Ayat

Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
كَتَبۡنَا
telah Kami tuliskan
فِي
didalam
ٱلزَّبُورِ
Zabur
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
ٱلذِّكۡرِ
peringatan (Lauhul Mahfuz)
أَنَّ
bahwasanya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
يَرِثُهَا
mewarisinya
عِبَادِيَ
hamba-hamba-Ku
ٱلصَّـٰلِحُونَ
orang-orang yang saleh
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
كَتَبۡنَا
telah Kami tuliskan
فِي
didalam
ٱلزَّبُورِ
Zabur
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
ٱلذِّكۡرِ
peringatan (Lauhul Mahfuz)
أَنَّ
bahwasanya
ٱلۡأَرۡضَ
bumi
يَرِثُهَا
mewarisinya
عِبَادِيَ
hamba-hamba-Ku
ٱلصَّـٰلِحُونَ
orang-orang yang saleh
Terjemahan

Sungguh, Kami telah menuliskan di dalam Zabur setelah (tertulis) di dalam aż-Żikr (Lauh Mahfuz) bahwa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.
Tafsir

(Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur) yakni kitab Zabur yang telah diturunkan oleh Allah (sesudah adanya peringatan) yang dimaksud adalah Ummul Kitab atau Al-Qur'an yang telah ada di sisi Allah, yakni di Lohmahfuz (bahwasanya bumi ini) yakni bumi surga (diwariskan kepada hamba-hamba-Ku yang saleh) yakni siapa saja di antara hamba-hamba-Ku yang saleh.
Tafsir Surat Al-Anbiya': 105-107
Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. Allah ﷻ berfirman, memberitahukan tentang apa yang telah dipastikanNya dan apa yang telah ditetapkan-Nya buat hamba-hamba-Nya yang saleh, yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat; di dunia dipusakakan-Nya bumi ini kepada mereka, selain kebahagiaan di akhirat nanti yang menjadi milik mereka. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya.
Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-A'raf: 128) Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mumin: 51) Dan firman Allah ﷻ: Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya. (An-Nur: 55) Selanjutnya Allah menyebutkan bahwa hal ini telah tertulis di dalam kitab-kitab syariat, juga takdir; hal ini pasti akan terjadi.
Untuk itu Allah ﷻ berfirman: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105) Al-A'masy pernah bertanya kepada Sa'id ibnu Jubair tentang makna firman Allah ﷻ: Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauhul Mahfuz. (Al-Anbiya: 105) Bahwa yang dimaksud dengan az-zikr ialah kitab Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Mujahid mengatakan bahwa Zabur adalah nama kitab. Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Al-Hasan, Qatadah, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa Zabur adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Daud, sedangkan az-zikr artinya kitab Taurat.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa az-zikr artinya Al-Qur'an. Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa az-zikr ialah kitab yang ada di langit. Mujahid mengatakan bahwa Zabur artinya semua kitab sesudah az-zikr. az-zikr ialah kitab yang ada di sisi Allah (Lauhul Mahfuz). Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Hal yang sama telah dikatakan oleh Zaid ibnu Aslam, bahwa az-zikr adalah kitab pertama.
As-Sauri mengatakan bahwa az-zikr artinya Lauhul Mahfuz. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa Zabur adalah kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi, sedangkan az-zikr ialah Ummul Kitab yang telah tercatat di dalamnya segala sesuatu sebelum itu. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah ﷻ telah menyebutkan di dalam kitab Taurat dan kitab Zabur serta pengetahuan-Nya yang terdahulu sebelum ada langit dan bumi, bahwa Dia akan mempusakakan bumi ini kepada umat Muhammad ﷺ dan Dia akan memasukkan mereka yang saleh ke dalam surga-Nya.
Mujahid telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas tentang firman-Nya: bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (Al-Anbiya: 105 Bahwa yang dimaksud dengan bumi ialah bumi surga. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Asy-Sya'bi, Qatadah, As-Saddi, Abu Saleh, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Sauri. Abu Darda mengatakan, "Kitalah yang dimaksud dengan orang-orang saleh itu." Sedangkan menurut As-Saddi, mereka adalah orang-orang mukmin.
Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah). (Al-Anbiya: 106) Yakni sesungguhnya di dalam Al-Qur'an yang Kami turunkan kepada hamba Kami Muhammad benar-benar mengandung manfaat dan kecukupan bagi kaum yang menyembah Allah, taat kepada syariat-Nya, menyukainya, dan rela dengan syariat-Nya, serta lebih memilih taat kepada Allah daripada tunduk kepada setan dan hawa nafsu mereka. Firman Allah ﷻ: Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Melalui ayat ini Allah ﷻ memberitahukan bahwa Dia menjadikan Muhammad ﷺ sebagai rahmat buat semesta alam. Dengan kata lain, Dia mengutusnya sebagai rahmat buat mereka. Maka barang siapa yang menerima rahmat ini dan mensyukurinya, berbahagialah ia di dunia dan akhiratnya.
Dan barang siapa yang menolak serta mengingkarinya, maka merugilah ia di dunia dan akhiratnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya: Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruknya tempat kediaman. (Ibrahim: 28-29) Dan Allah ﷻ telah berfirman sehubungan dengan sifat Al-Qur'an: Katakanlah, "Al-Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur'an itu suatu kegelapan bagi mereka.
Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh. (Fushshilat: 44) Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah menceritakan kepada kami Marwan Al-Fazzari, dari Yazid ibnu Kaisan, dari Ibnu Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa pernah dikatakan kepada Rasulullah Saw, "Wahai Rasulullah, berdoalah untuk kebinasaan orang-orang musyrik." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: Sesungguhnya aku diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan aku diutus sebagai pembawa rahmat. Hadis ini diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Muslim.
Di dalam hadis lainnya disebutkan: Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (kepada kalian). Abdullah ibnu Abu Uwwanah dan lain-lainnya meriwayatkan hadis ini melalui Waki', dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'. Ibrahim Al-Harbi mengatakan, telah diriwayatkan pula hadis ini oleh lainnya dari Waki', tetapi tidak disebutkan dari Abu Hurairah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Imam Bukhari ketika ditanya mengenai hadis ini, lalu ia menjawab bahwa hadis ini ada pada Hafs ibnu Gayyas secara mursal.
Al-Hafiz Ibnu Asakir mengatakan bahwa hadis ini telah diriwayatkan oleh Malik ibnu Sa'id ibnul Khams, dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah secara marfu'. Kemudian ia mengetengahkannya melalui jalur Abu Bakar ibnul Muqri dan Abu Ahmad Al-Hakim, keduanya dari Bakar ibnu Muhammad ibnu Ibrahim As-Sufi. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Sa'id Al-Jauhari, dari Abu Usamah, dari Ismail ibnu Abu Khalid, dari Qais ibnu Abu Hazm, dari Abu Hurairah yang mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan.
Kemudian ia mengetengahkannya pula melalui jalur As-Silt ibnu Mas'ud, dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Mis'ar, dari Sa'id ibnu Khalid, dari seorang lelaki, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Sesungguhnya Allah mengutusku sebagai pembawa rahmat yang dihadiahkan, aku diutus untuk mengangkat (derajat) suatu kaum dan merendahkan yang lainnya. Abul Qasim Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Nafi' At-Tahhan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh yang mengatakan bahwa ia menjumpai sebuah kitab di Madinah berasal dari Abdul Aziz Ad-Darawardi dan Ibrahim ibnu Muhammad ibnu Umar ibnu Abdur Rahman ibnu Abdul Aziz ibnu Amr ibnu Auf, dari Muhammad ibnu Saleh At-Tammar, dari Ibnu Syihab, dari Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut'im, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa Abu Jahal sesudah kembali ke Mekah dari jamuan minum khamarnya mengatakan, "Hai golongan kaum Quraisy, sesungguhnya Muhammad kini tinggal di Yasrib dan telah mengirimkan mata-matanya.
