menolongku melepaskan dari adzab itu, tidaklah akan ada kemampuanmu menolongnya. Sebab itu adalah suatu perbuatan yang sangat nista, hina, dan jahat."Dia amat mengetahui apa yang kamu percakapkan itu." Tuduhan kamu itu sangatlah nista dan hina. Kalau memang yang aku katakan wahyu Ilahi itu hanya kata-kata yang aku buat-buat sendiri, kata dusta. Kalau memang demikian maka adzab Allah mesti datang! Sebab itu mari kita lihat, mari kita tunggu bersama bagaimana datangnya adzab itu kelak. Dengan jiwa besar Nabi Muhammad disuruh mengatakan, “Cukuplah Dia sebagai saksi di antara aku dengan kamu." Allah telah mendengar tuduhan kamu yang sangat berat itu. Ucapan ini tidak main-main. Allah yang jadi saksinya. Kalau memang aku yang membuat-buat dan mengarang-nga-rang, pasti adzab Allah datang. Dan kalau adzab itu datang walaupun beribu-ribu kamu hendak membelaku, kamu tidak akan bisa, aku mesti celaka. Tetapi kalau tuduhan itu ternyata semata tuduhan dan yang aku katakan itu benar-benar firman Ilahi, kamulah yang dalam bahaya. Aku tidak ingin kalian dapat celaka.
“Dan Dia adalah Maha Pengampun Maha Penyayang"
Di situlah Muhammad menunjukkan kebesaran jiwanya dan kelapangan dadanya. Karena beliau pun yakin bahwa yang dibawanya ialah kebenaran. Dia tidak ingin kaum yang beliau datangi ditimpa bericana. Beliau berharap mereka itu kemudian akan tobat juga dan menerima juga. Sebab kedatangannya diutus Allah ke dalam alam ini bukanlah akan membawa celaka dan bericana, melainkan membawa rahmat bagi seluruh alam.
Di dalam kitab Injil disebutkan bahwa Nabi Isa telah menjelaskan bahwa kelak akan datang nabi-nabi palsu. Tanda nabi palsu itu ialah bahwa dia tidak akan tumbuh dan tidak memberikan buah yang subur. Dia akan hancur dan musnah sebelum berkembang. Sekarang, setelah 1.400 tahun berlalu nubuwwat Nabi Muhammad dan setelah berkali-kali pula, sampai sekarang, kian lama kian sengit dan hebat serangan kaum Nasrani mencoba hendak membunuh urat akar Islam itu sehingga mati, tetapi dia bertambah hidup, bertambah berkembang bahkan sampai menjalar kepada negeri-negeri yang 800 tahun yang telah lalu tujuh kali melakukan Perang Salib hendak menghancurkan Islam.