Ayat
Terjemahan Per Kata
قَالَ
(Karun) berkata
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أُوتِيتُهُۥ
aku diberinya (harta itu)
عَلَىٰ
atas
عِلۡمٍ
ilmu
عِندِيٓۚ
disisiku/ada padaku
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَعۡلَمۡ
dia mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
قَدۡ
sungguh
أَهۡلَكَ
telah membinasakan
مِن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
مِنَ
dari
ٱلۡقُرُونِ
kurun/ummat-ummat
مَنۡ
orang
هُوَ
ia
أَشَدُّ
lebih/sangat
مِنۡهُ
dari padanya
قُوَّةٗ
kekuatan
وَأَكۡثَرُ
dan lebih banyak
جَمۡعٗاۚ
pengumpulan
وَلَا
dan tidak
يُسۡـَٔلُ
ditanya
عَن
dari/tentang
ذُنُوبِهِمُ
dosa-dosa mereka
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
قَالَ
(Karun) berkata
إِنَّمَآ
sesungguhnya hanyalah
أُوتِيتُهُۥ
aku diberinya (harta itu)
عَلَىٰ
atas
عِلۡمٍ
ilmu
عِندِيٓۚ
disisiku/ada padaku
أَوَلَمۡ
ataukah tidak
يَعۡلَمۡ
dia mengetahui
أَنَّ
bahwasanya
ٱللَّهَ
Allah
قَدۡ
sungguh
أَهۡلَكَ
telah membinasakan
مِن
dari
قَبۡلِهِۦ
sebelumnya
مِنَ
dari
ٱلۡقُرُونِ
kurun/ummat-ummat
مَنۡ
orang
هُوَ
ia
أَشَدُّ
lebih/sangat
مِنۡهُ
dari padanya
قُوَّةٗ
kekuatan
وَأَكۡثَرُ
dan lebih banyak
جَمۡعٗاۚ
pengumpulan
وَلَا
dan tidak
يُسۡـَٔلُ
ditanya
عَن
dari/tentang
ذُنُوبِهِمُ
dosa-dosa mereka
ٱلۡمُجۡرِمُونَ
orang-orang yang berdosa
Terjemahan
Dia (Qarun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta) itu semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu bahwa sesungguhnya Allah telah membinasakan generasi sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? Orang-orang yang durhaka itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
Tafsir
(Karun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu) harta yang ada padanya itu (karena ilmu yang ada padaku") sebagai imbalan dari pengetahuan yang aku miliki; dia seorang yang paling ulung di kalangan Bani Israel mengenai kitab Taurat, sesudah Musa dan Harun. Allah berfirman, (Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya) yakni, bangsa-bangsa sebelumnya (yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta?) maksudnya, Karun mengetahui kisah mereka, kemudian mereka dibinasakan oleh Allah. (Dan tidaklah perlu ditanyakan kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka) karena Allah mengetahui hal tersebut, maka mereka dimasukkan ke neraka tanpa dihisab lagi.
Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan telah banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. Allah ﷻ menceritakan tentang jawaban Qarun kepada kaumnya ketika mereka menasihati dan memberinya petunjuk jalan kebaikan. Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Yakni aku tidak memerlukan nasihatmu, karena sesungguhnya Allah memberiku kekayaan ini sebab Dia mengetahui bahwa aku berhak mendapatkannya dan sebab kecintaan-Nya kepadaku.
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya Allah memberiku semuanya ini hanyalah karena pengetahuan Allah yang mengetahui bahwa diriku berhak memperolehnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku." (Az-Zumar: 49) Yakni atas sepengetahuan dari Allah yang ada padaku.
Dan sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, "Ini adalah hakku. (Fussilat: 50) Artinya, ini adalah sesuatu yang berhak aku terima. Tetapi telah diriwayatkan dari sebagian ahli tafsir, bahwa makna yang dimaksud dari firman-Nya: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Qarun mempunyai profesi sebagai seorang ahli kimia.
Pendapat ini lemah. Sesungguhnya ilmu kimia itu sendiri merupakan ilmu reaksi, bukan ilmu yang menyangkut mengubah sesuatu menjadi benda lain, karena sesungguhnya yang dapat melakukan hal itu hanyalah Allah semata Allah ﷻ telah berfirman: Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun. Walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. (Al-Hajj: 73) Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Allah ﷻ telah berfirman, "Dan siapakah yang lebih aniaya selain dari orang yang menciptakan ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka silakanlah mereka menciptakan biji jagung dan silakan mereka menciptakan biji gandum. Hadis ini berkaitan dengan ancaman yang ditujukan terhadap orang-orang yang membuat sesuatu yang mirip dengan ciptaan Allah hanya dalam bentuk lahiriah atau gambarnya saja.