Sesungguhnya dia tiada lain menginginkan agar mendapat sesuatu jarahan dari kalian. Maka berhati-hatilah kalian, jangan sampai kalian melalui jalannya atau mendekatinya. Sesungguhnya dia bagaikan harimau yang ganas. Sesungguhnya dia dendam terhadap kalian karena kalian telah mengusirnya sebagaimana mengusir kera-kera dari tempat yang ramai. Demi Allah, sesungguhnya dia mempunyai ilmu sihir yang tidak pernah saya lihat sebelumnya seampuh itu.
Dan sesungguhnya tiada seorang pun dari kalangan sahabatnya, melainkan saya lihat mereka selalu ditemani oleh setan-setan. Sesungguhnya kalian telah mengetahui permusuhan (kita dan) Bani Qailah (yakni kabilah Aus dan kabilah Khazraj), dia (Muhammad) adalah musuh yang meminta bantuan kepada musuh (kita)." Mut'im ibnu Addi menjawabnya.Hai Abul Hakam (nama sebutan Abu Jahal), demi Allah, saya tidak pernah melihat seseorang yang berlisan lebih jujur dan tidak pula seseorang yang lebih menepati janjinya selain dari saudara kalian yang telah kalian usir itu (yakni Nabi ﷺ). Bilamana kalian telah terlanjur melakukannya, maka sekarang.sudah sepantasnya bagi kalian menebus kesalahan kalian itu dengan menjadi orang-orang yang membelanya." Abu Sufyan ibnul Haris mengatakan, "Jadilah kalian orang yang lebih keras daripada sikap kalian yang sekarang ini.
Sesungguhnya Bani Qailah itu jika mereka berhasil mengalahkan kalian, tentulah mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kalian dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. Jika kalian menuruti saranku, aku akan menempatkan kalian di kalangan mereka sebagai orang-orang Bani Kinanah yang terbaik, atau kalian harus mengusir Muhammad dari kalangan mereka agar dia terusir dalam keadaan sendirian. Mengenai kedua anak Qailah (yakni Aus dan Khazraj), demi Allah, tiadalah mereka berdua dan budak-budak kalian melainkan sama hinanya; aku sendirian mampu mencegah mereka tanpa kalian." Lalu Abu Sufyan ibnul Haris mengucapkan bait-bait syairnya yang antara lain mengatakan ...
....... "Aku akan memberikan sisi lambungku yang keras lebih dari sebelumnya terhadap semua orang yang dekat maupun yang jauh dari kalangan kabilah Khazraj. Mereka adalah orang-orang yang hina, bilamana sesudah sungguhan tidak ada basa-basi lagi." Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah Saw, maka beliau bersabda: Demi Zat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh aku benar-benar akan membunuh mereka, menyalib mereka, atau akan memberi petunjuk kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyukainya.
Sesungguhnya aku ini adalah pembawa rahmat yang diutus oleh Allah. Allah tidak akan mewafatkan diriku sebelum Dia memenangkan agama-Nya. Aku mempunyai lima buah nama, akulah Muhammad dan Ahmad, dan aku adalah Al-Mahi yang dengan melaluiku Allah menghapus kekufuran, dan akulah Al-Hasyir yang semua orang (kelak di hari kiamat) digiring di bawah telapak kakiku, dan aku adalah Al-'Aqib. Ahmad ibnu Saleh mengatakan bahwa saya berharap semoga hadis ini berpredikat sahih.
[] ". Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Zaidah, telah menceritakan kepadaku Amr ibnu Qais, dari Amr ibnu Abu Qurrah Al-Kindi yang mengatakan bahwa Huzaifah tinggal di Madaln, dia sering memberikan banyak penyuluhan kepada orang-orang dengan hadis-hadis yang dikatakan oleh Rasulullah ﷺ Lalu Huzaifah datang kepada Salman. Maka Salman berkata kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Siapa pun orangnya yang pernah aku maki atau aku laknat saat aku sedang marah, maka sesungguhnya diriku ini tiada lain seorang lelaki dari anak Adam (manusia) yang juga marah sama dengan kalian bila marah.
