Ayat

Terjemahan Per Kata
وَقَيَّضۡنَا
dan Kami tetapkan
لَهُمۡ
bagi mereka
قُرَنَآءَ
teman-teman
فَزَيَّنُواْ
maka mereka menjadikan memandang baik
لَهُم
bagi mereka
مَّا
apa yang
بَيۡنَ
diantara
أَيۡدِيهِمۡ
hadapan mereka
وَمَا
dan apa
خَلۡفَهُمۡ
belakang mereka
وَحَقَّ
dan pasti
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan
فِيٓ
pada
أُمَمٖ
umat-umat
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah lewat
مِن
dari
قَبۡلِهِم
sebelum mereka
مِّنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
وَٱلۡإِنسِۖ
dan manusia
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
خَٰسِرِينَ
orang-orang yang rugi
وَقَيَّضۡنَا
dan Kami tetapkan
لَهُمۡ
bagi mereka
قُرَنَآءَ
teman-teman
فَزَيَّنُواْ
maka mereka menjadikan memandang baik
لَهُم
bagi mereka
مَّا
apa yang
بَيۡنَ
diantara
أَيۡدِيهِمۡ
hadapan mereka
وَمَا
dan apa
خَلۡفَهُمۡ
belakang mereka
وَحَقَّ
dan pasti
عَلَيۡهِمُ
atas mereka
ٱلۡقَوۡلُ
perkataan
فِيٓ
pada
أُمَمٖ
umat-umat
قَدۡ
sungguh
خَلَتۡ
telah lewat
مِن
dari
قَبۡلِهِم
sebelum mereka
مِّنَ
dari
ٱلۡجِنِّ
jin
وَٱلۡإِنسِۖ
dan manusia
إِنَّهُمۡ
sesungguhnya mereka
كَانُواْ
adalah mereka
خَٰسِرِينَ
orang-orang yang rugi
Terjemahan

Kami menetapkan bagi mereka teman-teman (dari setan) yang memuji-muji apa saja yang ada di hadapan (nafsu dan kelezatan dunia) dan di belakang (angan-angan) mereka. Tetaplah atas mereka putusan (azab) bersama umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari (golongan) jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang rugi.
Tafsir

(Dan Kami tetapkan) Kami tentukan (bagi mereka teman-teman) dari kalangan setan-setan (yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan mereka) yaitu perkara duniawi dan memperturutkan nafsu syahwat (dan di belakang mereka) yaitu perkara akhirat, melalui perkataan mereka, bahwa tidak ada yang namanya hari berbangkit dan hari hisab itu (dan tetaplah atas mereka keputusan azab) sebagaimana yang telah diungkapkan oleh ayat yang lain, yaitu firman-Nya, "Sesungguhnya Aku akan penuhi neraka Jahanam..." (Q.S. As-Sajdah, 13) (pada) kalangan (umat-umat terdahulu) yang telah dibinasakan (sebelum mereka dari jin dan manusia, sesungguhnya mereka adalah orang- orang yang merugi.).
Tafsir Surat Fussilat: 25-29
Dan Kami tetapkan bagi mereka teman-teman yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka, dan tetaplah atas mereka keputusan azab pada umat-umat yang terdahulu sebelum mereka dari jin dan manusia; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi. Dan orang-orang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur'an ini dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).
Maka sesungguhnya Kami akan merasakan azab yang keras kepada orang-oramg kafir dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. Demikianlah balasan (terhadap) musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai pembalasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami. Dan orang-orang kafir berkata, "Ya Tuhan kami, perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina.
Allah ﷻ menceritakan bahwa Dialah Yang telah menyesatkan orang-orang musyrik, dan bahwa hal tersebut merupakan kehendak-Nya, ciptaan-Nya dan kekuasaan-Nya. Dia Mahabijaksana dalam semua perbuatan-Nya, karena itu Dia menetapkan bagi orang-orang musyrik teman-teman dekat, yaitu setan-setan dari kalangan manusia dan jin. yang menjadikan mereka memandang bagus apa yang ada di hadapan dan di belakang mereka. (Fushshilat: 25) Yakni setan-setan itu menjadikan mereka memandang baik amal perbuatan mereka di masa lalu dan sehubungan dengan masa mendatang, maka mereka tidak memandang diri mereka melainkan sebagai orang-orang yang berbuat baik.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Qur'an), kami adakan baginya setan (yang menyesatkan), maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya setan-setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (Az-Zukhruf: 36-37) Adapun firman Allah ﷻ: dan tetaplah atas mereka keputusan azab. (Fushshilat: 25) Yakni ketetapan azab seperti ketetapan azab yang telah ditimpakan atas umat-umat terdahulu sebelum mereka yang melakukan perbuatan yang semisal dengan mereka dari kalangan jin dan manusia.
Sesungguhnya mereka telah merugi, yakni mereka dan orang-orang terdahulu yang sama dengan mereka benar-benar sama meruginya dan sama binasanya. Firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang kafir berkata, "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al-Qur'an ini. (Fushshilat: 26) Mereka saling berpesan di antara sesamanya agar jangan taat kepada Al-Qur'an dan jangan tunduk kepada perintah-perintah yang terkandung di dalamnya. dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya. (Fushshilat: 26) Yakni apabila Al-Qur'an dibacakan, janganlah kamu mendengarkannya.
Mujahid mengatakan bahwa makna walghaufihi ialah buatlah hiruk pikuk dengan tepuk tangan, suitan, dan bicara keras terhadap Rasulullah ﷺ bila ia sedang membaca Al-Qur'an. Orang-orang Quraisylah yang melakukan hal ini. Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: dan buatlah hiruk pikuk terhadapnya. (Fushshilat: 26) Maksudnya, celalah dia. Qatadah mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah ingkarilah dia dan musuhilah dia. supaya kamu dapat mengalahkan. (Fushshilat: 26) Demikianlah sikap orang-orang yang bodoh dari kalangan orang-orang kafir dan orang yang mengikuti jejak mereka manakala mendengar Al-Qur'an.
Allah ﷻ telah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman supaya bersikap berbeda dari hal tersebut. Untuk itu Dia berfirman: Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (Al-A'raf: 204) Kemudian Allah ﷻ membela Al-Qur'an dan mengecam orang-orang yang memusuhi Al-Qur'an dari kalangan orang-orang kafir melalui firman-Nya: Maka sesungguhnya Kami akan merasakan azab yang keras kepada orang-orang kafir. (Fushshilat: 27) sebagai balasan yang setimpal atas perbuatan mereka terhadap Al-Qur'an saat mereka mendengarnya. dan Kami akan memberi balasan kepada mereka dengan seburuk-buruk pembalasan bagi apa yang telah mereka kerjakan. (Fushshilat: 27) Yaitu karena amal perbuatan mereka yang jahat dan sepak terjang mereka yang buruk.
Demikianlah balasan (terhadap) musuh-musuh Allah, (yaitu) neraka; mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di dalamnya sebagai pembalasan atas keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Kami. Dan orang-orang kafir berkata, "Ya Tuhan kami, perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jin dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina. (Fushshilat: 28-29) Sufyan Ats-Tsauri telah meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Malik ibnul Husain Al-Fazzari, dari ayahnya, dari Ali r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: dua jenis orang yang telah menyesatkan kami. (Fushshilat: 29) Bahwa yang dimaksud adalah iblis dan anak Adam yang telah membunuh saudaranya.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. As-Saddi telah meriwayatkan dari Ali r.a. bahwa iblis menyeru manusia untuk mempersekutukan Allah, dan anak Adam (yang telah membunuh saudaranya) menyeru manusia untuk melakukan dosa besar. Iblis yang memegang peranan yang menyeru manusia untuk berbuat kejahatan, seperti mempersekutukan Allah; dan dosa-dosa lainnya yang di bawah syirik perannya dipegang oleh anak Adam yang pertama, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan: Tidak sekali-kali seseorang dibunuh secara zalim (aniaya), melainkan anak Adam yang pertama menanggung sebagian dari darahnya, karena dialah orang yang mula-mula melakukan pembunuhan.
Ucapan mereka yang disitir oleh firman-Nya: agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami. (Fushshilat: 29) Yakni lebih rendah tempatnya daripada kami dalam neraka, agar azabnya lebih keras daripada kami. Karena itulah disebutkan dalam perkataan selanjutnya: supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina. (Fushshilat: 29) Yaitu berada di dasar yang paling bawah dari neraka, seperti yang telah diterangkan di dalam surat Al-A'raf yang menceritakan permintaan para pengikut kemusyrikan kepada Allah agar Dia mengazab para pemimpin mereka dengan azab yang berlipat ganda.
Lalu dijawab oleh Allah ﷻ: Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda, tetapi kamu tidak mengetahui. (Al-A'raf: 38) Allah ﷻ telah memberi azab dan pembalasan kepada masing-masing golongan yang berhak diterimanya sesuai dengan amal perbuatan masing-masing dan sesuai dengan kerusakan yang telah dilakukannya, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: Orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan. (An-Nahl: 88)"
Setelah pada ayat-ayat yang lalu Al-Qur'an memberi kecaman terhadap para pendurhaka musyrikin Mekah dan siapa pun yang sama dengan mereka, pada ayat-ayat berikut Al-Qur'an menjelaskan lebih jauh sebab kedurhakaan itu. Dan Kami tetapkan bagi mereka para pendurhaka itu, teman-teman, yang sifat dan perangainya sama dengan mereka, yakni memuji-muji apa saja yang ada di hadapan mereka, yakni kelezatan duniawi, dan yang ada di belakang mereka, yakni kehidupan akhirat yang mereka ingkari. Dan oleh sebab itu, tetaplah atas mereka putusan, yakni azab, bersama umat-umat yang terdahulu sebelum mereka, dari golongan jin dan manusia. Sungguh, mereka semua para pendurhaka itu, adalah orang-orang yang benar-benar menderita kerugian. 26. Contoh dari teman-teman para pendurhaka itu dapat dilihat pada perbuatan orang-orang yang melarang mendengarkan bacaan Al-Qur'an. Dan orang-orang yang kafir berkata satu sama lain di antara sesama mereka, 'Janganlah kamu mendengarkan dengan cara apa pun bacaan Al-Qur'an ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya dengan cara berteriak-teriak atau bertepuk tangan sehingga bacaan itu tidak bisa didengar, agar dengan berbuat kegaduhan itu kamu dapat mengalahkan bacaan Al-Qur'an itu.
Allah menerangkan bahwa Dia telah menyediakan bagi orang kafir itu teman dan penolong berupa setan-setan dari golongan jin dan manusia. Mereka menganggap perbuatan-perbuatan duniawi yang membawa kepada kesesatan dan kekafiran itu baik, seperti memperturutkan hawa nafsu, suka mengumpulkan harta semata-mata untuk kepentingan diri sendiri, gila kekuasaan, mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat dan terlarang dan sebagainya. Demikian halnya dengan urusan-urusan akhirat, setan-setan itu telah menanamkan kepercayaan kepada hati manusia bahwa tidak ada surga atau neraka, tidak ada hidup sesudah mati, tidak ada kebangkitan dan hisab, tidak ada Tuhan yang wajib disembah, dan sebagainya. Oleh karena itu, mudah bagi mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang mereka inginkan dan melakukan perbuatan-perbuatan terlarang. Firman Allah:
Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur'an), Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk. (az-Zukhruf/43: 36-37)
Karena sikap dan perbuatan mereka itu, maka ditetapkanlah azab bagi mereka, seperti azab yang pernah ditimpakan kepada umat-umat dahulu, yang telah mengikuti tipu daya setan. Semua mereka itu, yaitu setan-setan beserta pengikut-pengikutnya, sama-sama menderita kerugian dan kehancuran. Mereka sama-sama mendapat azab yang pedih di akhirat nanti karena mereka sama-sama orang yang merugikan diri sendiri.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MUSUH-MUSUH ALLAH
Ayat 19
“Dan (ingatlah) di hati akan dihantarkan musuh-musuh Allah ke dalam neraka."
Orang-orang yang hidupnya penuh dengan sikap permusuhan terhadap Allah, tidak percaya disertai menghambat jalan Allah dan menentang seruan Rasul, bahwa mereka akan dihantarkan dengan serba kehinaan masuk neraka.
“Lalu mereka akan dikumpul-kumpulkan."