Maka terlebih lagi ancaman yang ditujukan terhadap orang yang mengakui bahwa dirinya mampu mengubah suatu benda menjadi benda yang lain; hal ini jelas batil dan mustahil. Sesungguhnya batas kemampuan mereka hanyalah meniru bentuk lahiriahnya saja atau imitasinya, tetapi hakikatnya palsu dan tidak benar serta merupakan kamuflase belaka. Belum pernah terbuktikan ada suatu kebenaran yang dilakukan oleh seseorang melalui cara yang biasa dilakukan oleh para pendusta lagi fasik dan bodoh itu suatu kenyataan yang dapat mengubah suatu benda ke benda yang lain.
Adapun mengenai peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang dilakukan oleh para wali (kekasih Allah), misalnya mengubah sesuatu benda menjadi emas atau perak, atau hal lainnya. Maka hal seperti ini tiada seorang muslim pun yang mengingkari kebenarannya, karena proses kejadiannya berdasarkan kehendak Allah dan dengan seizin-Nya, serta pada hakikatnya Allah-lah yang melakukannya. Dan hal seperti ini sama sekali bukan termasuk ke dalam ilmu sulap atau ilmu kimia atau ilmu sihir.
Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Haiwah ibnu Syuraih Al-Masri, seorang waliyyullah. Pada suatu hari ia kedatangan seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya, sedangkan dia tidak memiliki sesuatu pun yang akan diberikannya kepada si peminta-minta itu. Maka ia memungut batu kerikil dari tanah dan mengocoknya dengan telapak tangannya, lalu ia lemparkan ke tangan si pengemis itu, tiba-tiba batu kerikil tersebut telah berubah menjadi emas.
Hadis-hadis dan asar-asar yang menceritakan hal tersebut banyak sekali dan memerlukan cerita yang sangat panjang. Menurut sebagian ulama, Qarun adalah seseorang yang mengetahui Ismul A'zam, lalu ia berdoa kepada Allah dengan menyebut Ismul A'zam tersebut. Akhirnya ia menjadi orang yang banyak hartanya. Tetapi pendapat yang benar adalah pendapat yang pertama. Karena itulah Allah ﷻ menyanggah pengakuannya yang mengatakan bahwa Allah memperhatikan dirinya, karena itu Allah memberinya banyak harta. Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al-Qashash: 78) Yakni dahulu ada orang yang lebih banyak memiliki harta darinya, tetapi bukan karena Kami mencintainya.
Sesungguhnya sekalipun demikian, Allah ﷻ telah menghancurkan mereka disebabkan mereka kafir dan tidak bersyukur kepada Allah ﷻ Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya: Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Al-Qashash: 78) Yaitu karena banyaknya dosa mereka. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Maksudnya, karena kebaikan yang ada padaku. Menurut As-Saddi, karena aku berhak mendapatkannya. Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengemukakannya dengan takwil yang baik, ia mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Al-Qashash: 78) Bahwa seandainya bukan karena rida Allah kepada diriku dan pengetahuannya tentang keutamaanku, tentulah Dia tidak akan memberiku semua harta ini.
Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al-Qashash: 78), hingga akhir ayat. Memang demikianlah yang biasa dikatakan oleh orang yang dangkal pengetahuannya. Bila ia mendapat keluasan rezeki dari Allah, ia akan mengatakan bahwa seandainya dirinya tidak berhak mendapat hal itu, tentulah ia tidak akan diberi."
Karun tidak menanggapi nasihat kaumnya, lupa diri dan tetap melupakan karunia Allah kepadanya. Dengan penuh kesombongan dia berkata, 'Sesungguhnya aku diberi harta yang banyak ini, semata-mata karena ilmu dan kemampuan yang ada padaku. Tidak ada jasa siapa pun atas perolehanku itu. Semua karena kepandaianku dalam mengumpulkan harta. ' Demikian jawab Karun. Tidakkah dia tahu dan sadar, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat yang tidak jauh dari masa sebelumnya, yakni sebelum Karun, yang lebih kuat fisik dan kemampuan serta pembantu-pembantu mereka daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta daripada Karun' Sungguh kedurhakaan Karun telah demikian jelas, dan oleh karenanya, orang-orang yang berdosa seperti Karun itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka, karena Allah telah mengetahui hal itu. Mereka akan masuk neraka, dan hanya akan dita-nya dengan pertanyaan yang menghinakan. 79. Nasihat yang disampaikan kepada Karun tidak digubris olehnya. Bahkan, keangkuhannya semakin menjadi-jadi. Maka keluarlah dia kepada kaumnya, di depan khalayak ramai, dengan membangga-banggakan kemegahannya dan mempertontonkan kekayaan dan keku-atan yang dimilikinya, sehingga membuat silau orang yang lemah imannya. Melihat itu, orang-orang yang selalu menginginkan kehidupan dunia sebagai tumpuan dan tujuan hidupnya berkata, 'Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan dan kedudukan seperti apa yang telah diberikan kepada Karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar di dunia. ' Mereka tertipu olehnya dan ber-angan-angan untuk memiliki seperti yang dikaruniakan kepada Karun, yaitu harta benda dan keberuntungan yang besar dalam kehidupan. Padahal semua itu akan binasa bila tidak beriman.
Ayat ini menerangkan reaksi Karun atas nasihat dan petunjuk yang diberikan oleh kaumnya. Dengan sombong ia berkata, "Harta yang diberikan Allah kepadaku adalah karena ilmu yang ada padaku. Allah mengetahui hal itu. Oleh karena itu, Ia rida padaku dan memberikan harta itu kepadaku." Tidak sedikit manusia apabila ditimpa bahaya, ia kembali kepada Tuhan, dan berdoa sepenuh hati. Semua doa yang diketahuinya dibaca dengan harapan supaya bahaya yang menimpanya itu lenyap. Jika maksudnya itu tercapai, ia kemudian lupa kepada Tuhan yang mencabut bahaya itu darinya. Bahkan, ia mengaku bahwa hal itu terjadi karena kepintarannya, karena perhitungan yang tepat, dan sebagainya. Firman Allah:
Maka apabila manusia ditimpa bencana dia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan nikmat Kami kepadanya dia berkata, "Sesungguhnya aku diberi nikmat ini hanyalah karena kepintaranku." Sebenarnya, itu adalah ujian, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (az-Zumar/39: 49)
Pengakuan seperti tersebut di atas ditolak oleh Allah dengan firman Nya, "Apakah ia lupa ataukah tidak pernah mengetahui bahwa Allah telah membinasakan umat dahulu sebelum dia, padahal mereka itu jauh lebih kuat dan lebih banyak harta yang dikumpulkannya." Sekiranya Allah memberi seseorang harta kekayaan dan lainnya hanya karena kepintaran dan kebaikan yang ada padanya, sehingga Allah rida kepadanya, tentu Dia tidak akan membinasakan orang-orang dahulu yang jauh lebih kaya, kuat dan pintar dari Karun. Orang yang diridai Allah tentu tidak akan dibinasakan-Nya. Tidakkah ia menyaksikan nasib Fir'aun yang mempunyai kerajaan besar dan pengikutnya yang banyak dengan sekejap mata dihancurkan oleh Allah.
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa apabila Dia hendak mengazab orang-orang yang bergelimang dosa itu, Dia tidak akan menanyakan berapa banyak dosa yang telah diperbuatnya, begitu juga jenisnya, karena Dia Maha Mengetahui semuanya itu. Dalam ayat lain ditegaskan juga sebagai berikut:
Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya. (ar-Rahman/55: 39)
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Qarun Yang Pongah
Setelah dengan panjang lebar diterangkan perjuangan Musa menantang kekuasaan Fir'aun yang terbit sombong, sampai merasa diri menjadi tuhan selain Allah karena mabuk kekuasaan, maka sekarang, di ujung surat, Tuhan menceritakan pula tentang Qarun, yang menjadi pongah dan sombong pula karena kekayaan. Fir'aun dan Qarun sama-sama lupa bahwa nikmat kekuasaan bagi Fir'aun dan kekayaan bagi Qarun adalah semata-mata anugerah dari Tuhan.
Terlebih dahulu banyak dikisahkan perjuangan Musa yang pahit dan getir, sampai dia berhasil dengan pertolongan Tuhan membebaskan ummatnya dan kaumnya Bani Israil dari tindakan Fir'aun. Sekarang diceriterakan selanjutnya, bahwa setelah lepas dan perbudakan dan penindasan terdapat pula penyelewengan dalam kalangan pengikut Musa sendiri. Itulah Qarun.
Ada riwayat dalam kitab-kitab tafsir mengatakan bahwa Qarun itu adalah anak dari paman Musa (Ibnu ‘Ammi-hi), bahkan ada pula yang mengatakan bahwa dia itu adalah paman terdekat, bukan anak paman dari Musa. Tetapi yang terang dia itu adalah kaum Musa Orang yang terdekat kepadanya, termasuk Bani israil juga.
Ayat 76
“Sesungguhnya Qarun adalah seorang dan kaum Musa." (pangkal ayat 76). Terang bahwa dia bukan orang lain bagi Musa, apakah pamannya atau anak pamannya tidak penting bagi kita. Dengan mengetahui dia kaum Musa sudah cukup bagi kita untuk mengetahui bahwa dia dari kalangan pengikut Musa sendiri pada mulanya."Tetapi dia sewenang-wenang ke atas mereka “ Oleh karena dia telah mulai mendapat banyak kekayaan, maka kaumnya sendiri, yang selama ini telah sehidup semati dalam pimpinan Musa, dan mungkin juga telah turut bersama diseberangkan dari Mesir ke tanah Kanaan ketika lautan dibelahkan Tuhan, akhirnya tidak mesra lagi hubungannya dengan kaumnya itu. Dia telah rengyang dengan Musa dan mana yang miskin dari kaumnya itu tidak dibantunya lagi. Bahkan yang lemah telah ditindasnya dan mana yang patut dibantunya, tidak dibantunya lagi. Dia telah mulai menyisihkan diri karena mabuk dengan kekayaannya."Dan Kami berikan kepadanya sebahagian perbendaharaan yang kunci-kuncinya sungguh membungkukkan bagi sekumpulan orang-orang yang kuat."
Di sini Tuhan menggambarkan kepada kita bagaimana benarkah kekayaan Qarun yang diberikan Tuhan kepadanya itu. Disebut Kunuuz, yang berarti Perbendaharaan, atau tempat penyimpan barang-barang mahal berharga. Mungkin terdiri dari emas, perak, berbagai permata dan kekayaan lain.
Berapa banyaknya Perbendaharaan itu?
Tidak disebutkan berapa banyak perbendaharaan. Hanya disebutkan bahwa anak-anak kuncinya saja dari perbendaharaan itu memerlukan sekembali. Atau nyawa yang diberinya itu dicabut terlebih dahulu sebelum harta-harta itu puas-puas dinikmati.
Ayat 77
“Akan tetapi carilah dengan apa yang telah dianugerahkan Allah itu akan negeri Akhirat dan janganlah lupa akan bahagianmu daripada dunia." (pangkal ayat 77).
Hartabenda itu adalah anugerah dari Allah. Dengan adanya harta itu janganlah engkau sampai lupa bahwa sesudah hidup ini engkau akan mati. Sesudah dunia ini engkau akan pulang ke akhirat. Hartabenda dunia ini, sedikit ataupun banyak hanya semata-mata akan tinggal di dunia. Kalau kita mati kelak, tidak sebuah jua pun yang akan dibawa ke akhirat. Sebab itu pergunakanlah harta ini untuk membina hidupmu yang di akhirat itu kelak. Berbuat baiklah, nafkahkanlah rezeki yang dianugerahkan Allah itu kepada jalan kebajikan. Niscaya jika engkau mati kelak bekas amalmu untuk akhirat itu akan engkau dapati berlipat-ganda di sisi Allah. Dan yang untuk dunia janganlah pula dilupakan. Tinggallah dalam rumah yang baik, pakailah kendaraan yang baik dan moga-moga semuanya itu diberi puncak kebahagiaan dengan isteri yang setia.*
Berbagai tafsir dibuat ahli dalam hal ini. Ada yang mengatakan bahwa nasib di dunia itu ialah semata-mata menyediakan kain kafan. Karena itulah hanya barang dunia yang akan engkau bawa ke kubur. Tetapi Ibnu Arabi memberikan tafsir yang lebih sesuai dengan Roh Islam: “Jangan lupa bahagianmu di dunia, yaitu harta yang halal."
“Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepada engkau." Kebaikan Allah kepada engkau tidaklah terhitung banyaknya. Sejak dari engkau dikandung ibu, sampai engkau datang ke dunia. Sampai dari tidak mempunyai apa-apa, lalu diberi rezeki berlipat-ganda. Maka sudah sepatutnyalah berbuat baik pula, yaitu AL-IHSAN!
Ihsan itu adalah dua. Pertama Ihsan kepada Allah, sebagaimana yang tersebut di dalam Hadis Nabi seketika Jibril menanyakan kepada Nabi s.a.w. tentang IHSAN Yaitu bahwa engkau menyembah kepada Allah seakan-akan engkau lihat Allah itu. Dan meskipun engkau tidak mungkin melihatNya, namun Dia pasti melihat engkau.
Kemudian itu ialah IHSAN kepada sesama manusia. Yaitu hubungan yang baik, budi yang baik, penyelenggaraan yang baik, bermulut yang manis, berhati yang lapang, berbelas kasihan kepada fakir dan miskin. Kemudian disebutkan pula IHSAN kepada diri sendiri, dengan mempertinggi mutu diri, memperteguh peribadi, guna mencapai kemanusiaan yang lebih sempurna, sehingga kita berguna dalam masyarakat.
“Dan janganlah engkau mencari-cari kerusakan di muka bumi." Segala perbuatan yang akan merugikan orang lain, yang akan memutuskan silaturrahmi, aniaya, mengyanggu keamanan, menyakiti hati sesama manusia, membuat onar, menipu dan mengicuh, mencari keuntungan semata untuk diri dengan melupakan kerugian orang lain, semuanya itu adalah merusak."Sesungguhnya Allah tidaklah suka kepada orang-orang yang berbuat kerusakan." (ujung ayat 77).
Kalau Allah telah menyatakan bahwa dia tidak menyukai orang yang suka merusak di muka bumi, maka balasan Tuhan pasti datang, cepat ataupun lambat kepada orang yang demikian. Dan jika hukuman Tuhan datang, seorang pun tidak ada yang mempunyai kekuatan dan daya upaya buat menangkisnya.
Ayat 78
“Dia berkata: “Sesungguhnya diberikan kepadaku harta itu lain tidak adalah tersebab ilmu yang ada di sisiku." (pangkal ayat 78). Artinya, bahwa nasihat yang diberikan oleh kaumnya kepadanya itu telah disambut oleh Qarun dengan pongah bertambah pongah. Peringatan bahwa hartabenda yang didapatnya itu adalah sebagai kurnia dan anugerah Ilahi, hingga sudah sepatutnyalah dia menyatakan syukur kepada Tuhan. Jika Tuhan berbuat baik kepada kita, berbuat baik pulalah kita kepada sesama manusia dan kepada diri sendiri, telah disambut dengan salah. Jawabnya ialah seakan-akan memungkiri bahwa itu adalah kumia Allah. Dia mengatakan bahwa hartabenda yang didapatnya itu tidak ada hubungannya dengan Allah. Itu hanya semata-mata dari kepandaian dan kepintarannya sendiri. Dia berusaha dengan segala macam akal dan kepintaran, dan usahanya berhasil. Sama saja pongahnya dengan Fir'aun dahulu, yang tidak mengakui bahwa Kerajaan dan kemuliaannya adalah pemberian Allah. Malahan dia sendiri adalah tuhan.
Kepongahan semacam ini adalah kepongahan luarbiasa. Sombong dan angkuh yang telah melewati batas.
Lalu datanglah peringatan Tuhan: “Adakah dia tidak tahu bahwa Allah pun telah memsak-binasakan dari sebelumnya beberapa keturunan."
Dia mengatakan bahwa kekayaannya yang berlipat-ganda itu didapatnya karena ilmu pengetahuannya yang luas. Kalau memang demikian, tidaklah ada pengetahuannya tentang berita yang diterima turun-temurun dari nenek-moyang bahwa banyak keturunan demi keturunan yang telah dirusak-binasa-kan, dihancur-leburkan oleh Tuhan; “Yaitu orang-orang yang lebih sangat kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpul?" Kalau Qarun mengatakan dirinya pintar, orang dahulu yang telah musnah itu pun pintar. Kalau Qarun membanggakan dia kuat, keturunan yang musnah itu pun lebih kuat. Kalau Qarun mengatakan banyak mengumpul harta, maka keturunan yang dirusak-binasa-kan oleh Tuhan itu pun lebih banyak lagi mengumpulkan harta. Semuanya hancur, semuanya lebur tidak ada bekasnya lagi; “Dan tidaklah ditanyai (lagi) dari hal dosanya, orang-orang yang telah berbuat.durjana itu." (ujung ayat 78). Karena dosa itu amat besar, sehingga apa sebab dia dihukum tidak akan ada orang yang bertanya lagi. Semua memandang bahwa hukum yang diterimanya itu adalah patut, karena besar dosanya.
