Ayat
Terjemahan Per Kata
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أَنَا۠
aku
بَشَرٞ
seorang manusia
مِّثۡلُكُمۡ
seperti kamu
يُوحَىٰٓ
diwahyukan
إِلَيَّ
kepadaku
أَنَّمَآ
bahwasanya
إِلَٰهُكُمۡ
Tuhanmu
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞ
Maha Esa
فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ
maka tetaplah
إِلَيۡهِ
kepada-Nya
وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ
dan mohonlah ampunan kepada-Nya
وَوَيۡلٞ
dan kecelakaanlah
لِّلۡمُشۡرِكِينَ
bagi orang-orang yang mempersekutukan
قُلۡ
katakanlah
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أَنَا۠
aku
بَشَرٞ
seorang manusia
مِّثۡلُكُمۡ
seperti kamu
يُوحَىٰٓ
diwahyukan
إِلَيَّ
kepadaku
أَنَّمَآ
bahwasanya
إِلَٰهُكُمۡ
Tuhanmu
إِلَٰهٞ
Tuhan
وَٰحِدٞ
Maha Esa
فَٱسۡتَقِيمُوٓاْ
maka tetaplah
إِلَيۡهِ
kepada-Nya
وَٱسۡتَغۡفِرُوهُۗ
dan mohonlah ampunan kepada-Nya
وَوَيۡلٞ
dan kecelakaanlah
لِّلۡمُشۡرِكِينَ
bagi orang-orang yang mempersekutukan
Terjemahan
Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh sebab itu, tetaplah (dalam beribadah) dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Celakalah orang-orang yang mempersekutukan(-Nya),
Tafsir
(Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kalian, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kalian adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya) yakni dengan beriman dan taat kepada-Nya (dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah) lafal Al-Wail ini merupakan kalimat azab (bagi orang-orang yang musyrik.).
Tafsir Surat Fussilat: 6-8
Katakanlah, "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya.
Firman Allah ﷻ: Katakanlah. (Fushshilat :6) hai Muhammad, kepada orang-orang yang mendustakan lagi musyrik itu. Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa. (Fushshilat: 6) tidak seperti berhala-berhala, sekutu-sekutu, dan tuhan-tuhan yang berbeda-beda yang kalian sembah-sembah itu. Sesungguhnya yang wajib disembah itu hanyalah Allah Tuhan Yang Maha Esa. maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepada-Nya. (Fushshilat: 6) Yakni murnikanlah penyembahanmu itu hanya kepada-Nya sesuai dengan apa yang diperintahkan-Nya kepada kalian melalui lisan rasul-rasul-Nya, dan mohonlah ampun kepada-Nya. (Fushshilat: 6) untuk dosa-dosamu di masa yang silam.
Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya). (Fushshilat: 6) Yaitu kebinasaan dan kehancuran bagi mereka. (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 7) Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., bahwa makna yang dimaksud ialah orang-orang yang tidak bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah. Ayat ini semakna dengan firman-Nya: sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Asy-Syams: 9-10) Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. (Al-A'la: 14-15) Dan seperti firman Allah ﷻ: dan katakanlah (kepada Fir'aun), "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)." (An-Nazi'at: 18) Makna yang dimaksud dengan zakat dalam ayat ini ialah kesucian jiwa dari akhlak yang tercela, dan yang terpenting darinya ialah membersihkan jiwa dari kemusyrikan.
Sesungguhnya zakat harta itu dinamakan dengan istilah zakat karena ia membersihkan harta dari keharaman, dan akan menjadi penyebab bagi bertambahnya berkah dan banyaknya manfaat serta menjadi pendorong untuk menggunakannya ke jalan-jalan ketaatan. As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-(Nya), (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat. (Fushshilat: 6-7) Yakni tidak menunaikan zakat hartanya. Mu'awiyah ibnu Qurrah mengatakan bahwa mereka bukanlah termasuk ahli zakat, yang terkena taklif menunaikan zakat.
