Ayat
Terjemahan Per Kata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُؤۡذُونَ
(mereka) menyakiti
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
orang-orang laki-laki beriman
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ
orang-orang perempuan beriman
بِغَيۡرِ
dengan tanpa
مَا
apa
ٱكۡتَسَبُواْ
mereka perbuat
فَقَدِ
maka sesungguhnya
ٱحۡتَمَلُواْ
mereka membawa/memikul
بُهۡتَٰنٗا
kebohongan
وَإِثۡمٗا
dan dosa
مُّبِينٗا
yang nyata
وَٱلَّذِينَ
dan orang-orang yang
يُؤۡذُونَ
(mereka) menyakiti
ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
orang-orang laki-laki beriman
وَٱلۡمُؤۡمِنَٰتِ
orang-orang perempuan beriman
بِغَيۡرِ
dengan tanpa
مَا
apa
ٱكۡتَسَبُواْ
mereka perbuat
فَقَدِ
maka sesungguhnya
ٱحۡتَمَلُواْ
mereka membawa/memikul
بُهۡتَٰنٗا
kebohongan
وَإِثۡمٗا
dan dosa
مُّبِينٗا
yang nyata
Terjemahan
Orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, sungguh, mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang nyata.
Tafsir
(Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat) yaitu menuduh mereka mengerjakan hal-hal yang tidak mereka lakukan (maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan) melancarkan tuduhan bohong (dan dosa yang nyata) yakni perbuatan yang nyata dosanya.
Tafsir Surat Al-Ahzab: 57-58
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. Allah ﷻ memperingatkan dan mengancam orang yang menyakiti Allah dengan menentang perintah-perintah-Nya dan melanggar larangan-larangan-Nya serta tiada henti-hentinya melakukan hal tersebut, juga menyakiti Rasul-Nya dengan mencelanya atau merendahkan martabatnya.
Na'uzu billahi min zalik. Ikrimah telah mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 57) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pembuat patung. Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah: dari Az-Zuhri, dari Sa'id ibnul Musayyab, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Allah ﷻ telah berfirman, "Anak Adam menyakiti Aku; dia mencaci masa, padahal Akulah yang menciptakan masa. Aku bolak-balikkan malam dan siang harinya (secara silih berganti). Makna yang dimaksud ialah bahwa dahulu orang-orang Jahiliah selalu mengatakan, "Celakalah masa itu, karena telah menimpakan kepada kami anu dan anu." Mereka menyandarkan perbuatan-perbuatan Allah kepada masa dan mencacinya, padahal sesungguhnya yang melakukan semua itu hanyalah Allah ﷻ Setelah Islam datang, maka tradisi tersebut dilarang.
Demikianlah menurut apa yang telah ditetapkan oleh Imam Syafii Abu Ubaidah dan selain keduanya dari kalangan ulama. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 57) Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang mendiskreditkan Nabi ﷺ karena mengawini Safiyyah binti Huyayin ibnu Akhtab. Makna lahiriah ayat menunjukkan pengertian yang umum mencakup semua orang yang menyakiti Nabi ﷺ dengan sesuatu hal. Dan barang siapa yang menyakiti Nabi ﷺ, berarti telah menyakiti Allah. Sebagaimana orang yang taat kepada Rasulullah ﷺ, berarti taat kepada Allah ﷻ Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad: ". telah menceritakan kepada kami Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'd, dari Ubaidah ibnu Abu Ra'itah Al-Hazza Al-Mujasyi'i, dari Abdur Rahman ibnu Ziad, dari Abdullah ibnul Mugaffal Al-Muzani yang mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Takutlah kepada Allah, takutlah kepada Allah sehubungan dengan sahabat-sahabatku; janganlah kamu jadikan mereka bahan celaan sesudahku.
Barang siapa yang menyukai mereka, maka dengan tulus aku pun mencintainya. Dan barang siapa yang membenci mereka, maka dengan murka aku pun membencinya. Barang siapa yang menyakiti mereka, maka sungguh ia telah menyakitiku. Dan barang siapa yang menyakitiku, berarti ia menyakiti Allah. Dan barang siapa yang menyakiti Allah, maka dalam waktu yang dekat Allah akan mengazabnya.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Ubaidah ibnu Abu Ra'itah, dari Abdur Rahman ibnu Ziad, dari Abdullah ibnul Mugaffal dengan sanad yang sama. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengetahuinya melainkan melalui jalur ini; Firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat. (Al-Ahzab: 58) Yakni mereka melancarkan tuduhan buruk terhadap orang-orang mukmin dan mukminat yang pada hakikatnya bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka itu, padahal orang-orang mukmin dan mukminat tidak tahu menahu dan tidak pernah melakukannya.
maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Al-Ahzab: 58) Yakni merupakan suatu kedustaan yang besar bila mempergunjingkan orang-orang mukmin dan mukminat dengan sesuatu hal yang tidak pernah mereka lakukan, yang tujuannya ialah mencela dan mendiskreditkan mereka. Orang-orang yang paling banyak terkena ancaman ini adalah orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kaum Rafidah. Kaum Rafidah adalah orang-orang yang mendiskreditkan para sahabat dan mencela mereka, padahal Allah ﷻ sendiri telah membersihkan mereka dari hal tersebut.
Orang-orang tersebut telah menyifati para sahabat dengan hal-hal yang bertentangan dengan apa yang diberitakan oleh Allah ﷻ tentang mereka. Allah ﷻ telah memberitakan bahwa Dia telah rida kepada kaum Muhajirin dan kaum Ansar serta memuji sikap mereka. Akan tetapi, sebaliknya orang-orang yang jahil lagi bodoh itu mencela para sahabat, mendiskreditkan mereka, serta mempergunjingkan mereka dengan hal-hal yang para sahabat tidak pernah melakukannya salama-lamanya. Pada hakikatnya mereka sendirilah yang terbalik akal sehatnya karena mencela orang yang terpuji dan memuji orang yang tercela. -: ". ". Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Qanabi, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad, dari Al-A'la, dari ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah, "Apakah gibah itu, wahai Rasulullah? Rasulullah ﷺ menjawab: "Bila kamu menyebut-nyebut saudaramu dengan hal-hal yang tidak disukainya.
Ditanyakan lagi, "Bagaimanakah pendapatmu, jika pada saudaraku itu terdapat apa yang kukatakan?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Jika pada saudaramu itu terdapat apa yang kamu katakan, berarti kamu telah mengumpatnya. Dan bila pada saudaramu itu tidak terdapat apa yang kamu katakan, berarti kamu telah melancarkan tuduhan dusta terhadapnya. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi, dari Qutaibah, dari Ad-Darawardi, kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Hisyam, dari Ammar ibnu Anas, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda kepada para sahabatnya: "Riba apakah yang paling parah di sisi Allah? Mereka menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Riba yang paling berat di sisi Allah ialah menghalalkan kehormatan seorang muslim. Kemudian Nabi ﷺ membacakan firman Allah ﷻ: Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (Al-Ahzab: 58)"
Termasuk kategori menyakiti Nabi adalah menyakiti orang-orang yang beriman. Dan karena itu, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menyakiti dengan menuduh, menghina, dan mengganggu orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan berupa perbuatan buruk yang sengaja mereka perbuat (Lihat juga: al-Baqarah/2: 286), maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata yang menyebabkan mereka layak menerima azab dari Allah. Dari ayat ini tidak dapat diambil kesimpulan bahwa orang mukmin yang melakukan perbuatan buruk boleh disakiti, dihina, atau diganggu. 59. Setelah menjelaskan larangan menyakiti, menghina, dan mengganggu Nabi dan orang-orang yang beriman, Allah lalu memerintah perempuan mukmin, khususnya istri-istri Nabi, agar mengenakan jilbab supaya terhindar dari gangguan dan hinaan orang-orang jahat. Jilbab adalah baju longgar yang menutupi baju dan kerudung wanita atau baju luar bagi wanita. Model jilbab beragam sesuai selera pengguna dan adat suatu daerah. Di Indonesia, jilbab dikenal sebagai penutup kepala wanita. Jilbab harus memenuhi beberapa kriteria, yakni tidak transparan dan dapat menutupi kepala, leher, serta dada. Sebelum ayat ini turun, pakaian wanita merdeka dan budak hampir sama. Kesamaan itu membuat mereka sulit dibedakan, sehingga laki-laki iseng terkadang menggoda perempuan merdeka karena disangkanya budak.
Orang yang menyakiti para mukmin, baik laki-laki maupun perempuan, tanpa kesalahan yang mereka perbuat, dan hanya berdasarkan kepada fitnah dan tuduhan yang dibuat-buat, maka sungguh mereka itu telah melakukan dosa yang nyata. Menurut Ibnu 'Abbas, ayat ini diturunkan sehubungan dengan tuduhan 'Abdullah bin Ubay terhadap 'aisyah yang dikatakannya telah berbuat mesum dalam perjalanan pulang beserta Nabi Muhammad setelah memerangi Bani Mushthaliq, yang terkenal dengan hadits al-ifk.