Tetapi sesungguhnya aku diutus oleh Allah sebagai pembawa rahmat buat semesta alam, maka aku akan menjadikan marah dan laknatku itu sebagai rahmat buatnya kelak di hari kiamat. Imam Abu Daud meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Yunus, dari Zaidah. Jika dikatakan, "Rahmat apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang kafir kepadanya?" Sebagai jawabannya ialah apa yang diriwayatkan oleh Abu Ja'far ibnu Jarir yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Syahin, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Al-Azraq, dari Al-Mas'udi, dari seorang lelaki yang dikenal dengan nama Sa'id, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Bahwa yang dimaksud ialah rahmat bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian dengan dipastikan-Nya rahmat baginya di dunia dan akhirat; sedangkan bagi orang yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya, terbebaskan dari azab yang pernah dialami oleh umat-umat sebelumnya yang durhaka.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang sama melalui hadis Al-Mas'udi, dari Abu Sa'd alias Sa'id ibnul Mirzaban Al-Baqqal, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Abul Qasim At-Tabrani telah meriwayatkannya dari Abdan ibnu Ahmad, dari Isa ibnu Yunus Ar-Ramli, dari Ayyub ibnu Suwaid, dari Al-Mas'udi, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (Al-Anbiya: 107) Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang-orang yang mengikutinya beroleh rahmat di dunia ini dan di akhirat kelak.
Sedangkan orang-orang yang tidak mengikutinya dapat terhindar dari cobaan berupa ditenggelamkan ke bumi, dikutuk, dan ditimpa azab yang pernah dialami oleh umat-umat lain sebelum mereka."
105. Pada ayat yang lalu Allah menerangkan keadaan orang kafir dan orang beriman di akhirat. Pada ayat ini Allah menerangkan ketetapan-Nya tentang orang-orang yang mewarisi bumi. Dan sungguh, telah Kami tulis sebagai suatu ketetapan di dalam Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Dawud dan Sulaiman, setelah tertulis di dalam Az-Zikr, yaitu di Lauh Mahfuz, bahwa bumi ini milik-Ku dan akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu sanggup mengelola bumi dan memakmurkannya, mengambil manfaat dari kekayaan alamnya, serta sanggup memimpin masyarakat dan membangunnya dengan mengikuti petunjuk-Ku. 106. Sungguh, semua kisah para nabi yang disebutkan di dalam surah ini, bahkan di dalam Al-Qur'an ini benar-benar menjadi petunjuk yang lengkap dan pelajaran yang berharga guna mencapai kebahagiaan hidup dunia akhirat bagi orang-orang yang menyembah Allah dengan pikiran, perasaan dan rohani yang bersih.
Ayat ini menerangkan bahwa Allah telah menurunkan kitab kepada para Rasul, seperti Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur'an. Dalam kitab-kitab itu diterangkan bahwa bumi ini adalah kepunyaan Allah, diwariskan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah telah menetapkan juga dalam ayat ini, bahwa hamba-hamba yang mewarisi bumi itu ialah hamba-hamba yang sanggup mengolah bumi dan memakmurkannya, selama dia mengikuti petunjuk Allah.
Jika diperhatikan sejarah dunia dan sejarah umat manusia, maka orang-orang yang dijadikan Allah sebagai penguasa di bumi ini, ialah orang-orang yang sanggup mengatur dan memimpin masyarakat, mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, sanggup mempertahankan diri dari serangan luar dan dapat mengokohkan persatuan rakyat yang ada di negaranya. Pemberian kekuasaan oleh Allah kepada orang-orang tersebut bukanlah berarti Allah telah meridai tindakan-tindakan mereka; karena kehidupan duniawi lain halnya dengan kehidupan ukhrawi. Ada orang yang bahagia hidup di akhirat saja, dan ada pula yang bahagia hidup di dunia saja. Sedangkan yang dicita-citakan seorang muslim ialah bahagia hidup di dunia dan di akhirat.
