Ayat
Terjemahan Per Kata
فَأَمَّا
maka adapun
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَٱعۡتَصَمُواْ
dan mereka berpegang teguh
بِهِۦ
dengan/kepadaNYa
فَسَيُدۡخِلُهُمۡ
maka Dia/Allah akan memasukkan mereka
فِي
di dalam
رَحۡمَةٖ
rahmat
مِّنۡهُ
daripadaNya
وَفَضۡلٖ
dan karunia
وَيَهۡدِيهِمۡ
dan Dia/Allah akan memberi petunjuk pada mereka
إِلَيۡهِ
kepadaNya
صِرَٰطٗا
jalan
مُّسۡتَقِيمٗا
lurus
فَأَمَّا
maka adapun
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ءَامَنُواْ
beriman
بِٱللَّهِ
kepada Allah
وَٱعۡتَصَمُواْ
dan mereka berpegang teguh
بِهِۦ
dengan/kepadaNYa
فَسَيُدۡخِلُهُمۡ
maka Dia/Allah akan memasukkan mereka
فِي
di dalam
رَحۡمَةٖ
rahmat
مِّنۡهُ
daripadaNya
وَفَضۡلٖ
dan karunia
وَيَهۡدِيهِمۡ
dan Dia/Allah akan memberi petunjuk pada mereka
إِلَيۡهِ
kepadaNya
صِرَٰطٗا
jalan
مُّسۡتَقِيمٗا
lurus
Terjemahan
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh pada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga) serta menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya.
Tafsir
(Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan limpahan karunia-Nya dan membimbing mereka ke jalan yang lurus menuju kepada-Nya) yakni agama Islam.
Tafsir Surat An-Nisa': 174-175
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang kepada kalian bukti kebenaran dari Tuhan kalian (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an).
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
Ayat 174
Allah ﷻ berfirman, ditujukan kepada semua umat manusia dan sebagai pemberitahuan kepada mereka, bahwa sesungguhnya telah datang kepada mereka bukti kebenaran yang besar dari Allah ﷻ, yaitu dalil yang pasti yang membantah semua alasan, dan hujah yang melenyapkan semua kerumitan. Karena itulah disebutkan pada permulaan ayat melalui firman-Nya:
“Dan telah Kami turunkan kepada kalian cahaya yang terang benderang.” (An-Nisa: 174)
Yaitu cahaya yang terang dan jelas menunjukkan kebenaran. Menurut Ibnu Juraij dan lain-lainnya, makna yang dimaksud ialah Al-Qur'an.
“Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya.” (An-Nisa: 175)
Yakni memadukan antara ibadah dan bertawakal kepada Allah dalam semua urusan mereka. Ibnu Juraij mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah "orang-orang yang beriman dan berpegang teguh kepada Al-Qur'an.” Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
“Niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya.” (An-Nisa: 175)
Allah belas kasihan kepada mereka, maka Dia memasukkan mereka ke dalam surga dan menambahkan kepada mereka pahala yang berlipat ganda; derajat mereka ditinggikan berkat karunia Allah kepada mereka dan kebaikan-Nya.
“Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.” (An-Nisa: 175)
Yaitu jalan yang jelas, tujuan yang lurus, tidak ada bengkoknya dan tidak ada penyimpangan.
Demikianlah gambaran tentang orang-orang mukmin di dunia dan akhirat. Di dunia mereka berada pada tuntunan yang lurus dan jalan keselamatan dalam semua akidah dan amaliyahnya, sedangkan di akhirat berada pada jalan Allah yang lurus yang menghantarkan mereka ke taman-taman surga-Nya. Di dalam hadits Al-Haris Al-A'war, dari Ali ibnu Abu Thalib, dari Nabi ﷺ disebutkan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda: “Al-Qur'an adalah jalan Allah yang lurus dan tali Allah yang kuat.” Hadits ini secara lengkap telah disebutkan pada permulaan kitab tafsir ini, hanya milik Allah-lah segala puji dan karunia.