Dalam hadis Nabi ﷺ dijelaskan:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang apa artinya bergunjing. Beliau menjawab, "Engkau menyebut-nyebut saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya." Nabi ditanya lagi, "Bagaimana jika yang disebut itu memang benar atau suatu kenyataan?" Nabi menjawab, "Bila yang diucapkan itu benar, engkau telah mengumpat kepadanya, dan bila itu tidak benar maka engkau telah membuat kedustaan terhadapnya." (Riwayat Abu Dawud).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
SHALAWAT
Ayat 56
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi."
Ayat ini memperkuat rasa hormat yang wajib kita lakukan kepada Nabi, bukan saja di kala hidupnya, bahkan sampai setelah beliau wafat pun. Bukan saja istri beliau jangan dikawini setelah beliau wafat, bahkan Umar bin Khaththab pernah memarahi beberapa orang pemuda yang datang dari luar kota ziarah ke kuburan Nabi, lalu dia hiruk-pikuk di dekat kuburan itu. Umar berkata, “Kalau engkau anak di sini saya pukul engkau. Mengapa engkau angkat suaramu tinggi-tinggi di hadapan kuburan beliau? Berlakulah hormat!"
Dengan ayat ini Allah memberi bukti bahwa Allah sendiri pun berlaku hormat kepada Nabi. Allah mengucapkan shalawat kepada Nabi. Malaikat-malaikat di langit pun mengucapkan shalawat kepada Nabi. Maka orang-orang yang beriman hendaklah meng-ucapkan shalawat pula kepada beliau.
Imam Bukhari berkata, “Menurut Abul Aliyah yang dimaksud dengan shalawat Allah Ta'aala kepada Nabi ialah pujian yang Dia berikan terhadap Nabi. Dan shalawat malaikat kepada Nabi ialah doanya.
Ibnu Abbas menerangkan bahwa yang dimaksud dengan Allah ﷻ memberi sha-iawat ialah memberikan berkah.
Abu Isa Tarmidzi mengatakan bahwa Sufyan dan bukan seorang dua dari orang-orang yang berilmu mengatakan, bahwa sha-lawat Allah atas Nabi ialah Rahmat-Nya kepada beliau, Shalawat Malaikat ialah ketika dia memohonkan ampun untuk Nabi kepada Allah.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawat pulalah kamu untuknya dan salam kepadanya yang sebenar salam."
Maka diriwayatkanlah oleh Imam Bukhari ketika menafsirkan ayat ini berkata, bahwa beliau menerima hadits dari Said bin Yahya bin Said, Beliau ini menerima dari Mas'ar, dari al-Hakam, dari Ibnu Abu Laylaa dari Ka'ab bin Ajrah, Beliau ini berkata, “Pernah ditanyakan orang kepada Rasulullah ﷺ, “Ya Rasulullah! Tentang mengucapkan salam kepada tuan kami telah tahu, tetapi kami ingin tahu pula bagaimana caranya mengucapkan shalawat kepada tuan." Beliau menjawab,
“Ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau shalawat atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia. Ya Allah anugerahi berkahlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau menganugerahi berkah atas keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia." (HR Bukhari)
Hadits yang serupa maksudnya pun dirawikan oleh Ibnu Abi Hatim, sanadnya disambut dari Abdurrahman bin Abu Laylaa dan dari Ka'ab bin Ajrah juga. Dia berkata, “Ya Rasulullah! Kami telah mengerti bagaimana mengucapkan salam kepada tuan, tetapi bagaimana kami mengucapkan shalawat?"
“Lalu Nabi menjawab, “Katakanlah, Ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, Mahamulia. Ya Allah anugerahilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau anugerahi berkah atas Ibrahim. Sesungguhnya Engkau, adalah Maha Terpuji, Mahamulia." (HR Ibnu Abi Hatim)
Sebuah hadits lagi,
“Dari Abu Mas'ud al-Anshari, berkata dia, “Datanglah Rasulullah ﷺ kepada kami sedang kami bersama-sama dalam majelis Sa'ad bin Ubbadah. Maka bertanyalah Basyir bin Sa'ad, “Kami diperintahkan Allah supaya mengucapkan shalawat untuk tuan, ya Rasulullah, maka bagaimana caranya kami mengucapkan shalawat itu! Berkata dia, “Maka berdiamlah Rasulullah ﷺ beberapa lamanya sehingga timbul perasaan kami, alangkah baiknya jika dia tidak bertanya tadi. Kemudian barulah berkata Rasulullah ﷺ, “Sebutlah, ya Allah shalawatlah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah memberikan shalawat atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Dan anugerahilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau anugerahi berkah atas Ibrahim dan keluarga Ibrahim di dalam alam sekalian. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji, lagi Mahamulia." “Kemudian itu ucapkanlah salam sebagaimana yang telah kamu ketahui." (HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasa'i, Ibnu Jarir dari Imam Malik. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan dan shahih)
Shalawat yang dirawikan Muslim dan ahli-ahli hadits yang tersebut kemudian inilah yang banyak kita pakai.