Qatadah mengatakan bahwa mereka menolak, tidak mau mengeluarkan zakat harta mereka. Inilah makna yang banyak dianut oleh kebanyakan ulama tafsir, dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Tetapi pendapat ini masih diragukan, karena sesungguhnya kewajiban zakat itu hanya baru ditetapkan sejak tahun kedua Hijriah, menurut keterangan yang dikemukakan bukan hanya oleh seorang saja dari kalangan ulama. Dan bahwa ayat ini Makkiyyah, kecuali jika dikatakan bahwa tidaklah mustahil bila hukum asal sedekah dan zakat telah diperintahkan sejak permulaan masa kerasulan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya: dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan di keluarkan zakatnya). (Al-An'am: 141) Adapun mengenai zakat yang mempunyai nisab dan takaran, sesungguhnya ia hanya baru dijelaskan perkaranya ketika di Madinah.
Dengan demikian, berarti pendapat ini menggabungkan di antara dua pendapat sebagaimana dalam masalah salat. Pada mulanya salat itu diwajibkan sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam, ini dalam permulaan masa kerasulan. Dan ketika Isra dilakukan oleh Nabi ﷺ dua tahun setengah sebelum masa hijrah, Allah memfardukan kepada Rasul-Nya salat lima waktu, dan perincian mengenai persyaratan, rukun-rukunnya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya diterangkan sesudah itu setahap demi setahap; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemudian Allah ﷻ berfirman dalam ayat selanjutnya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka mendapat pahala yang tiada putus-putusnya. (Fushshilat:8) Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah pahala yang tiada putusnya dan tiada hentinya. Semakna dengan apa yang telah disebutkan dalam firman-Nya: mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. (Al-Kahfi: 3) Dan firman Allah ﷻ: sebagai karunia yang tiada putus-putusnya. (Hud: 108) As-Saddi mengatakan, yakni pahala yang tiada putus-putusnya dicurahkan kepada mereka. Tetapi pendapat ini disanggah oleh sebagian imam yang mengatakan bahwa sesungguhnya Allah-lah yang memberi karunia kepada penghuni surga (bukan karena balasan amal perbuatan baik mereka).
Allah ﷻ telah berfirman: sebenarnya Allah, Dialah yang melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan. (Al-Hujurat: 17) Dan firman Allah ﷻ kepada penghuni surga: Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka. (At-Thur: 27) Dan Rasulullah ﷺ telah bersabda: terkecuali jika Allah melimpahkan kepadaku rahmat dan karunia dari-Nya."
Setelah mendengar pernyataan langsung dari kaum musyrik Me-kah tentang penolakan mereka tersebut, Allah memerintah Nabi Muhammad untuk menjawabnya. Katakanlah kepada mereka, wahai Nabi Muhammad, 'Aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu juga. Aku adalah nabi dan rasul Allah dengan membawa Al-Qur'an yang diwahyukan kepadaku. Di dalam Al-Qur'an itu terdapat ajaran dasar bahwa Tuhan kamu adalah Allah dan Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa; karena itu tetaplah kamu beribadah kepada-Nya, dan mohonlah ampunan kepada-Nya agar kamu tidak terjerumus kepada kesesatan. Dan sadari-lah bahwa dengan bercermin kepada umat terdahulu yang telah diazab Allah, maka akan celakalah orang-orang yang mempersekutukan-Nya de-ngan yang lain. 7. Siapakah orang-orang yang mempersekutukan Allah itu' Mereka adalah orang-orang yang tidak menunaikan zakat, dan mereka juga ingkar terhadap kehidupan akhirat dan tidak mempercayai adanya kebangkitan manusia kembali setelah mereka dimatikan.
Mendengar alasan-alasan yang dikemukakan orang-orang musyrik pada ayat-ayat yang lalu, Allah memerintahkan kepada Rasulullah menjawab ucapan mereka dengan mengatakan bahwa nabi adalah manusia biasa yang tidak ada perbedaan dengan mereka, hanya saja beliau mendapat wahyu bahwa Tuhan yang berhak disembah adalah Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, mereka diperintahkan untuk beribadah hanya kepada-Nya, dilarang menyekutukan-Nya, dan memohon ampun atas dosa-dosa yang telah mereka lakukan.