Ayat 79
“Maka keluarlah dia kepada kaumnya di dalam perhiasannya." (pangkal ayat 79). Maka keluarlah Qarun dari dalam gedung mahligainya yang megah itu dengan pongah dan congkak serta angkuhnya'; keluar dengan sengaja hendak mempertontonkan kekayaannya kepada manusia yang ada di masa itu.
Dia berarak lengkap dengan segala perhiasannya yang lazim pada masa itu. Berbagai ragam pulalah ahli-ahli tafsir menggambarkan bagaimana megahnya tontonan kekayaan dan perhiasan itu. Melihat Qarun keluar dengan perhiasan yang amat mempesona itu; “Berkata orang-orang yang inginkan hidup dunia," yaitu orang-orang yang terpesona, yang menyangka bahwa yang kemegahan di dunia ini ialah hidup berhias, bersolek, melagak hilir-mudik memperlihatkan kekayaan. Melihat itu orang yang terpesona itu berkata: “Bila kiranya kita akan mempunyai seumpama apa yang diberikan kepada Qarun itu. Sesungguhnya dia seorang yang beruntung besar." (ujung ayat 79). Artinya bahwa mereka ingin sekali hendak hidup seperti Qarun, kaya-raya sebagai Qarun, berhias, berjalan ke mana pergi sebagai Qarun. Karena mereka menyangka bahwa tujuan hidup ialah kemegahan dunia itu saja. Padahal sebagai tadi pada ayat 60 telah diterangkan, bahwa semua yang didapat dari nikmat dan perhiasan di kala hidup ini akan didapat di dunia dan tinggal di dunia pula, tidak lebih. Semuanya tidak akan dibawa ke akhirat. Yang kekal akan dibawa ke akhirat lain tidak ialah amal yang shalih, ilmu yang memberikan manfaat yang diajarkan dan disebarkan dan shadaqah jariah.
Ayat 80
“Dan berkata orang yang telah dianugerahi ilmu," (pangkal ayat 80). Orang yang telah banyak pengalaman. Orang yang tidak lagi terpesona oleh corak lahir atau bungkusan luar. Orang yang telah berpandangan jauh. Orang yang seperti itu tidak dapat lagi ditipu dengan pandangan lahir. Mereka tidak di-pesona lagi oleh lagak atau perhiasan di luar badan yang membungkus sesuatu di dalamnya yang tidak berisi. Orang-orang yang berilmu itu memberi ingat kepada orang-orang yang terpesona oleh benda lahir tadi: “Celaka kamu!" Kalau begitu kamu berfikir. Dengan berfikir begitu kalian telah berpeyang pada akar yang lapuk dan rapuh. Ketahuilah: “Pahala dari Allah lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal shalih." Padahal dari Allah atau ganjaran yang mulia, kerelaan dan Ilahi, itulah yang dituju dan jadi cita-cita dari orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Itulah kekayaan yang terletak di dalam jiwa dan hati sanubari, yang tidak akan hilang dan tidak akan musnah, bahkan bertambah lama bertambah kokoh tegaknya."Tetapi tidaklah akan dapat mencapai itu, kecuali orang-orang yang sabar." (ujung ayat 80). Yaitu orang yang kuat hatinya, tabah semangatnya, tahan menderita, sanggup menghadapi segala rintangan dalam hidup. Tidak bingung ketika terhalang, tidak pula sampai bangga dan pongah seketika mendapat keuntungan. Orang semacam inilah yang akan dapat petunjuk Ilahi, yang akan membawanya bahagia di dunia dan di akhirat. Dia mempunyai kekayaan budi yang tidak pernah luntur, tidak pernah failliet dan tidak pemah rugi perniagaannya.
Berkata Ibnu Jarir: “Yang akan mencapai ilmu hakikat yang sejati itu hanya orang yang sabar, sabar dalam menghadapi rayuan dunia, sabar di dalam membina amal untuk bekal ke akhirat."