Dalam hadits-hadits yang kita salinkan ini dan beberapa hadits lain ada tersebut, “Tentang salam kepada engkau kami sudah tahu." Yang dimaksud ialah salam yang telah dijadikan bacaan kita juga seketika mengucapkan tasyahud, yaitu,
“Salam atas engkau, wahai Nabi dan Rahmat Allah dan berkat-berkat-Nya. Salam atas kami dan hamba-hamba Allah yang saleh."
Di samping itu terdapatlah banyak hadits-hadits yang menganjurkan agar selalu, bukan dalam shalat saja, mengucapkan shalawat dan salam untuk Nabi ﷺ. Di antaranya,
“Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang yang paling pertama dengan daku di hari Kiamat ialah yang lebih banyak mengucapkan shalawat untukku." (HR Tirmidzi)
“Dari Abu Hurairah r.a. berkata, berkata Rasulullah ﷺ, “Barangsiapa yang bershalawat untuk aku satu kali, maka Allah akan her-shalawat pula untuknya sepuluh kali “ (HR Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan an-Nasa'i)
Ayat 57
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, dikutuklah mereka oleh Allah di dunia dan di akhirat."
Tentu saja dalam ayat ini disebut menyakiti Allah SWT, bukanlah diartikan dan dipahamkan sebagaimana biasa. Sebab Allah ﷻ tidaklah bertubuh yang dapat dipukul atau disepak oleh manusia, sehingga Allah kesakitan. Kalau begitu kita memahamkan ayat, tentu jelas benar bahwa paham kita amat dangkal dalam hal agama, atau sengaja menye-lewengkan maksud Allah ﷻ Menyakiti Allah ﷻ artinya ialah dengan sengaja mengolok-olokkan perintah-Nya atau menyesali takdir-Nya, mengomel dan merasa kecewa atas ketentuan yang telah Dia tetapkan. Misalnya mengatakan Allah tidak adil.
Ada sebuah hadits shahih, dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, diterima dari Sufyan bin Uyainah, dia menerima dari az-Zuhri. Az-Zuhri ini menerima dari Said bin Musayyab dan dia ini menerima dari Abu Hurairah, Nabi bersabda,
“Disakiti Aku oleh Anak Adam, dicelanya masa, padahal Akulah masa; Aku perputarkan malamnya dengan siangnya." (HR Bukhari dan Muslim)
Di ujung ayat Allah ﷻ berfirman,
“Dan Dia sediakan untuk mereka adzab yang membuat hina."
Yaitu bahwa sesudah mereka itu dikutuk oleh Allah ﷻ dunia akhirat sehingga jiwa mereka tidak akan merasa tenteram dan tujuan hidup mereka menjadi gelap, maka di akhirat adzab siksaan neraka pulalah yang akan mereka derita. Penderitaan paling hebat ialah mereka menjadi orang-orang yang hina rendah jadi penduduk neraka.
Ayat 58
“Dan orang-otang yang menyakiti orang-orang yang beniman laki-laki dan perempuan dengan sesuatu yang tidak pernah mereka perbuat."
Menyakiti Allah dan Rasul telah kita ketahui apa artinya, yaitu tidak menghormati dengan tidak menyelenggarakan perintah, atau mencemooh dan mencela. Itu belumlah cukup sebelum seorang yang beriman menjauhi pula menyakiti sesamanya beriman. Jangan disakiti hati mereka. Sudah nyata bahwa kita tidaklah dapat hidup sendiri menyembah Allah ﷻ dengan memutuskan hubungan dengan orang lain. Keindahan beribadah hanya dapat dilaksanakan kalau kita pun berbaik dengan orang lain sesama beriman. Selama hubungan sesama Mukmin masih belum lancar, selama kita hanya mementingkan diri sendiri dengan tidak memedulikan orang lain, selama itu pula jiwa belum akan tenteram. Terutama janganlah membuat-buatkan, mengarang-ngarang-kan yang tidak-tidak, membuat fitnah. Semuanya itu termasuk dalam golongan menyakiti. Orang-orang yang menyakiti sesama Mukmin itu,
“Maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata."