Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱللَّهُ
dan Allah
خَلَقَكُم
menciptakan kalian
مِّن
dari
تُرَابٖ
tanah
ثُمَّ
kemudian
مِن
dari
نُّطۡفَةٖ
air mani
ثُمَّ
kemudian
جَعَلَكُمۡ
Dia menjadikan kamu
أَزۡوَٰجٗاۚ
berpasangan
وَمَا
dan tidak
تَحۡمِلُ
mengandung
مِنۡ
dari
أُنثَىٰ
seorang perempuan
وَلَا
dan tidak
تَضَعُ
melahirkan
إِلَّا
kecuali
بِعِلۡمِهِۦۚ
dengan pengetahuan-Nya
وَمَا
dan tidak
يُعَمَّرُ
dipanjangkan
مِن
dari
مُّعَمَّرٖ
orang-orang yang berumur panjang
وَلَا
dan tidak
يُنقَصُ
dikurangi
مِنۡ
dari
عُمُرِهِۦٓ
umurnya
إِلَّا
melainkan/kecuali
فِي
dalam
كِتَٰبٍۚ
Kitab
إِنَّ
sesungguhnya
ذَٰلِكَ
yang demikian itu
عَلَى
atas
ٱللَّهِ
Allah
يَسِيرٞ
mudah
وَٱللَّهُ
dan Allah
خَلَقَكُم
menciptakan kalian
مِّن
dari
تُرَابٖ
tanah
ثُمَّ
kemudian
مِن
dari
نُّطۡفَةٖ
air mani
ثُمَّ
kemudian
جَعَلَكُمۡ
Dia menjadikan kamu
أَزۡوَٰجٗاۚ
berpasangan
وَمَا
dan tidak
تَحۡمِلُ
mengandung
مِنۡ
dari
أُنثَىٰ
seorang perempuan
وَلَا
dan tidak
تَضَعُ
melahirkan
إِلَّا
kecuali
بِعِلۡمِهِۦۚ
dengan pengetahuan-Nya
وَمَا
dan tidak
يُعَمَّرُ
dipanjangkan
مِن
dari
مُّعَمَّرٖ
orang-orang yang berumur panjang
وَلَا
dan tidak
يُنقَصُ
dikurangi
مِنۡ
dari
عُمُرِهِۦٓ
umurnya
إِلَّا
melainkan/kecuali
فِي
dalam
كِتَٰبٍۚ
Kitab
إِنَّ
sesungguhnya
ذَٰلِكَ
yang demikian itu
عَلَى
atas
ٱللَّهِ
Allah
يَسِيرٞ
mudah
Terjemahan
Allah menciptakanmu dari tanah, dari air mani, kemudian Dia menjadikanmu berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, kecuali dengan sepengetahuan-Nya. Tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, kecuali (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah.
Tafsir
(Dan Allah menciptakan kalian dari tanah) yaitu menciptakan Adam dari tanah liat (kemudian dari air mani) lalu Dia menciptakan anak cucunya dari air mani (kemudian Dia menjadikan kalian berpasang-pasang) terdiri dari kaum pria dan wanita. (Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak pula melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya) lafal Bi'ilmihi berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan, yakni telah diketahui oleh-Nya. (Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang) tidak diperpanjang (dan tidak pula dikurangi umurnya) yakni orang yang diberi umur panjang itu (melainkan tercatat dalam Kitab) di Lohmahfuz (Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah) amat gampang.
Tafsir Surat Al-Fatir: 9-11
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan. Maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati, lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu. Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras.
Dan rencana jahat mereka akan hancur. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasang-pasangan (laki-laki dan perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. Sering sekali Allah ﷻ menggambarkan tentang hari berbangkit dengan bumi tandus yang dihidupkan-Nya kembali menjadi subur, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Hajj pada bagian permulaannya, agar hamba-hamba-Nya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk menyimpulkan adanya hari berbangkit.
Sesungguhnya bumi yang mati lagi tandus tiada tetumbuhan padanya; apabila digiring kepadanya awan yang menandung air hujan, lalu diturunkanlah hujan di atasnya. hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al-Hajj: 5) Demikian pula halnya tubuh-tubuh yang telah mati, apabila Allah hendak membangkitkannya di hari berbangkit nanti, maka Allah menurunkan dari bawah 'Arasy-Nya hujan yang merata ke seluruh bumi, dan bangkitlah semua tubuh yang telah mati itu dari kuburnya masing-masing, sebagaimana benih yang tumbuh dari bumi.
Karena itulah disebutkan di dalam hadis sahih: Semua tubuh anak Adam hancur kecuali tulang ekornya, dan dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia dibangkitkan. Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya: Demikianlah kebangkitan itu. (Fathir: 9) Dalam tafsir surat Al-Hajj telah disebutkan sebuah hadis melalui riwayat Abu Razin yang menyebutkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati? Dan bukti apakah pada makhluk-Nya yang menunjukkan ke arah itu ?" Rasulullah ﷺ menjawab: .
". "Hai Abu Razin, tidakkah engkau pernah melewati lembah kaummu yang sedang dalam keadaan tandus (kekeringan)- lalu kamu melewatinya (di lain waktu) dalam keadaan subur lagi hijau. Abu Razin berkata, "Benar. Nabi ﷺ bersabda, "Maka seperti itulah Allah menghidupkan kembali orang-orang mati. Adapun firman Allah ﷻ: Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10) Yakni barang siapa yang menginginkan hidup mulia di dunia dan akhirat, hendaklah ia tetap taat kepada Allah ﷻ Maka sesungguhnya dengan ketaatan itu ia akan berhasil meraih apa yang didambakannya, karena sesungguhnya Allah adalah Raja dunia dan akhirat, dan milik-Nyalah semua kemuliaan.