Setelah menjelaskan bukti kebenaran dan cahaya petunjuk yang diperuntukkan bagi umat manusia, ayat ini menjelaskan sikap manusia dalam menghadapi bukti kebenaran itu. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada tali Allah, yakni tuntunan agama-Nya yang terhimpun di dalam Al-Qur'an, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia yang besar dari-Nya, yaitu surga, dan memberikan kepadanya bermacam-macam karunia, dan menunjukkan mereka jalan yang lurus dalam kehidupan di dunia dan kelak di akhirat untuk sampai kepada-NyaPada ayat yang lalu Allah berjanji menuntun umat manusia dan menunjukkan kepada mereka jalan yang membawa kepada kebahagiaan, di dunia dan akhirat. Pada ayat ini dipenuhi sebagian dari janji Allah itu, yaitu berupa jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Mereka meminta fatwa kepadamu, Nabi Muhammad, tentang kala'lah, yaitu seorang yang mati tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak. Katakanlah, Allah memberi fatwa kepadamu tentang kala'lah, yaitu jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak, tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya, yakni bagian dari saudara perempuan itu, adalah seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi seluruh harta saudara perempuan, jika saudara perempuan itu mati dan saudara laki-laki itu masih hidup, ketentuan ini berlaku jika dia, saudara perempuan yang mati itu, tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan yang mewarisi itu berjumlah dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka, ahli waris itu, terdiri atas saudarasaudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Demikian Allah menerangkan hukum tentang pembagian waris kepadamu, agar kamu tidak sesat, dalam menetapkan pembagian itu. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang membawa kebaikan bagimu dan yang menjerumuskan kamu ke dalam kesesatan, maka taatilah segala perintah-Nya dan jauhilah segala larangan-Nya.
Ayat ini memberikan ketegasan kepada manusia sesudah menyatakan bahwa Muhammad adalah rasul Allah dan Al-Qur'an adalah cahaya dan petunjuk yang diturunkan-Nya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada ajaran Al-Qur'an, akan dimasukkan ke dalam rahmat-Nya yaitu surga dan akan selalu berada dalam lindungan karunia-Nya, suatu rahmat dan karunia yang tak dapat dibayangkan oleh manusia bagaimana besar dan mulianya. Ibnu Abbas berkata yang dimaksud dengan rahmat-Nya di sini ialah surga dan yang dimaksud dengan karunia-Nya ialah karunia yang akan dinikmati oleh penghuninya yang belum pernah dilihat oleh mata dan belum pernah terdengar oleh telinga dan tak terbayangkan dalam pikiran betapa bahagia dan senangnya orang yang dapat menikmatinya. Selain dari itu Allah akan memberinya petunjuk dan hidayah serta taufik-Nya agar ia selalu berada di jalan yang lurus, jalan yang benar yang akan menyampaikan kepada rahmat-Nya yang besar dan lurus itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Sekarang telah selesai penjelasan berhadapan dengan Ahlui Kitab dengan kepercayaan mereka, yang berlebih-lebihan; Yahudi dengan tuduhan yang rendah kepada Maryam dan menolak kerasulan Isa dan Muhammad; Nasrani dengan kepercayaan mereka bahwa Tuhan bertiga. (Sang Bapa, Sang Putra, dan Ruhul Qudus), yang dalam surah al-Maa'idah kelak akan diberikan keterangan lebih luas lagi; in syaa Allah! Dalam agama tidak ada paksaan, tetapi Islam memberikan kebebasan pikiran. Yahudi dan Nasrani telah diajak kembali kepada pikiran yang wajar. Mereka tetap dihormati dan dihargai, kesempatan buat berpikir masih tetap selalu terbuka, sebab
Ayat 174
“Wahai sekalian manusia!"