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa kerugian dan kesengsaraan yang besar akan dialami oleh orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. Mereka akan kekal di dalam neraka di akhirat nanti.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SURAT FUSHSHILAT
(YANG DIJELASKAN)
SURAT KE-41
54 AYAT
DITURUNKAN DI MEKKAH
Bismillahirrahmanirrahim
Ayat 1
“Haa Miim"
Uraian tentang arti dan maksud kedua huruf di pangkal surah ini telah dijelaskan pada surah al-Mu'min yang lalu.
Ayat 2
“Penurunan."
Kitab ini ialah
“Dari Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
Kalau kita artikan lebih mendalam ialah bahwa asal mula turun kitab ini ialah tersebab dari kedua sifat Allah. Pertama Pengasih, kedua Penyayang. Sebagaimana di ayat 2 surah al-Mu'min diterangkan bahwa penurunan Al-Qur'an adalah tersebab dari sifat Allah dua yang lain, yaitu Mahaperkasa dan Maha Mengetahui. Kasih dan sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya menyebabkan Al-Qur'an diturunkan.
Ayat 3
“Kitab yang diperjelas ayat-ayatnya."
Maka tidaklah ada ayat-ayat dan kitab itu yang isinya tidak jelas.
“Untuk kaum yang mau mengetahui."
Kalimat yalamuun di ujung ayat kita artikan mereka yang mau mengetahui. Sebab kalimat yalamuun adalah mudhari', mengandung masa sekarang dan masa akan datang. Sebab itu maka orang yang akan mensaat faedah dari membaca Al-Qur'an ialah orangyang mempunyai kemauan, yang didorong oleh niat hendak tahu. Kalau hanya semata membaca belum tentu akan berfaedah Al-Qur'an itu bagi dirinya.
Ayat 4
“Yang membawa berita gembira dan berita ancaman."
Berita gembira disampaikan oleh Al-Qur'an untuk orang-orang yang mematuhi tuntunannya, yang taat dan menjalankan perintah dan menghentikan larangan. Berita gembiralah bagi mereka dengan janji bahagia dunia dan akhirat. Terutama di akhirat mereka akan ditempatkan di tempat yang mulia di dalam surga Jannatun Na'im, yang mengalir di dalamnya sungAl-sungai dan disambut secara mulia, cukup persediaan, cukup kesenangan. Adapun berita ancaman ialah sebaliknya, untuk orang yang tidak mau menuruti seruan Rasul, tidak mau percaya tidak mengakui Allah itu Esa dan Dia mengirim rasul-rasul untuk menuntun kepada jalan yang selamat. Melainkan mereka masih saja memperturutkan hawa nafsu sendiri. Perintah Allah tidak dilaksanakan, larangan Allah tidak di-hentikan. Nabi dan rasul dikatakannya dusta, firman Ilahi mereka katakan sihir saja. Mereka itu diberi peringatan dengan berita ancaman, bahwa kecelakaanlah yang akan mereka derita, ditempatkan dalam neraka dalam api menyala-nyala. Memakan zaqquum makanan berduri me-nyangkut di kerongkongan, meminum hamiim, air menggelegak yang meruntuhkan isi perut dan berbagai adzab yang lain. Bas)'iran adalah mengajak dan menghimbau supaya melalui jalan yang direntangkan Allah, yaitu Ash-Shiraathal Mustaqiim dengan lancar dan selamat, sedang ancaman ialah akan terguling dari jalan lurus itu ke dalam neraka Jahannam karena tidak patuh akan perintah ilahi sejak semula.
“Maka berpalinglah kebanyakan mereka." Meskipun Al-Qur'an diturunkan oleh Allah de-ngan sebab sifat-Nya yang penuh kasih, penuh sayang terhadap hamba-hamba-Nya, jangan sampai hamba-hamba itu mensaat celaka, baik kekosongan hidup selama di atas dunia, atau masuk neraka Jahannam sesampai di akhirat, dan meskipun kasih sayang Allah menghendaki agar hamba-hamba-Nya itu mensaat tempat yang layak di dalam surga yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, namun si hamba tadi masih banyak yang berpaling, mereka tiada peduli.