Allah ﷻ telah berfirman: (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya kekuatan semuanya kepunyaan Allah. (An-Nisa: 139) Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. (Yunus: 65) Allah ﷻ telah berfirman pula: Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Al-Munafiqun: 8) Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Barang siapa yang menghendaki kemuliaan. (Fathir: 10) dengan cara menyembah berhala-berhala. maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10) Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.(Fathir: 10) Yakni hendaklah seseorang mencari kemuliaan dengan jalan taat kepada Allah ﷻ Menurut pendapat yang lain, barang siapa yang menghendaki pengetahuan tentang kemuliaan, yakni punya siapakah kemuliaan itu.
maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Fathir: 10) Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Firman Allah ﷻ: Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik (Fathir: 10) Yaitu zikir, bacaan Al-Qur'an, dan doa, menurut sejumlah ulama Salaf yang bukan hanya seorang. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepadaku Ja'far ibnu Aun, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Mas'udi, dari Abdullah ibnul Al-Mukhariq, dari ayahnya Al-Mukhariq ibnu Salim yang mengatakan bahwa sahabat Abdullah ibnu Mas'nd pernah berkata kepadanya, "Apabila aku ceritakan kepada kamu sebuah hadis, maka kudatangkan kepada kalian hal yang membenarkannya dari Kitabullah.
Sesungguhnya seorang hamba muslim bila mengucapkan, 'Mahasuci Allah, dan dengan memuji kepada-Nya, dan segala puji bagi-Nya, dan tiada Tuhan selain Dia, dan Allah Mahabesar Mahasuci Allah.' Maka ada malaikat yang mengambilnya, lalu meletakkannya di bawah sayapnya, kemudian ia naik ke langit dan membawanya. Maka tidak sekali-kali ia bersua dengan sekumpulan malaikat, melainkan mereka memohonkan ampunan bagi yang mengucapkannya, hingga sampailah ia di hadapan Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia." Kemudian Abdullah ibnu Mas'ud membacakan firman Allah ﷻ: Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Fathir: 10) Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnul Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq yang mengatakan bahwa Ka'bul Ahbar pernah mengatakan, "Sesungguhnya bagi kalimah, 'Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya, dan tidak ada Tuhan selain Dia' benar-benar ada gemanya di sekitar 'Arasy sebagaimana bunyi lebah (suara para malaikat) yang menyebutkan pelakunya, dan (dianggap sebagai) amal saleh yang disimpan di dalam perbendaharaan-perbendaharaan (untuk pelakunya kelak)." Sanad asar ini berpredikat sahih sampai kepada Ka'bul Ahbar rahimahullah.
Hal yang semisal telah diriwayatkan secara marfu' oleh Imam Ahmad. -: -: ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Muslim At-Tahhan, dari Aun ibnu Abdullah, dari ayahnya atau dari saudaranya, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Orang-orang yang berzikir menyebut nama Allah Yang Mahaagung, bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil. Maka terdengarlah di sekitar Arasy gema suara menyambutnya sebagaimana suara lebah menuturkan orang yang mengucapkannya (dan memohon belas kasihan dan ampunan bagi pelakunya). Tidakkah seseorang di antara kalian suka bila ada sesuatu dari amalnya yang terus-menerus disebutkan di sisi Allah? Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Bisyr Bakar ibnu Khalaf, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Qattan, dari Musa ibnu Muslim At-Tahhan, dari Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas'ud, dari ayahnya atau dari saudaranya, dari An-Nu'man ibnu Basyir r.a. dengan sanad yang sama.
Firman Allah ﷻ: dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Fathir: 10) Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud dengan perkataan-perkataan yang baik ialah zikrullah, ia dibawa naik ke hadapan Allah ﷻ Dan amal saleh ialah menunaikan ibadah fardu; maka barang siapa yang berzikir menyebut nama Allah dan menunaikan amal-amal fardunya. maka amal salehnya membawa naik zikrullah ke hadapan Allah ﷻ Dan barang siapa yang berzikir menyebut nama Allah tanpa menunaikan amal-amal fardunya, maka perkataan-perkataaniiya dikembalikan kepada amalnya, dan amalnyalah yang berhak menerimanya (sedangkan pelakunya tidak mendapat apa-apa). Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, yaitu bahwa amal yang saleh mengangkat kalimah-kalimah yang baik. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Ikrimah, Ibrahim An-Nakha'i, Ad-Dahhak, As-Saddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, Syahr ibnu Hausyab, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Iyas ibnu Mu'awiyyah Al-Qadi mengatakan bahwa seandainya tidak ada amal saleh, maka tiada zikrullah yang dinaikkan. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa perkataan tidak diterima kecuali bila dibarengi dengan amal saleh. Firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan. (Fathir: 10) Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair serta Syahr ibnu Hausyab mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang pamer dengan amal perbuatannya. Yakni menipu orang lain dengan memperlihatkan kepada mereka seakan-akan dia adalah orang yang taat kepada Allah, padahal hakikatnya dia adalah orang yang dimurkai oleh Allah karena pamer dengan amal perbuatannya.
Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An-Nisa: 142) Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik. Tetapi yang benar adalah yang mengatakan bahwa makna ayat umum, sedangkan kaum musyrik termasuk ke dalamnya dengan skala prioritas. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (Fathir: 10) Yakni rusak, batil, dan tampak kepalsuannya dari dekat bagi orang-orang yang mempunyai pandangan hati dan akal yang tajam.
Karena sesungguhnya tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan menampakkannya melalui roman mukanya dan keterlanjuran lisannya. Dan tidak sekali-kali seseorang merahasiakan sesuatu, melainkan Allah akan memakaikan pakaian lahiriah yang sesuai dengan apa yang disembunyikannya itu. Jika yang disembunyikannya itu berupa kebaikan, maka yang disandangnya adalah kebaikan; dan jika yang disembunyikannya itu keburukan, maka yang disandangnya itu adalah keburukan.
Orang yang bersikap riya (pamer) perkaranya tidak dapat berlanjut kecuali hanya di mata orang yang bodoh. Adapun bagi orang-orang mukmin yang mempunyai firasat yang tajam, maka hal tersebut tidak dapat menipu diri mereka, bahkan kepamerannya langsung diketahui oleh mereka dari dekat. Terlebih lagi bagi Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang gaib, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya. Firman Allah ﷻ: Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani. (Fathir: 11) Dia memulai menciptakan kakek moyang kalian (Adam) dari tanah, kemudian Dia menjadikan keturunannya dari air yang hina, yaitu air mani.