Tidak memandang kabilah atau keturunan dan tidak bangsa ataupun warna kulit, sebab perasaan batin mereka adalah sama, “Sesungguhnya telah datang kepada kamu keterangan dari Tuhan kamu." Allah yang pengasih dan penyayang, dengan kurnia dan inayah-Nya, guna mendidik dan membersihkan jiwa kamu telah mendatangkan dari sisi-Nya, untuk burhan, yaitu keterangan yang besar, yang jelas, dan nyata. Membawa hakikat iman yang besar kepada Allah, supaya hidupmu selamat, beragama dan berbudi, sentosa dunia dan akhirat. Burhan atau keterangan itu datang dengan cukup penjelasan dan keterangan, dengan dalil dan alasan, Burhan atau keterangan itu ialah seorang manusia, bernama Muhammad ﷺ seorang Nabi yang ditimbulkan dari kalangan Arab, tetapi untuk manusia di dunia seluruhnya. Bukti-bukti yang didapati dari penyelidikan atas perjalanan hidupnya menunjukkan bahwa dialah burhan itu. Yang sejak lahirnya ke dunia, bukan dia bersekolah, tidak dia pandai menulis dan membaca, anak yatim lagi piatu, bukan ahli syair dan bukan ahli sejarah. Dikenal di waktu mudanya hanya karena kejujurannya belaka, seorang saudagar kecil sebagai kebanyakan orang-orang Quraisy di Mekah pada masa itu, seorang suami dari istri yang setia dengan beberapa orang anak yang masih kecil-kecil. Orang itulah Muhammad, yang setelah genap usianya 40 tahun, artinya mulai cukup dewasa dan matang, datang kepada umat yang ummi, tetapi dia mendatangkan pengajaran suatu ilmu yang tertinggi, yaitu ilmu tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya dan kebesaran-Nya, dengan Zat-Nya Yang Mahatinggi. Dan dia datang memberikan beberapa ramuan obat, beberapa resep untuk membersihkan jiwa, dan juga untuk memperbaiki masyarakat yang sudah bobrok. Dia seru pula Ahlul Kitab supaya pulang kembali ke pangkalan asli ajaran agama mereka. Dia bukan seorang filsuf. Dia mengangkat martabat iman kepada pertalian pribadi dengan alam. Hendak mengenal Allah, kenalilah apa yang telah Dia jadikan.
Dia adalah burhan artinya keterangan atau penerangan. Sebagaimana pernah ditanyakan orang kepada istri beliau sendiri, Siti Aisyah menjawab, “Akhlaknya ialah Al-Qur'an." Pribadinya sendiri adalah burhan, keterangan yang dapat dijadikan contoh teladan. Sunnah yang beliau gariskan dengan perkataan (a/-Aqwal), perbuatannya (afaal), dan pekerjaan orang lain yang tidak ditegurnya (Taqrir), semuanya itu penafsiran dari Al-Qur'an sebagai wahyu Allah. Dia adalah Rasul Utusan Allah, tetapi pribadinya yang besar itu telah diberi Allah kekuatan dan kesanggupan mendirikan sebuah masyarakat agama, langsung menjadi sesuatu kekuasaan kenegaraan, dan dia sendiri pemimpinnya. Dalam masyarakat dan negara yang beliau dirikan itu, hukum Allah telah dijadikan undang-undang dan berlaku kuat kuasanya. Beliau telah meninggalkan pusaka dalam hal pendidikan, politik (siasat), ekonomi (iqtishad) dan sosial (kemasyarakatan), kebudayaan, bahkan ilmu peperangan.
Kita akui memang ada pasang naik dan pasang surut bagi umat yang telah terbentuk oleh ajaran beliau, namun sunnah beliau masih tetap menjadi sumber keterangan, sumber burhan, di dalam melanjutkan hidup umat pemeluk Islam itu. Telah empat belas abad dilalui, dan di saat ini menurut perhitungan terakhir, penganut ajaran beliau dan mencari burhan dari beliau itu tidak kurang dari 600 juta.
Budha Gautama lahir di India, dan agamanya pun telah tersebar di negeri-negeri di luar India. Tetapi di India sendiri tempat Budha dilahirkan tidak tampak lagi bekas-bekas kebesaran Budha dan kerajaan Chandragupta. Agama Budha di India di saat sekarang tidaklah lagi yang menentukan.
Isa al-Masih dilahirkan di Palestina, tetapi Palestina tidak mendapat kehormatan untuk menjadi pusat Kristen. Beberapa abad yang lalu dengan kekerasan senjata kaum Salib dari negeri-negeri Barat telah mencoba merebut Palestina dengan segala kekerasan, namun akhirnya mereka terusir juga dari sana. Pemeluk agama Kristen di negeri tempat Nabi Isa dilahirkan itu hanyalah salah satu golongan kecil.
Agama Yahudi pernah berpusat di Palestina. Tetapitelahberganti-ganti bangsa Babilon, Persia, Yunani, dan Romawi menguasai negeri itu dan kemudian Islam. Di zaman sekarang dengan kekerasan senjata, orang Yahudi Zionis mencoba merebut dan menguasai Palestina kembali, setelah lebih 2.000 tahun mereka keluar dari sana. Namun pemaksaan dengan senjata itu tidaklah akan kekal.
Perhatikanlah dengan pikiran tentang perjalanan sejarah. Nabi Muhammad ﷺ dilahirkan di Mekah dan berkubur di Madinah, dan bertumpu tapak di jazirah Arab. Sekarang sudah empat belas abad berlalu, namun Mekah dan Madinah masih tetap menjadi pusat Islam. Naik haji kian tahun kian lebih ramai daripada zaman Nabi hidup dan Madinah masih tetap menjadi tempat ziarah yang kedua, dan dunia tetap mengakui bahwa pusat Islam adalah di sana. Meskipun pusat politik pernah pindah ke Kufah (zaman Ali), ke Damaskus (zaman Bani Umayyah), ke Baghdad (zaman Bani Abbas), ke Istanbul (zaman Turki Bani Osman), namun semua kekuasaan politik itu masih tetap memusatkan keislaman di Mekah. Pemusatan keislaman di tanah Hejaz itu diperkuat oleh rukun Islam sendiri, yaitu haji. In syaa Allah
akan berlakulah apa yang pernah beliau katakan bahwa sesungguhnya kekuatan Islam akan kembali ke Jazirah Arab sebagai pertahanan terakhir bagi mengumpulkan kekuatan Islam.
“Dan telah kami turunkan kepada kamu cahaya yang nyata."
Cahaya yang nyata itu ialah wahyu yang beliau terima dari Allah dengan perantaraan Jibril, yang bernama Al-Qur'an. Dia adalah cahaya pada dirinya dan memberikan cahaya pada yang lain. Yang disinarinya ialah ruh insani. Sebab cahaya ruh itu membekas pada jasmani. Bertambah dia dibaca dan dipahamkan, bertambah membekaslah cahaya itu ke dalam jiwa. Dia menerangkan apa artinya hidup ini dan ke mana lanjutan sesudah mati, dan apa bekal yang harus dibawa. Menerangkan puncak dari semua kegiatan hidup, yaitu makrifat kepada Allah. Puncak itu ialah tauhid. Mengakui keesaan pada uuhiyah-Nya dan rububiyah-Nya. Dia Pencipta dan Dia Pemelihara. Apabila akal sudah sampai kepada puncak itu, bersinarlah dia. Sebab itu adalah sumber yang asal dari segala ilmu, dan telaga dan segala pengetahuan. Tauhid itulah inti sari seruan dari segala Rasul yang dahulu dan Muhammad. Mereka datang kepada umat mereka masing-masing menerangkan tauhid menurut bakat persediaan jiwa mereka dalam lingkungan pengaruh ruang dan waktu. Namun sampai sekarang dan sampai ke akhir zaman, baik berpikir secara manthiq (logika) maupun secara iltizam (dialektika), berputar bagaimanapun, beredar bagaimana pun, namun kesimpulan terakhir ialah tauhid; Maka ada tuhan, melainkan Allah. Itulah Nur yang dibawa oleh Al-Qur'an.
Sejak zaman purbakala, pada bangsa-bangsa yang dahulu memang sudah ada kepercayaan akan adanya satu Tuhan. Agama-agama mengajarkan satu Tuhan. Tetapi manusia kadang-kadang dikacaukan oleh khayatnya sendiri, sehingga Allah itu disekutukannya dengan yang (ain. Dua cabang pemeluk agama yang besar, Yahudi dan Nasrani pada pokoknya juga memegang kepercayaan kepada Allah yang Satu. Tetapi pengaruh pemuka-pemuka agama demikian besar menentukan ajaran itu, sehingga pemuka-pemuka itu pun telah menjadi Tuhan sendiri, membuat peraturan sendiri yang tidak boleh dilanggar. Keputusan dari pendeta-pendeta Nasranilah yang me-rumuskan sehingga Isa al-Masih dianggap anak Allah, atau Allah sendiri yang menjelma jadi anak manusia.
Penyembahan kepada berhala masih menjadi-jadi di sekitar tanah Arab, padahal Ibrahim telah menyapu bersih kepercayaan itu, sampai dirinya sendiri dibakar orang. Dengan pertolongan Allah jua dia selamat; pada Ka'bah yang didirikannya telah bersandaran 360 berhala.
Seluruh dunia mengakui Allah ada, dan Allah satu. Tetapi seluruh dunia telah tenggelam dalam gelap gulita syirik. Berhala dituhankan, kadang-kadang raja-raja dituhankan, kadang-kadang orang-orang yang dianggap sakti dan keramat, dituhankan juga.
Nur atau cahaya Al-Qur'an memancar, mengingatkan tauhid dan merumuskannya, tersimpul dalam kalimat, laa Ilaha Illallah.
Orang disuruh memakai akalnya, disuruh merenung mencari Tuhan dengan serba kebenaran dan kekuasaan-Nya, pada alam yang Dia ciptakan. Manusia disuruh mencari tempatnya yang istimewa dalam alam karena akalnya. Cahaya tauhid yang dibawakan Al-Qur'an bersinar dari dalil-dalil, alasan, keterangan sebagai pertalian di antara akal dengan alam, perumpamaan dan perbandingan hikayat dan kisah, hidayat ilmu dan pengalaman. Manusia disuruh keluar dari rumahnya, mengembara, berjalan mengelilingi bumi ini untuk melihat dan membanding. Yang berkesudahan dengan akal itu sampai kepada hakikat yang sejati tadi, bahwa di dalam per-bilangan kesaksian, terdapat kesatuan yang disaksikan. Dan hilanglah kegelapan syirik dan bersinarlah kesatuan tujuan Allah.
Bertambah dikaji Al-Qur'an, bertambah nyata sinar itu; menjadi kecil hasil penyelidikan ahli filsafat dari segi pikiran. Bertambah tidak berarti susunan syair ahli syair dari segi bahasa, bertambah basi undang-undang eipta-an manusia di hadapan pokok hukum dari sumbernya yang asli, dari Allah. Dan yang menerimanya dari Allah, dan menyampaikan kepada kita, bukanlah dia seorang filsuf, bukan ahli hukum, dan bukan seorang sastrawan ahli syair, tetapi seorang Nabi yang ummi, tidak tahu menulis dan tidak pandai membaca, Muhammad ﷺ.
Ayat 175
“Adapun orang-orang yang beniman kepada Allah, dan berpegang mereka kepada-Nya."
Beriman kepada Allah yang mengutus Rasul yang menjadi burhan itu, tiada mempersekutukan yang lain dengan dia, dan berpegang teguh pula kepada Al-Qur'an sebagai cahaya untuk menyinari jiwa, dipahamkan dan diamalkan, dipegang dan dijalankan, siang menjadi tongkat kehidupan dan malam menjadi kalanghulu. “Maka akan dimasukkan-Nya mereka ke dalam rahmat daripada-Nya." Rahmat ialah kebahagiaan hidup di hari depan, di akhirat, sebagai tujuan dari hidup yang sekarang. “Dan kurnia," yaitu tambahan sesudah ganjaran yang harus diterima sebagai keadilan dari Allah sebagaimana telah tersebut di atas tadi.
“Dan akan Dia beri petunjuk mereka kepada-Nya, suatu jalan yang lurus."
Oleh sebab tadi sudah diterangkan, Al-Qur'an ialah Nur, atau cahaya, bila berpegang teguh dengan dia sebagai suluh kehidupan, niscaya tidaklah akan terperosok lagi ke dalam gelap gulita atau jalan yang bersimpang siur. Allah menunjukkan jalan yang lurus, menuju Dia, sehingga tidak kehilangan lagi karena perdayaan setan, rayuan hawa nafsu, dan angkara murka thaghut.
Rugilah orangyang menolak ini; umumnya akan habis usianya sia-sia. Bahagialah yang memegang teguh, sebab dia akan bertemu dengan apa yang dijanjikan oleh Allah, Tuhan kita. Muhammad Pemimpin kita dan Al-Qur'an pedoman kita.