“Maka tidaklah mereka itu mau mendengar."
Mereka berpaling dan mereka tidak mau mendengarkan seruan Allah itu, padahal untuk kebahagiaan mereka sendiri. Mereka masih suka juga berjalan di atas kegelapan kufur.
Ayat 5
“Dan mereka berkata, ‘Pada hati kami ada penutup dari apa yang kamu seru kami kepadanya.'"
Artinya, meskipun telah panjang lebar engkau menyebut, membaca, dan menerangkan apa yang engkau katakan Al-Qur'an atau wahyu itu, namun hati ini masih tertutup,belum bisa masuk ke dalamnya."Dan di dalam telinga kami ada penyumbat." Sehingga bagaimanapun engkau menyorak-nyorakkannya, namun telinga-telinga kami ini masih tersumbat sehingga tidak ada yang saat kami dengarkan."Dan di antara kami dengan engkau ada pendinding," sehingga jarak di antara kita, engkau dan kami adalah jauh sekali. Engkau tidak saat masuk kepada kami karena dihambat oleh dinding itu dan kami pun tidak akan mendekat kepada engkau karena dibatas oleh dinding itu. Oleh sebab itu,
“Maka bekerjalah engkau, kami pun bekerja pula."
Tidak usah kita mencampuri, engkau boleh meneruskan pekerjaanmu itu dalam kalangan pengikutmu, jangan mendekat kepada kami dan kami pun akan bekerja pula membela agama dan keyakinan kami, engkau pun tidak usaha campur tangan.
Sebab turun ayat ini ada tersebut di dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh al-fmam Abd bin Humaid, sebuah hadits dengan sanadnya yang diterima dari sahabat Rasulullah Jabir bin Abdullah (semoga ridha Allah atas keduanya)."Pada suatu hari berkumpullah pemuka-pemuka Quraisy itu lalu mereka mengambil suatu keputusan. ‘Cobalah tengok siapa di antara kamu yang lelaih tinggi pengetahuannya tentang ilmu sihir, ilmu tenung (kahanah) dan yang ahli pula dalam hal syair. Maka hendaklah dia pergi mendatangi orang ini, yang telah memecah-belahkan jamaah persatuan kita, mengacaukan urusan kita dan mencela-cela agama kita! Ajaklah dia bicara dan tanyakan benar-benar kepadanya apa sebenarnya yang dia ingini.'
Lalu mereka mengeluarkan pensaat, ‘Di antara kita ini tidak ada orangyang lebih pintar dalam segala yang disebutkan itu melainkan Utbah bin Rabi'ah.'
Lalu mereka sampaikan pensaat itu kepada Utbah dan mereka berkata, “Hai Abu Walid, engkaulah melakukan tugas ini!'
Tugas itu diterimanya dan dia pun segera pergi menemui Muhammad ﷺ Setelah bertemu, berkatalah dia, ‘Hai Muhammad, coba jawab pertanyaanku! Manakah yang baik, eng-kaukah atau ayahmu Abdullah?'
Nabi Muhammad ﷺ diam.
Lalu Utbah meneruskan pertanyaannya pula, ‘Hai Muhammad! Mana yang lebih baik, engkau atau nenekmu Abdul Muthalib?'
Utbah meneruskan kata-katanya pula, “Kalau engkau katakan bahwa ayahmu dan nenekmu itu yang lebih baik maka semuanya adalah menyembah kepada tuhan-tuhan yang engkau caci dan hinakan itu. Kalau engkau katakan bahwa engkau lebih baik, coba terangkan dengan jelas supaya kami dengar kata-kata engkau. Demi Allah, tidaklah kami melihat seekor kambing hitam dalam kaum kita yang lebih celaka dan malapetaka kepada kaum kita melebihi engkau. Engkau pecahkan jamaah kami, engkau kacaukan urusan kami, engkau cela agama kami dan engkau beri malu kami dalam kalangan seluruh Arab sehingga pecahlah berita di antara mereka bahwa dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang sihir, dalam Quraisy sekarang ada seorang tukang tenung. Demi Allah tidak ada yang kami tunggu sekarang kecuali seumpama ratap tangisnya seorang perempuan bunting sehingga berkelahi antara kita sama kita dan kita punah semua karena pedang kita sendiri.
Hai Muhammad, kalau memang engkau jantan, berhentilah dari pekerjaan ini. Kalau engkau menginginkan harta, akan kami kumpulkan harta itu untuk engkau sehingga engkau satu-satunya yang paling kaya di antara kami. Kalau engkau ingin hendak berbini muda, pilihlah di antara perempuan-perempuan Qu-raisy ini mana yang engkau senangi; akan kami beri engkau bini sepuluh.'
Setelah selesai Utbah bin Raba'ah atau Abui Walid itu berkata, bertanyalah Nabi ﷺ, ‘Apakah engkau sudah selesai?'
Utbah menjawab, ‘Sudah!'
Lalu Rasulullah ﷺ membaca surah Fushshilat ini sejak dari ayatnya yang pertama sampai kepada ayat 13.
“Kalau mereka masih berpaling, katakanlah, ‘Aku ancam kamu dengan pekik seumpama pekik yang memusnahkan ‘Ad dan Tsamud."‘ (Fushshilat:13)
Sampai di situ bersoraklah Utbah, ‘Sudah! Sudah! Cukup.' Lalu disambungnya dengan pertanyaan, ‘Lain dari itu ada jugakah lagi?'
‘Tidak ada lagi!' (Maksud Nabi ﷺ tidak ada lagi sambungan sekarang). Lalu kembalilah Utbah kepada Quraisy yang menyuruhnya. Lalu mereka bertanya, ‘Apa kabarnya?'
Utbah menjawab, ‘Menurut perasaanku segala yang terguris di hati kalian semua telah aku sampaikan kepadanya.'
Mereka bertanya pula, ‘Apa jawabnya?' Utbah menjawab, ‘Memang, dia menjawab. Tetapi sungguh saya tidak mengerti apa arti dari jawaban itu. Yang aku ingat hanyalah bahwa dia mengancam bahwa kalau kita tidak mau memerhatikan seruannya, kita akan ditimpa oleh malapetaka sebagaimana yang menimpa ‘Ad dan Tsamud!'
‘Heran!' kata mereka selanjutnya."Dia bercakap dalam bahasa Arab, tetapi engkau mengatakan tidak paham apa yang dia katakan.'
Utbah menjawab, ‘Memang! Demi Allah! Aku tidak mengerti apa yang dia baca itu selain dari pekik yang keras akan menimpa, seperti yang diderita oleh ‘Ad dan Tsamud."‘
Hadits ini telah dirawikan juga oleh Abu Ya'la dan disalinkan juga oleh al-Baghawi dalam tafsirnya.
Ada lagi satu riwayat yang lain bahwa setelah didengarnya ayat-ayat panggal pertama sampai ayat 13 dari surah Fushshilat itu. Utbah terdiam tak saat bercakap dan dia berpisah dengan Muhammad ﷺ dengan mengingatkan walau bagaimana namun hubungan kekeluargaan tetap ada. Sesudah itu dia pulang ke rumahnya dan tidak dia pergi menemui ketua-ketua Quraisy, beberapa lamanya dia mengurung diri di rumah.
Melihat keadaan itu berkata Abu Jabal kepada Quraisy, “Hai sekalian Quraisy! Pada pensaatku si Utbah ini sudah terpengaruh oleh Muhammad dan telah jadi pengikutnya dan dia telah terpesona oleh hidangan makan Muhammad, Semuanya ini tidak lain adalah karena Utbah merasa ada suatu yang diingininya dari Muhammad. Sekarang, mari kita menemui Utbah!"