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan. (Fathir: 11) Yakni jenis laki-laki dan jenis perempuan, sebagai belas kasihan dan rahmat dari-Nya buat kalian. Karena itu, Allah menjadikan bagi kalian pasangan dari jenis kalian sendiri agar kalian tenang bersamanya. Firman Allah ﷻ: Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung dan tidak (pula) melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. (Fathir: 11) Yakni Dia mengetahui hal itu, tiada sesuatu pun dari hal itu yang tersembunyi bagi-Nya, dan bahkan sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan tiada sehelai daun pun yang gugur, melainkan Dia mengetahuinya (pula).
Dan tidak jatuh sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuz). (Al-An'am: 59) Juga di dalam firman Allah ﷻ yang tafsirnya telah disebutkan, yaitu: Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. Yang mengetehui semua yang gaib dan yang tampak; Yang Mahabesar lagi Mahatinggi. (Ar-Ra'd: 8-9) Adapun firman Allah ﷻ: Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). (Fathir: 11) Artinya, tidaklah Dia memberi sebagian dari benih itu usia yang panjang dengan sepengetahuan-Nya, melainkan hal itu tercatat di dalam Lauh Mahfuz.
dan tidak pula dikurangi umurnya. (Fathir: 11) Damir yang ada dalam ayat ini kembali kepada jenis, bukan kepada 'ainnya, karena yang diberi usia panjang tercatat di dalam Lauh Mahfuz dan dengan sepengetahuan Allah ﷻ usianya tidak akan dikurangi, dan sesungguhnya damir tersebut hanya kembali kepada jenisnya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa ayat ini semakna dengan perkataan orang Arab, "Aku mempunyai sebuah baju dan separo pakain yang lain." Telah diriwayatkan melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz).
Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Yakni tidak ada seorang pun yang telah Kutetapkan baginya usia dan kehidupan yang panjang, melainkan dia akan menghabiskan usia yang telah Kutakdirkan baginya. Dan apabila telah Kutetapkan baginya hal tersebut, maka sesungguhnya usianya hanya akan habis sesuai dengan kadar yang telah Kutetapkan baginya tanpa ditambah-tambahi. Tiada seorang pun yang Kutetapkan baginya usia pendek, melainkan usianya hanya sampai pada batas yang telah Kutakdirkan baginya.
Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Semuanya itu telah tercatat di dalam Lauh Mahfuz Kitab yang ada di sisi-Nya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ad-Dahhak ibnu Muzahim. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). (Fathir: 11) Yakni tidak ada seorang bayi pun yang dilahirkan dari rahim tanpa menyempurnakan usianya.
Abdur Rahman mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa tidakkah engkau melihat ada manusia yang diberi usia seratus tahun, sedangkan yang lainnya ada yang mati pada saat dilahirkan; yang terakhir inilah yang dimaksudkan oleh ayat ini. Qatadah mengatakan bahwa orang yang usianya dikurangi adalah orang yang meninggal dunia sebelum mencapai usia enam puluh tahun. Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). (Fathir: 11) Yaitu sejak masih di dalam perut ibunya sudah ditetapkan hal tersebut.
Allah tidak menciptakan makhluk dalam usia yang sama, bahkan seseorang mempunyai usia tersendiri, dan yang lain mempunyai usia tersendiri pula yang adakalanya kurang dari yang lain. Semuanya itu telah dicatatkan bagi pemiliknya di dalam Lauh Mahfuz, bahwa setiap orang akan mencapai batas usia yang telah ditetapkan baginya. Sebagian ulama mengatakan bahwa bahkan makna yang dimaksud dari firman-Nya: Dan sekali-kali tidak dipanjangkan umur seseorang yang berumur panjang. (Fathir: 11) ialah ajal yang telah ditetapkan baginya.
dan tidak pula dikurangi umurnya. (Fathir: 11) Habisnya usia sedikit demi sedikit, semuanya telah diketahui di sisi Allah, tahun demi tahun, bulan demi bulan, minggu demi minggu, hari demi hari, dan saat demi saat, semunya telah tercatat di sisi Allah dalam KitabNya (Lauh Mahfuz). Demikianlah menurut apa yang telah dinukil oleh Ibnu Jarir dari Abu Malik, dan pendapat yang sama dikatakan oleh As-saddi dan Ata Al-Khurrasani.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang pertama, yakni pendapat yang sejalan dengannya. ". Imam Nasai dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya ibnu Abu Zaid ibnu Sulaiman yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadanya Yunus, dari Ibnu Syihab, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Barang siapa yang ingin agar rezekinya diluaskan dan usianya diperpanjang, hendaklah ia menghubungkan tali persaudaraannya. Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya melalui hadis Yunus ibnu Zaid Al-Aili dengan sanad yang sama.
". Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnul Walid ibnu Abdul Malik ibnu Ubaidillah Abu Sarh, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Ata, dari Maslamah ibnu Abdullah, dari pamannya Abu Masja'ah ibnu Rib'i, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa kami berada di majelis Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda: Sesungguhnya Allah ﷻ tidak akan menangguhkan ajal seseorang apabila telah tiba masanya, dan sesungguhnya penambahan umur itu hanya melalui keturunan yang saleh yang dianugerahkan kepada seseorang.
Maka mereka mendoakan baginya sesudah ia tiada, sehingga doa mereka sampai kepadanya di dalam kuburnya; yang demikian itulah pengertian penambahan umur. Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya yang demikian itu bagi Allah adalah mudah. (Fathir: 11) Yakni amat mudah bagi-Nya, lagi segala sesuatu dan semua rincian makhluk-Nya berada dalam pengetahuan-Nya. Karena sesungguhnya pengetahuan Allah mencakupi semua makhluk-Nya, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya."