Dikumpul-kumpulkan di sana setumpuk, di situ setumpuk di bawah penjagaan malaikat penjaga neraka atau yang disebut Malaikat Zabaniyah, yang diperlakukan dengan hina.
Ayat 20
“Sehingga apabila mereka sudah sampai ke sana."
Mereka pun diperiksai kembali oleh ma-laikat-malaikat itu atas perintah Allah tentang sebab-sebab yang membawa mereka sampai masuk ke tempat adzab yang sakit ini.
“Menjadi saksilah atas mereka pendengaran mereka dan penglihatan mereka dan kulit-kulit mereka atas apa yang telah mereka amalkan."
Artinya bahwa dalam pemeriksaan itu tidaklah saat mereka akan memberikan keterangan yang dusta untuk melepaskan diri. Karena saksi bukan datang dari luar diri, bahkan bagian dari diri mereka.
Ayat 21
“Mereka berkata kepada kulit mereka."
Atau mereka dakwah kulit mereka sendiri."Mengapa kamu jadi saksi atas kami?" Mengapa kamu sampai hati membukakan rahasia kami di hadapan Allah? “Mereka" yaitu kulit mereka itu, menjawab, “Yang membuat kami bercakap ialah Allah yang membuat bercakap segala sesuatu." Maka bukanlah semata-mata lidah dan bibir manusia saja yang diberi Allah kesanggupan bercakap. Kulit manusia meskipun bisu, bisa juga bercakap. Misalnya kerling mata saat bercakap sambil diam bahwa mata itu tidak jujur. Pendengaran telinga bisa bercakap, meskipun dia diam, bahwa dia tidak tertarik mendengar ayat Al-Qur'an; yang lebih menariknya hanyalah cerita luncah dan cabul, musik yang merangsang selera rendah dan nafsu syahwat. Kulit pun, meskipun tidak bermulut, tetapi keseluruhannya bisa bercakap mengatakan bahwa waktu hidupnya dia adalah seorang pezina dan lain sebagainya.
“Dan Dialah Yang Menciptakan kamu sejak semula dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan"
Bahkan sejak manusia muncul ke permukaan dunia ini, dia pun telah mulai bercakap, meskipun mulutnya belum pandai bertutur. Dengan bahasa tangis, ibunya saat mengetahui apakah yang dikehendakinya, apakah dia lapar, apakah dia haus, apakah kain popoknya sudah basah, apakah dia kepanasan, apakah dia kedinginan.
Kadang-kadang dalam hidup ini pun sesama manusia tidak saat didustai. Mulut mengatakan lain, tetapi perangai, isyarat tangan, kerdip mata, liar mata, sikap langkah, semuanya itu bercakap menunjukkan hal yang sebenarnya. Manusia yang arif bijaksana, yang pandangannya menembus hati karena imannya, lagi tidak saat ditipu dengan susun kata, karena dia mempunyai firasat, karena dia memandang dengan nur Allah, kononlah Allah Ta'aala sendiri.
Itu sebabnya maka ayat yang selanjutnya memberikan lagi keterangan lebih tegas.
Ayat 22
“Dan tidaklah kamu saat benselindung bahwa jadi saksi atas kamu pendengaran kamu dan tidak pula penglihatan kamu dan tidak pula kulit-kulit kamu."
Ayat ini adalah peringatan kepada manusia yang hidupnya penuh dengan keraguan ketika masih hidup di dunia ini. Mentang-mentang dia bertindak seorang tidak ada manusia lain yang melihat dia berjalan pada gelap gulita malam, atau sedang dia berada jauh dari anak dan istrinya, dan orang sekampung yang mengenalnya, misalnya dalam mengembara berlepas lelah di negeri yang jauh, janganlah disangka bahwa tidak ada yang melihat. Pendengaran mendengar apa yang kita kerjakan, penglihatan melihat apa yang kita perbuat dan kulit-kulit manusia turut menyaksikan bahwa turut terlibat dalam perbuatan itu.
“Tetapi kamulah yang menyangka Allah tidak akan tahu yang terbanyak dari apa yang kamu amalkan."
Maka tersebutlah di dalam sebuah hadits yang diterima daripada Anas bin Malik (semoga ridha Allah atas diri beliau), khadam dan Rasulullah ﷺ bahwasanya beliau mengatakan bahwa pada suatu waktu Rasulullah ﷺ tergelak sendirian. Lalu beliau bertanya,
“Apakah kalian tidak hendak bertanya mengapa aku tertawa.'"
Lalu sahabat-sahabat yang hadir bertanya, “Mengapa engkau tertawa, ya Rasulullah?" Nabi menjawab,
“Aku tercengang dari sebab seorang hamba Allah mendebat Tuhannya di hari Kiamat. Dia berkata, ‘Ya Tuhanku! Bukankah Allah berjanji tidak akan menganiaya aku' Allah menjawab, ‘Memang Aku berjanji begitu.'"
Lalu hamba tadi berkata pula, ‘Sesungguhnya aku tidak mau menerima seorang saksi pun ke-cuali yang datang dari diriku sendiri!'
Maka berkatalah Allah Yang Mahamulia, lagi Mahatinggi, ‘Tidakkah sudah cukup Aku sendiri jadi saksi dan malaikat-malaikat yang mulia yang selalu menuliskan segala yang pernah kamu amalkanV Namun permohonan ini diulanginya juga berkali-kali.
Maka berkatalah Rasulullah ﷺ, “Lalu ditutup Allah mulutnya dan bercakaplah seluruh bagian tubuhnya menceritakan apa yang pernah diamalkannya. Akhirnya berkatalah si hamba Allah itu, ‘Jauhlah kamu (hai, bagian-bagian tubuhku) dan lumAllah kamu. Dan kamu semuanya aku telah didebat!'" (HR al-Bazzar)
Ayat 23
“Dan demikianlah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Tuhan kamu."
Tersebut pulalah dalam sebuah hadits yang dirawikan oleh Muslim dan Imam Ahmad dan Tirmidzi, yang berasal dan hadits Abdurrahman bin Yazid dan Abdullah bin Mas'ud (semoga ridha Allah atas diri beliau), bahwa pada suatu hari ketika Abdullah bin Mas'ud terselubung di bawah kiswah (selubung hitam Ka'bah) lalu datanglah tiga orang Quraisy dan dua orang kawannya dari Tsaqif, orangnya gendut, gendut perutnya, hati mereka tampaknya kurang paham tentang agama. Mereka berbisik-bisik, tidak aku dengar apa bisikannya itu. Lalu seorang di antara mereka berkata, “Bagaimana pensaatmu, apakah Allah mendengar percakapan ini?"
Kawannya menjawab, “Kalau kita bicara agak keras, tentu didengarnya. Tetapi kalau kita bercakap perlahan-lahan, tidaklah akan didengarnya." Yang seorang lagi menyela, dengan katanya, “Kalau sebagian telah didengarnya, niscaya semua didengarnya."
Abdullah berkata seterusnya, “Cerita ini aku sampaikan kepada Nabi ﷺ, maka turunlah ayat ini. ‘Dan tidaklah kamu saat berselindung bahwa jadi saksi atas kamu pendengaran kamu' dan seterusnya, sampai ‘dan demikianlah persangkaan kamu yang kamu sangkakan terhadap Allah kamu.'"
“Telah dibinasakannya kamu, maka jadilah kamu orang-orang yang rugi."
Menjadi rugilah mereka itu karena salah sangka terhadap Allah, disangka Allah tidak akan melihat, disangka Allah tidak akan menyaksikan apa yang mereka amalkan. Lalu mereka berbuat semau-maunya, memperturutkan hawa nafsu. Kesudahannya mereka dibinasakan Allah karena kesalahan tindakan dan rugilah hidupnya karena hidup tidak beriman dan beramal saleh maka tidaklah ada bekal yang akan dibawa menghadapi Allah di hari akhirat.
Maka berkatalah ulama yang terkenal, Imam Hasan al-Bishri,
“Ketahuilah olehmu bahwasanya amalan manusia adalah sekadar menurut sangkanya terhadap Allah mereka. Orang yang beriman, berbaik sangkalah dia kepada Allah maka dibuatnyalah
yang tidak mematuhinya pun akan mensaat adzab dan siksaan juga.
“Sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang rugi."