Maka pergilah mereka bersama-sama menemui Utbah, lalu Abu Jahal memulai berkata,
“Hai Utbah! Apa yang menahan engkau sehingga tidak menemui kami lagi? Tentu engkau sudah tertarik dengan agama Muhammad dan engkau merasakan enak makanannya. Kalau engkau memerlukan barang sesuatu kepada kamilah minta, jangan kepada Muhammad. Apa yang engkau perlukan kami cukupi,"
Mendengar perkataan Abu Jahal itu Utbah marah sekali, sampai dia bersumpah bahwa dia tidak akan bercakap-cakap selama-lamanya dengan Muhammad. Lalu dia berkata, “Demi Allah! Kalian semua sudah tahu bahwa di kalangan Quraisy sayatah yang terkaya. Soalnya bukan saya memerlukan apa-apa dari Muhammad. Melainkan kalian suruh aku menemui dia dan saya sebut apa yang menjadi perkataan kita selama ini terhadap dirinya. Maka dijawabnyalah ucapan-ucapanku itu dengan susun kata yang -demi Allah, demi Allah-kata-kata itu bukan syair, bukan tenung dan bukan sihir; dibacanya ayat-ayat yang isinya mengancam akan menimpa ke atas barangsiapa yang tidak memedulikan seruannya, bahwa mereka akan ditimpa oleh shaa'iqah, suara yang sangat keras yang membinasakan Ad dan Tsamud. Sesampai di sana aku tak tahan mendengar. Aku minta kepadanya, demi hubungan keluarga di antara kita agar hentikan bacaan itu sehingga itu, jangan diteruskan lagi. Kalian sendiri sudah tahu selama ini bahwa Muhammad itu jika bercakap tidak pernah campur dusta. Saya merasa takut akan menimpa adzab Allah kepada kalian."
Ayat selanjutnya ialah jawab Nabi Muhammad ﷺ menurut yang dituntunkan oleh Allah.
Ayat 6
“Katakanlah! Aku ini hanyalah manusia seperti kamu juga."
Ini adalah jawab yang tawadhu, merendahkan diri, dan mengatakan yang sebenarnya. Tidaklah ada kelebihanku dari kalian semua. Aku adalah manusia seperti kamu juga."Diwahyukan kepadaku bahwa Allah kamu itu hanyalah Allah Yang Satu." Allah Yang Satu itu ialah Allah."Maka tetaplah kamu di jalan itu." Jangan lagi diubah-ubah. Dalam jiwa murnimu, Allah itu Satu jua adanya."Dan mohonkanlah ampun kepada-Nya," Jika selama ini kamu telah tersesat mempersekutukan yang lain dengan Dia.
“Dan kecelakaanlah bagi orang-orang yang mempersekutukan."
Orang yang mempersekutukan Allah adalah orang yang diancam oleh kecelakaan. Di dunia ini hidupnya akan berkacau karena tujuan tidak mantap tetap menuju yang satu.
Ayat 7
“(Yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat."
Orang yang mempersekutukan yang lain dengan Allah, tidaklah mempunyai tujuan hidup yang tetap dan teguh, sebab bercabang. Sebab itu maka tujuan hidupnya pada hakikatnya tidak ada. Dia mengumpulkan harta hanya semata-mata mengumpul. Dia tidak tahu mengapa harta itu dikumpul. Dia tidak ingat bahwa di atas dunia ini manusia tidaklah akan sanggup hendak sendiri. Orang seorang mesti selalu bertali dan herhubungan dengan orang lain. Menunaikan zakat adalah menanam dan memupuk rasa syukur kepada Allah menerima rezeki yang Dia anugerahkan, supaya dialirkan pula kepada orang yang melarat.
“Dan mereka terhadap akhirat, mereka tidak mau percaya."
Karena ketidakadaan kepercayaan kepada hari akhirat itu hidupnya bimbang terus, sehingga sampai matinya dia tidak akan merasakan nikmat dari harta itu. Sebaliknya dengan orang yang beriman.
Ayat 8
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang saleh bagi mereka adalah pahala yang tidak putus-putus."
Pahala itu tidak akan putus-putus mereka rasakan, sebab kelapangan hati dan rasa cinta telah dinikmatinya sejak di dunia. Maka rasa bahagia itu pun tiadalah akan putus dirasakannya sampai di dalam surga.