Dan di antara tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa Allah menciptakan bapak kamu, Nabi Adam, dari tanah kemudian menciptakan kamu dari air mani yang bersumber dari saripati makanan yang juga berasal dari tanah, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan laki-laki dan pe-rempuan sebagai suami istri. (Lihat juga: an-Najm/53: 45) Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan de-ngan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan ti-dak pula dikurangi umurnya, melainkan sudah ditetapkan dalam Kitab, yaitu Lau' Ma'f''. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah karena Dia Mahakuasa dan Maha Mengetahui. 12. Allah Mahakuasa, Maha Pencipta. Di antara bukti kekuasaan Allah adalah penciptaan manusia. Untuk memenuhi keperluan hidup manusia, Allah menciptakan lautan dengan beragam sumber dayanya. Dan tidak sama antara dua lautan; yang ini tawar, menyuburkan tanah, menumbuhkan tanam-tanaman, sangat segar, dan sedap diminum, dan lautan yang lain airnya asin lagi pahit karena sangat asin dan tentu tidak sedap untuk diminum. Dan dari masing-masing lautan itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat secara bersungguh-sungguh mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai, yakni mutiara dan marjan (Lihat juga: ar-Ra'm'n/55: 22). Dan di sana kamu melihat kapal-kapal berlayar membelah laut agar kamu dapat mencari karunia-Nya dan agar kamu bersyukur kepada-Nya atas limpahan rahmat tersebut.
Pada ayat ini, Allah menerangkan kejadian Adam yang menjadi nenek moyang manusia. Ia dijadikan oleh Allah langsung dari tanah, kemudian keturunannya dijadikan dari sperma yang pada hakikatnya juga berasal dari tanah karena berasal dari makanan berupa beras, sayur-sayuran dan lain-lain, yang berasal dari tanah. Kemudian mereka dijadikan berpasang-pasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Tidak ada seorang perempuan yang mengandung atau melahirkan kecuali semuanya diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Sejalan dengan ayat ini Allah berfirman:
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di sisi-Nya. (Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang Mahabesar, Mahatinggi. (ar-Ra'd/13: 8-9)
Tidak seorang pun yang berumur panjang, kecuali telah ditetapkan Allah lebih dahulu dan tertulis di Lauh Mahfudh, tidak akan bertambah dan tidak akan berkurang. Begitu pula orang yang telah ditetapkan berumur pendek, tidak akan lebih panjang dan tidak lebih pendek demi untuk menjaga keseimbangan di bumi supaya kemakmuran tertib jalannya. Hal demikian itu bagi Allah adalah mudah, karena Dia mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
ASAL KEJADIAN MANUSIA
Ayat 11
“Dan Allah telah menciptakan kamu dwti tanah, kemudian itu dari nuthfah."
Sudah banyak diterangkan di surah-surah yang lain tentang asal kejadian manusia. Di sini pada pangkal ayat diterangkan asal kejadian manusia dari tanah, kemudian itu dari nuthfah. Ini boleh ditafsirkan atas dua macam tafsiran. Pertama bahwa asal manusia yang pertama, yaitu nenek moyang manusia, tegasnya Nabi Adam langsung diciptakan Allah ﷻ dari tanah. Tetapi kemudian anak dari Adam sendiri dan manusia keturunan Adam seluruhnya terjadi dari nuthfah, yaitu mani ayah dan mani ibu yang telah bergabung dalam rahim jadi satu.
Boleh juga diartikan bahwa asal masing-masing kita manusia ini memang dari tanah. Karena makanan yang menyuburkan gizi manusia adalah berasal dari tanah. Buah-buahan, beras, gandum, sayur-sayuran yang jadi makanan tiap-tiap hari adalah dari tanah belaka. Makanan menyehatkan darah. Darah menimbulkan mani, dari pertemuan dua mani manusia tercipta. “Kemudian Dia jadikan kamu berpasang-pasangan" sejak dari dalam kandungan telah ditentukan mana yang laki-laki dan mana yang perempuan.
Dengan kekuasaan Allah kelanjutan turunan ditentukan dengan pertemuan dua yang berpasangan, yang disebut positif dan negatif. Pembentukan tubuh sama, tetapi Allah takdirkan bahwa yang dijadikan pihak laki-laki alat kelaminnya tertonjol keluar dan panjang dan alat kelamin perempuan diberi berlubang untuk pertemuan mereka dan mengumpulkan air mani mereka, seraya ditimbulkan pula syahwat keinginan bertemu untuk bersetubuh, sehingga dengan per-setubuhan itu berpadulah kedua mani dan lahirlah manusia baru.
“Dan tidaklah mengandung di antara perempuan dan tidaklah ia melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya". Niscaya demikianlah halnya, yaitu jika seorang mengandung anak, bahkan mulai saja berpadu mani si laki-laki dengan mani si perempuan sampai peringkat-peringkat bulannya, sampai anak itu lahir semuanya dalam pengetahuan Allah ﷻ
Kelanjutan ayat pun menambah jelasnya lagi.
“Dan tidaklah diberi umur orang yang berumur dan tidak dikurangi dari umurnya, melainkan sudah ada dalam Kitab." Artinya dalam catatan Allah ﷻ atau dalam pendaftaran Allah. Bahwa ini akan panjang usianya, sampai berpuluh tahun, dan si fulan akan kurang umur dari itu. Si anu setelah tua renta baru akan mati, entah umur 80 tahun entah umur sampai 100 tahun, sedang si fulan, mungkin cucu dari orang yang berusia panjang itu akan dikurangi, tidak sebanyak yang ditentukan untuk yang telah tua renta itu.
Inilah salah satu tafsir dari ayat ini.
Dalam tafsir yang lain yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir dan diterimanya pula dari Abu Malik, yang dimaksud umur dikurang-kurangi, ialah pada tiap-tiap manusia. Bila dia telah lahir ke dunia satu hari, maka telah kuranglah umurnya satu hari. Kalau orang telah berumur 60 tahun, artinya telah kurang umurnya 60 tahun dan tidak diketahui berapa lamanya lagi yang tinggal.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu atas Allah amat mudah."
Kemudian disuruh lagi kita merenungkan nikmat Allah pada adanya dua macam laut,
Ayat 12
“Dan tidaklah sama di antara dua lautan."
Yaitu perbedaan di antara daratan dan samudra luas yang membentang seperlima dari seluruh dunia ini dan danau-danau dan sungai-sungai besar yang mengalir dari gunung melalui tanah landai, menurun menuju laut."Yang ini tawar lagi segar, sedap diminumnya “ menjadi persediaan air minum bagi manusia, “Dan yang ini asin lagi pahit." Itulah air asin di lautan lepas.
Di beberapa tempat di tanah air Indonesia, ada sumur air tawar di tepi laut. Orang-orang yang tinggal di pulau, pagi-pagi mengayuh perahunya mengambil air tawar ke telaga di pinggir laut itu. Padahal kalau pasang naik, sumur itu dapat diliputi air pasang, sehingga airnya tidak dapat diambil karena asin. Tetapi kalau pasang sudah turun, air itu kembali dalam keadaan tawar. Sebab itu pada umumnya orang pulau mengambil air ke sana ialah seketika pasang surut. “Dan dari masing-masing kamu makan daging yang empuk." Yaitu ikan-ikan. Pun suatu hal yang mengagumkan bahwa kedua macam ikan itu, ikan lautan asin dan ikan danau dan sungai yang tawar, rasanya sama-sama enak dan sama-sama empuk. Padahal ikan air tawar tidak dapat hidup di lautan asin dan ikan lautan asin tidak dapat hidup di air tawar. “Dan kamu keluarkan perhiasan yang akan kamu pakai dianya." Ter-utama mutiara dan juga giwang yang indah yang diambil dan lokan kulit mutiara. Demikian juga marjaan yang indah-indah dan akar bahar yang hitam, sehingga menjadi mata pencarian sejak zaman dahulu kala. Bahkan negeri Kuwait yang di zaman sekarang terkenal kaya dengan minyak itu sebelumnya adalah yang jadi pokok penghasilan penduduk ialah dari mutiara. Di Indonesia kita ini terkenal mutiara dari Kepulauan Banda dan Kepulauan Maluku Utara (Ternate). “Dan kamu lihat padanya kapal membelah." Yaitu kamu lihat kapal membelah laut itu, berlayar menghubungkan di antara benua dengan benua dan pulau dengan pulau, dan kapal adalah hasil usaha manusia menyesuaikan diri dengan keadaan bumi yang empat perlima lautan dan seperlima saja daratan. Sedang manusia tidaklah dapat melengkapi hidupnya dengan hasil yang timbul dari daerah tempat tinggalnya saja. Sebab itu kapal adalah penghubung antar manusia sejak zaman purbakala. Sampai dengan ilham yang diberikan Allah pembuatan kapal itu sendiri kian berubah dari semata-mata dilayarkan dengan memakai layar yang diembus angin, sampai lama-lama maju kepada kapal uap, kapal mesin dan kapal motor. Sekarang sudah sampai kepada kapal yang dijalankan dengan tenaga atom.
Dijelaskan oleh Allah kegunaan kapal di ujung ayat, “Agar kamu dapat mencari karunia-Nya." Mana yang tidak ada dalam negerimu sendiri, kamu cari ke negeri lain. Atau orang negeri lain mengantarkannya ke negeri kamu dan kamu pun mengantarkan pula hasil negerimu ke negeri orang lain sehingga majulah sistem perniagaan dan jalanlah ekonomi,
“Dan supaya kamu bersyukur."
Supaya kamu bersyukur karena kamu dapat selamat melayari lautan yang kadang-kadang begitu ganas dengan riak, ombak, gelombang dan alun yang kadang-kadang setinggi gunung, Selamat dalam pelayaran yang kadang-kadangselompat hidup selompat mati, patutlah bersyukur. Selamat sampai ke negeri orang, patutlah bersyukur. Terjual barang yang dibawa, terbeli barang yang dicari dan pulang kembali dengan selamat, semuanya itu patutlah disyukuri.
Dan dalam peredaran dunia sejak ayat ini turun empat belas abad yang telah lalu, pembuatan kapal pun telah sangat maju, sehingga telah ada kapal besar-besar mengarungi laut berkat kemajuan teknik hasil ilham Allah yang diberikan kepada manusia, itu pun patut disyukuri. Apatah lagi sekarang ini. Barang-barang dalam jumlah besar, mobil-mobil dan alat keperluan hidup yang lain dapat dikirim dengan kapal dan manusia dapat bepergian dengan cepat dengan majunya perhubungan udara.
Semuanya menimbulkan syukur.
Ayat 13
“Dia masukkan malam ke dalam siang dan Dia masukkan siang ke dalam malam."
Ini pun bukti dari kemahakuasaan Allah itu. Dia mengatur pergantian malam dengan siang dan siang dengan malam; siang yang diliputi cahaya dan malam yang gelap gulita, antara keduanya masuk-memasuki. Artinya sangatlah teratur dan indah pergantian itu, sehingga sangatlah mengagumkan kita.
“Dan Dia tundukkan matahari dan bulan." Matahari dan bulan adalah makhluk ciptaan Allah sebagaimana seluruh aiam yang lain. Sebab itu maka beredarnya matahari dan bulan adalah tunduk kepada apa yang ditentukan oleh Allah.
“Tiap-tiapnya itu mengedar menurut janji yang telah ditentukan." Artinya bahwa sebagaimana seluruh makhluk Allah SWT, matahari dan bulan, demikian juga berjuta-juta bintang di langit, termasuk bumi ini, semuanya itu mengedar adalah menurut janji yang telah ditentukan oleh Allah ﷻ Tidak dia akan mengubah jalannya, tidak dia akan terlambat atau tercepat dari ukuran waktu yang ditentukan itu, sampai kepada janji yang ditentukan. Yaitu sampai kepada masa berhentinya atau rusaknya.
“Demikian itulah Allah." Kata-kata ini adalah penegasan tentang bagaimana kebesaran Allah dan Mahakuasa-Nya. Bumi yang begini besar, yang mengandung empat perlima lautan dan seperlima daratan, bulan sebagai satelit bumi, matahari yang beribu-ribu kali besarnya dari bumi ini, dari beribu berjuta bintang, ada pula yang lebih besar dari matahari, semua tunduk kepada ketentuan Allah. Alangkah Besarnya Allah. Allahu Akbar. “Tuhan kamu." Bagi-Nyalah seluruh kekuasaan." Tak ada sesuatu pun yang lain yang berkuasa. Adalah amat bodoh manusia jika dia menggantungkan harapan dan menyangka bahwa ada pula selain Allah yang berkuasa.
“Dan orang-orang yang menyeru kepada yang selain Dia, tidaklah yang lain itu mempunyai kekuasaan apa-apa, walaupun setipis kulit ari."
Sedangkan matahari, yang disangka oleh setengah orang di zaman jahiliyyah sebagai pusat kekuasaan, sehingga ada yang menyembahnya, adalah semata-mata tunduk kepada peraturan Ilahi, menurut jangka waktu yang telah ditentukan, sehingga nyata bahwa matahari itu tidak berkuasa apa-apa, konon-lah yang lain. Semuanya tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, walaupun setipis kulit ari. Setipis kulit pembungkus kacang di bawah kulit kerasnya. Setipis kulit ari salak yang sangat tipis di bawah kulitnya yang luar. Bahkan beras pun mempunyai kulit ari yang sangat tipis. Setipis itu pun tidak ada kekuasaan dari apa yang kamu sembah selain Allah.
Inilah satu perumpamaan yang sangat jauh mengambil perbandingan untuk memberi peringatan kepada orang-orang bodoh yang mempersekutukan yang lain dengan Allah. Alangkah bodohnya orang yang memindahkan persembahan dan pemujaan dari Allah Yang Menguasai bumi dan langit ketujuh tingkatnya, kepada matahari, bulan, dan bintang, kepada sesuatu khayatan yang setipis kulit ari pun tidak ada mempunyai kekuasaan.
Selanjutnya Allah ﷻ jelaskan perbandingan itu,
Ayat 14
“Jika kamu seru mereka, tidaklah akan mereka dengan seruan kamu."
Karena tidak ada pada mereka alat buat mendengar. Mereka hanya patung dan berhala yang kamu perbuat dengan tangan kamu sendiri. Kamu tidak sanggup membuatkannya alat buat mendengar, “Dan walaupun mereka dengar tidaklah mereka akan memperkenankan untuk kamu." Sebab tidak ada mereka mempunyai kekuasaan walaupun setipis kulit ari buat mengurus pengaduan kamu itu. Sebagaimana orang Hindu meminta tolong kepada sapi yang mereka anggap sebagai tuhan. Pergilah mengadukan hal kepada sapi itu, mintalah apa yang akan diminta, menangislah tersedu-sedu mengadukan segala macam pengaduan, namun sapi itu akan tetap berdiam diri sambil mengunyah rumput yang dihidangkan kepadanya. Atau sebagaimana orang-orang yang percaya akan keramat monyet-monyet di tempat-tempat tertentu, dikatakan monyet itu sakti, lalu dibawakan makanan. Namun makanan yang dibawakan akan diperebutkannya, setelah perutnya kenyang dan temboloknya berisi penuh, dia akan kembali ke atas pohon kayu dan sampai di sana digawutnya pingguinya dan dicibirkannya mulutnya. “Dan di hari Kiamat mereka akan menyangkal kemusyrikan kamu itu." Karena segala yang dijadikan tuhan selain Allah itu kelak akan ditanyai oleh Allah SWT, apakah mereka yang menganjurkan supaya diri mereka disembah? Semua akan memungkirinya. Contohnya ialah pertanyaan Allah kepada Nabi Isa bin Maryam, yang tersebut di akhir surah al-Maaldah dari ayat 116 sampai ayat 118.
“Dan tidaklah ada yang akan memberikan berita kepada kamu," sejelas dan seterang itu tentang kemurnian menauhidkan Allah dan kebodohan syirik.
“Sebagaimana yang dibelikan oleh Yang Maha Mengetahui “
Yaitu Allah sendiri. Berita dari Allah sebagai wahyu, yang disampaikan oleh Nabi adalah berita yang lebih jelas, lebih terang, lebih tepat dari segala berita yang lain. Karena Allah memberitahukan hal ini adalah semata-mata petunjuk jalan bagi keselamatan manusia sendiri.
Ayat 15
“Wahai sekalian manusia! “
Oleh sebab surah ini diturunkan di Mekah, maka pokok seruan ialah kepada seluruh manusia. Meskipun yang diseru ialah manusia yang hidup di waktu itu, namun yang dituju ialah seluruh manusia yang hidup di muka bumi ini di segala zaman. “Kamu adalah orang-orang yang fakir kepada Allah." Yang ditulis di dalam ayat ialah fuqaraa' jamak dari faqiir. Orang-orang fakir atau orang-orang yang sangat miskin, atau orang-orang yang sangat melarat, orang-orang banyak sangat yang diperlukannya dan banyak sangat kekurangannya. Maka dalam ayat ini diperingatkan kepada manusia bahwa mereka itu adalah fakir semua, miskin semua, dan melarat semua. Semua manusia tidak ada kecuali sangat memerlukan per-tolongan dari Allah. Tidak ada manusia yang kaya.
Ingat sajalah sejak manusia mulai lahir ke dunia. Manusia telah fakir dan sangat miskin. Sejak lahir ke dunia itu sudah sangat banyak kekurangan. Dia perlu pembelaan, dia perlu kain buat menutupi tubuh. Karena dia lahir bertelanjang tidak mempunyai apa-apa. Tidak ada manusia yang kaya.
Sebab bertambah banyak kekayaan yang dapat dikumpulkan oleh manusia, bertambah banyak pula dia memerlukan penjagaan untuk harta yang dikumpulkan banyak itu. Bertambah terasa kekurangan yang mesti ditambahi. Karena nafsu manusia itu sendiri sentiasa memerlukan tambahannya lagi. Bila nafsu ini akan tidak memerlukan apa-apa lagi, padahal dia masih di dunia?
Selain dari kemiskinan dan kefakiran tentang harta, manusia pun sangat memerlukan perbantuan orang lain. Jika kesehatan telah terganggu, dia memerlukan pulihnya kesehatan. Jika dia telah berangsur tua, dia memerlukan penjagaan. Jika dia seorang kepala negara yang menguasai suatu negara, dia memerlukan para menteri, dia memerlukan tentara besar, dia memerlukan pengawal pribadi. Jelas bahwa dia tidak dapat bertindak sendiri untuk melancarkan kekuasaannya itu. Sebab itu dijelaskan bahwa seluruh manusia, siapa saja, di mana saja dan apabila saja, sangat memerlukan apa-apa dari Allah. “Dan Allah, Dianya adalah Mahakaya." Hanya Allah saja yang tidak memerlukan apa-apa lagi, karena seluruhnya Dia yang punya. Dia tidak pula memerlukan rumah tempat tinggal, sebab hujan dan panas Dia menakdirkan, sebab Dia tidak mengenal dingin dan panas, sifatnya tidak serupa dengan sifat alam. Dia Maha berkecukupan.
“Lagi Maha Terpuji."
Karena meskipun sangat banyak yang dikehendaki oleh manusia karena sangat fakirnya, namun keperluan hidup manusia itu dijamin oleh Allah ﷻ Kalau tidak juga merasa cukup, tidaklah karena Allah tidak membantu, melainkan nafsu manusia jua yang kadang-kadang tidak dapat dikendalikannya, sehingga banyak di antara manusia yang sampai matinya masih belum merasa puas, sebab belum cukup. Oleh sebabitu,yang akan didapatoleh manusia supaya nafsunya dapat dikendalikan, ialah sebagaimana yang diajarkan Nabi, hendaklah manusia mempunyai sifat qana'ah, yaitu dapat menahan hati dan menerima syukur apa yang telah ada dan sabar kalau belum ada.
Selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
Ayat 16
“Jika Dia menghendaki, Dia akan memusnahkan kamu, lalu Dia mendatangkan makhluk yang baru."
Ayat ini masih berkait dengan ayat yang sebelumnya, untuk menjelaskan bagaimana fakir dan miskinnya manusia di hadapan Allah SWT, Allahu Akbar. Allah itu Mahabesar. Kebesaran Allah meliputi seluruh langit ketujuh tingkatnya dan bumi dan berjuta-juta bintang-bintang. Bumi adalah salah satu dari bintang-bintang yang berjuta-juta itu. Jika kita tegak di bintang yang lain, akan kelihatanlah berkelap-kelipnya bumi di waktu malam sebagaimana kita di bumi melihatkelap-kelip bintang-bintang itu pula. Amat kecil, seukuran pasir. Ayat yang pertama dari surah al-lnsaan berisi pertanyaan Allah ﷻ sudahkah datang kepada manusia suatu waktu, yang mereka itu menjadi sesuatu yang tidak jadi sebutan? Tidak jadi sebutan karena kecilnya. Berjuta-juta bintang di alam lepas, di ruang angkasa yang tidak terbatas, namun bumi hanya laksana pasir. Hanya dalam bumi itu manusia dapat hidup. Itu pun dalam tempat yang terbatas. Lautan lepas hanya dapat dilayarinya, namun tidak dapat didiaminya. Puncak gunung-gunung terlalu tinggi tidak dapat didiaminya. Laut dalam, terlalu dalam tempat didiaminya. Hanya sebagian kecil saja bumi itu yang dapat mereka diami, yaitu tanah daratan. Sedang tanah daratan hanya seperlima dari bumi, dan empat perlima adalah lautan.
Bahkan baru saja kita naik ke atas kapal udara dan terbang sehabis tinggi, manusia tidak kelihatan lagi.
Di sinilah dapat direnungkan firman Allah ﷻ dalam ayat 16 ini, kalau Allah menghendaki, Dia dapat saja memusnahkan, memusnahkan manusia yang ada ini seluruhnya, lalu mengganti dengan makhluk yang baru.
Ayat 17
“Dan yang demikian itu bagi Allah tidaklah sukai."
Dengan banjir besar sebagaimana kejadian di zaman Nabi Nuh, dengan mengirimkan penyakit taun, dengan mempersangat panas matahari atau mempersangat dingin, semua bisa saja kejadian. Bagi Allah ﷻ semuanya itu bukan perkara sukar. Di bumi itu sendiri Allah ﷻ memancangkan gunung-gunung yang di dalamnya ada api. Buat menyalakan api di atas beberapa gunung disediakan belerang, di bawah dasar bumi disediakan gas, bensin buat menyalakan dan memperluas pembakaran.
Ayat ini amat penting diingatkan kepada manusia yang kadang-kadang timbul sombong, merasa dirinya kuasa, merasa dirinya dapat menguasai alam. Maka dengan menyebutkan hal itu dalam ayat ini, mudah-mudahan manusia sadar akan dirinya bahwa hidupnya di dunia ini semata-mata berdasar kepada belas kasihan Allah, lain tidak. Sehingga tersebut di dalam setengah doa yang ma'tsur dari Rasulullah,
“Rabbi! Tidaklah ada tempat perlindungan dan tempat membebaskan diri dari murka Engkau, melainkan pulang kepada Engkau jua."
DOSA PIKUL SENDIRI-SENDIRI
Ayat 18
“Dan tidaklah seorang yang berdosa akan memikul dosa orang lain."
Bagaimanapun besar dosa dan kesalahan seseorang, namun dosa orang lain, kesalahan yang diperbuat orang lain, tidaklah akan dipikulkan pula kepada dirinya. “Dan jika memanggil seorang yang berat memikul dosa kepada orang lain buat memikulnya, tidaklah akan dapat dipikulkan kepadanya sedikit pun." Ayat ini adalah memupuk tanggung jawab dalam jiwa manusia yang beriman. Ajaran Islam tidak serupa dengan ajaran jahiliyyah yang mengatakan, bahwa orang lain dapat memikul dosa seseorang, dengan misalnya meng-upahkan atau membayar kepadanya agar dia sudi mengambii alih sebagian dari dosa itu supaya si berdosa pertama dapat keringanan sedikit.
Di lanjutan ayat dijelaskan, “Walaupun adalah orang itu kaum kerabatnya
Di dalam Al-Qur'an berkali-kali hal ini telah diterangkan, baik beberapa ketentuan hukum, atau cerita perbandingan. Nuh mengajak anaknya'sama-sama naik perahu. Anak itu tidak mau. Sebab itu dia pun turut tenggelam. Setelah perahu selamat berlabuh karena air telah susut, Nabi Nuh memohonkan penjelasan kepada Allah ﷻ apa yang dimaksud dengan ahli engkau, karena Nabi Nuh disuruh Allah membawa binatang-binatang sepasang-sepa-sang masuk bahtera Nuh itu dan supaya dibawa juga ahli engkau.
Lalu Nuh bertanya, “Bukankah anakku itu ahliku?"
Allah ﷻ menjawab dengan tegas, “Dia bukan ahli engkau, karena dia beramal yang tidak saleh." (Lihat surah Huud, ayat 46).
Diterangkan Allah ﷻ juga bahwa Ibrahim pun tidak dapat menolong ayahnya, bahkan memintakan ampun buat ayahnya pun tidak bisa, karena ayahnya itu nyata mendurhakai Allah ﷻ Sehingga terpaksa Ibrahim hijrah dari ayahnya. (Lihat surah Maryam ayat 41 sampai 48).
Istri Nabi Luth pun terpaksa ditinggalkan ketika negeri Sadum (Sodom) hendak di-hancurkan sehingga turut terbakar dengan kaumnya, karena tidak mengikuti Nabi Luth.
Nabi kita Muhammad ﷺ pun membujuk pamannya yang sangat disayanginya dan menyayanginya, yaitu Abu Thalib, agar di dekat akan mengembuskan napas penghabisan pa-mannya itu menyatakan Islam, namun pamannya tetap setia kepada agama jahiliyyah pusaka nenek moyangnya. Sampai meninggalnya, pamannya tidak meninggal dalam Islam. Hati Nabi sedih, tetapi kesedihan Nabi tidaklah mengubah hukum.
Sebab itu janganlah diukur peraturan Islam yang dari Allah ﷻ ini dengan per-aturan buatan manusia, yang keras menegakkan keadilan untuk menghukum orang lain, namun keluarga terdekat dari yang berkuasa mendapat kemudahan luar biasa, dapat berbuat sesuka hati dan tidak ada orang yang dapat membantah.
Demikian juga sebaliknya di dalam mengejar pendekatan diri kepada Allah. Semua orang yang beriman dianjurkan mendekati Allah SWT, menegakkan iman dan takwa, agar mendapat pangkat jadi auliaa Allah atau Waliullah. Maka tidaklah Islam menyuruh umatnya supaya menumpang saja pada biduk Waliullah itu, meminta saja kepada Waliullah itu, memuja pergi ke kuburnya sebab dia Waliullah, bahwa Islam menganjurkan supaya setiap orang berikhtiar sendiri, beriman, beramal dan berjihad agar dia mendapat tempat jadi WaliuUah, diangkat sendiri oleh Allah ﷻ jadi wali-Nya. Bukan jadi hamba dari wali-wali Allah yang telah ada.
“Sesungguhnya orang-orang yang dapat engkau beri peringatan hanyalah orang-orang yang takut kepada Tuhan mereka di dalam gaib." Takut kepada Allah ﷻ mereka di dalam gaib adalah dua maksudnya. Pertama mereka takut kepada Allah SWT, meskipun Allah itu gaib dari mata mereka, tidak dapat disaksikan dengan pancaindra mereka. Namun mereka percaya bahwa Allah ﷻ yang tidak kelihatan itu pasti melihat mereka. Tafsir ini sesuai dengan apa yang disebut oleh Rasulullah ﷺ dengan ihsan,
“Al-ihsan ialah bahwa kamu memperhambakan diri kepada Allah seakan-akan kamu melihat Dia. Maka meskipun kamu tidak melihat Dia, namun Dia pasti melihat engkau." (HR Bukhari dan Muslim. Hadits Shahih)
Tafsir kedua ialah meskipun dalam keadaan seorang diri, gaib dari pandangan orang lain, namun dia tetap takut kepada Allah. Seumpama orang yang bangun seorang diri tengah malam melakukan shalat tahajud, meskipun orang lain sedang tidur nyenyak, sehingga dia beribadah kepada Allah ﷻ tidak mengharapkan dilihat oleh orang lain, hanya Allah saja yang mellihat.
Maka di ayat ini dijelaskan bahwa orang seperti inilah yang akan mudah menerima peringatan dan petunjuk dari Nabi ﷺ “Dan mereka mendirikan shalat." Shalat adalah bukti nyata dari kepercayaan kepada Allah ﷻ Shalat bukti pula dari orang yang mudah diberi pengajaran.
“Dan barangsiapa yang menyucikan," yaitu selalu berusaha membersihkan diri dari perangai-perangai tercela dan membersihkan diri dari kemusyrikan, “Lain tidak yang disuci-kannya ialah dirinya sendiri “ Artinya bahwa yang akan beruntung adalah dia sendiri bukan orang lain.
“Dan kepada Allah-lah semua kembali."
Ini diperingatkan di ujung ayat, agar manusia jangan lupa tujuan hidupnya agar tidak membuang-buang waktu pada yang tidak berfaedah.