Apabila orang muslim ingin hidup bahagia di dunia dan akhirat, mereka harus mengikuti Sunnatullah di atas, yaitu taat beribadah kepada Allah, sanggup memimpin umat manusia dengan baik, sanggup mengolah bumi ini untuk kepentingan umat manusia, menggalang persatuan dan kesatuan yang kuat di antara meraka sehingga tidak mudah dipecah belah oleh musuh.
Para mufasir berbeda pendapat dalam menafsirkan kata "bumi" dalam ayat ini, di antaranya:
a. Sebagian ahli tafsir mengartikan "bumi" dalam ayat ini dengan "surga". Karena "surga" itu diwariskan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan beramal saleh. Firman Allah:
Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya kepada kami dan telah memberikan tempat ini kepada kami sedang kami (diperkenankan) menempati surga di mana saja yang kami kehendaki." Maka (surga itulah) sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal. (az-Zumar/39: 74)
b. Sebagian yang lain mengartikan kata "bumi" dengan bumi yang sekarang ditempati umat manusia. Firman Allah:
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh, akan menjadikan mereka berkuasa di bumi. (an-Nur/24: 55)
"Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah; diwariskan-Nya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (al-A'raf/7: 128)
c. Sebagian mufasir lain mengartikan "bumi" dengan tanah suci yang diwarisi oleh orang yang saleh, firman Allah:
Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu, bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (al-A'raf/7: 137).
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Belum tersedia.
Zabur dan Zikir
Ayat 105
“Dan sesungguhnya telah Kami tuliskan di dalam Zabur, sesudah zikir: bahwasanya bumi ini akan diwariskan kepada hamba-hambaKu yang shalih."
Menurut yang biasa kita fahamkan, Zabur ialah nama kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud. Tetapi di dalam Hadist yang shahih Nabi kita s.a.w. pernah mengatakan bahwa suara Abu Musa al-Asy'ari membaca alAl-Qur'an sangat merdu, serupa dengan suara Nabi Daud di kala beliau membaca Mizmarnya. Sabda beliau kepada Abu Musa:
“Sesungguhnya engkau telah diberi satu mizmar dari berbagai mizmar keluarga Daud."
Dengan memperhatikan Hadist ini teranglah bahwa bukanlah khas Zabur namanya yang diturunkan kepada Daud. Malahan al-Qurthubi menyebut dalam tafsirnya bahwa menurut Said bin Jubair: “Zabur ialah Taurat dan Injil dan al-Qur'an."
Menurut Mujahid dan Abdurrahman bin laid bin Aslam, “Zabur ialah kitabkitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi ‘alaihis-salam. Zikir ialah ummul kitab yang tersimpan di langit di sisi Allah."
Menurut Ibnu Abbas: “Zabur ialah kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi-nabi sesudah Nabi Musa. Zikir ialah Taurat yang diturunkan kepada Musa."
Pengalaman
Ketika dalam tahanan (Januari 1964 -Mei 1966) selain dari membaca al-Qur'an saya baca juga kitab-kitab “Perjanjian Lama" dan “Perjanjian Baru", dengan maksud memperluas pengetahuan. Sedang membaca kitab, Nabi Yesaya sampailah saya kepada ayat-ayat terakhir, yaitu ayat 21 dan 22 dari pasal 60 begini bunyinya:
21. Adapun bangsamu sekalian mereka itu akan orang shalih adanya, dan mereka itu akan mempunyai bumi akan pusaka sampai selama-lamanya, mereka itu akan menjadi pucuk yang telah kutanam sendiri, suatu perbuatan tanganku, supaya Aku dipermuliakan.
22. Maka yang terkebil itu akan bertambah-tambah menjadi seribu dan yang terhina pun akan menjadi suatu bangsa yang besar: bahwa Aku ini, Tuhan akan mengadakan perkara itu pada masanya dan dengan segeranya.
Saya renungkan ayat ini karena amat berdekatan maksudnya dengan ayat 105 Surat al-Anbiya' ini, Tetapi untuk meyakinkan hati, saya baca kembali Mazmur Daud, yang selama ini itulah yang saya sangaa Zabur. Saya baca dengan teliti pasal demi pasal. Maka tidaklah susun kata yang sedekat ini artinya. Sejak itulah saya mendapat kesan bahwa yang dimaksud dengan Zabur bukanlah semata-mata kitab yang turun kepada Nabi Daud. Lalu saya bersandar kepada kamus bahasa Arab; terdapat bahwa Zabur artinya kitab, jama'nya Zubur. Di dalam al-Qur'an terdapat beberapa ayat menuliskan Zubur, yang berarti kitab-kitab.
Setelah keluar dari tahanan dapatlah saga tafsir Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dan Mujahid tadi, bahwa Zabur ialah kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi a.s. dan Zikir ialah ummul kitab yang tersimpan di sisi Allah di langit.
Dan Yesaya adalah salah seorang dari Nabi-nabi itu.
Menurut Ibnu Abbas tadi. Zabur kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-nabi sesudah Musa, dan Zikir ialah Taurat yang turun kepada Musa.
Sekarang timbullah pertanyaan: “Siapakah orang-orang saleh (shalih) yang akan mempusakai bumi itu?"
Ali bin Abu Thalhah menerima tafsirnya dari Ibnu Abbas: “Allah Subahanahu wa Ta'ala telah memberitahukan di dalam Taurat dan Zabur dan dalam kandungan ilmunya, yang terdahulu, sebelum menciptakan segala lapIsan langit dan bumi bahwa umat Muhammad s.a.w.lah yang akan mewarisi bumi ini, dan mereka akan dimasukkannya ke dalam syurga. Merekalah orang-orang yang shalih itu."
Abu Darda' (sahabat Rasulullah s.a.w.) berkata: “Kitalah orang-orang shalih itu."
As-Suddi berkata: “Orang-orang yang beriman."
Syahdan apabila diperhatikan keseluruhan daripada pasal 60 dari kitab Nabi Yesaya itu, terasalah oleh kita bahwa pasal itu adalah salah satu apa yang dinamai basyarah kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. di dalam kitab Nabi-nabi yang dahulu sebagaimana yang diuraikan oleh Ibnu Taimiyah di dalam kitabnya: Al-Jawabush-Shalih". Perhatikanlah bunyi ayat 22: “Maka yang terkecil itu pun akan bertambah-tambah menjadi seribu dan yang terhina pun akan menjadi satu bangsa yang besar; dan bahwa aku ini, Tuhan, akan mengadakan perkara itu pada masanya dan dengan segeranya.'
Nubuwwat ini sesuai sekali dengan umat Muhammad s.a.w. Penampung da'wah pertama, bangsa Arab yang mulanya terkecil, tidak berapa orang telah jadi 1,000. Bukan 1,000 orang melainkan 1,000 bangsa di dunia. Tadiriya terhina, rebutan bangsa Romawi, Persia dan Habsyi, kemudian jadi bangsa besar. Dan sampai sekarang ini, sudah 14 abad lamanya, sudah berpuluh kali cobaan menimpa umat Muhammad, sejak penyerbuan bangsa Mongol dan Tartar, sampai pemusnahan besar-besaran dari Spanyol, berbagai penyerbuan musuhnya, yang kalau kiranya menimpa yang lain, mungkin sudah lama dia hancur, namun dia tetap berkembang.
Di dalam Surat 3, Aali ‘Imran, ayat 110 ada dijelaskan bahwa kamulah yang sebaik-baik umat dikeluarkan untuk manusia. Lalu diterangkan sebabnya, yaitu sebab kamu menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari berbuat yang munkar, dan kami beriman kepada Allah.
Dalam ayat ini dijanjikanlah bahwa bumi akan diwariskan kepada orang-orang yang shalih. Siapakah orang-orang yang shalih? Telah diuraikan sejak beberapa ayat sebelumnya, yaitu orang yang beriman dan beramal shalih. Meskipun sejak 3 abad terakhir seakan-akan dikuasai dimajukan, dibangun oleh orang yang bukan Islam janganlah disangka bahwa mereka yang mewarisi bumi. Pembangunan benda tidak disertai iman, bahkan membelakangi Tuhan, itulah pembangunan bumi sekarang, sehingga rasa aman, tenteram dan damai jadi jauh.
Yang dijalankan dalam dunia sekarang bukan Iman dan amal shalih, bukan amar ma'ruf nahi munkar, melainkan perebutan pengaruh, perlombaan membunuh sehingga akhinya sampai kepada senjata-senjata atom dan nuklir.
Umat Muhammad, itulah yang akan mewarisi bumi, sebab merekalah yang beriman dan beramal shalih. Sebab merekalah yang sebaik-baik dikeluarkan di antara manusia, sebab merekalah yang berani beramar ma'ruf nahi munkar, serta beriman kepada Allah.
Tinggal sekarang umat yang telah mengakui bahwa mereka umat Muhammad. Maukah mereka teguh iman dan beramal shalih, mengerjakan pekerjaan yang baik di dunia ini? Kalau hanya tinggal nama, tetapi ciri-cirinya yang khas itu tidak ada lagi, maka bukanlah kepada mereka yang hanya tinggal nama itu bumi Allah ini akan diwariskan.
“Kalau kamu berpaling, niscaya Tuhan akan mengganti kamu dengan
suatu kaum selain kamu, kemudian tidaklah mereka akan menyerupai Kamu."
(Muhammad: 38)
Ayat 106
“Sesungguhnya di dalam ini adalah bekalan yang cukup bagi kaum yang memperhambakan diri."
Yang dimaksud dengan di dalam ini, ialah di dalam al-Qur'an! Sebagai Muslim kita sudah diberi ingat oleh Tuhan, bahwa jin dan manusia tidaklah dijadikan di muka bumi ini melainkan buat beribadat kepada Allah. Dalam susunan kata lain buat mengabdkan diri (lihat Surat 56). Nenek-moyang kita Adam dijadikan dan dikinm datang ke dunia menjadi khatifah Tuhan (Sura(2, ayat 30). Dan pada ayat 105 di atas, dijelaskan pula bahwa orang yang shalih akan mewarisi bumi. Dan tegas bahwa umat Muhammad wajib menginsafi tugas ini. Sebab itu maka ayat 106 ini masih sambungan dan ayat 105. Ditegaskan di sini bahwa kepadamu, wahai umat Muhammad telah dIsampaikan oleh Nabimu itu wahyu llahi. Itulah al-Qur'an al-Karim. Di dalam al-Qur'an ini sedia bakalan yang cukup bagi yang benar-benar ingin mengabdi kepada Tuhan; yaitu beriman dan beramal shalih. Karena di dalam al-Qur'an lengkap diterangkan undang-undang alam dan hidup tuntunan sikap lengkap manusia di dalam perjalanan dari dunia ke akhirat, dan hidup melalui sejenak maut untuk khulud, di dalamnya diterangkan tentang amal dan ganjaran, yang dalam bahasa kasarnya: tentang prestasi kerja dan upah.
Kitab ini bukan hanya semata-mata disampaikan, bahkan dituntunkan dan dipimpinkan, oleh yang menerimanya sendiri: Muhammad s.a.w.
Ayat 107
Oleh sebab itu datanglah ayat selanjutnya: “Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam."
Untuk menafsirkan ayat ini kita satin apa yang ditulis oleh Almarhum Syahid fi'Sabilitlah Sayid Quthub dalam.Tafsir beliau “Di Bawah Lindungan Al-Qur'an."
“Siatem ajaran yang dibawa oleh Muhammad s.a.w. adalah sistem yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya kepada kesempurnaan yang telah dijangkakan baginya dalam hidup ini.
RIsalah Muhammad datang kepada kemanusiaan setelah dia sampai ke zaman kedewasaan akal. Dia datang sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan demi turunan, generasi demi generasi. Dia mengandung pokok-pokok ajaran manusia yang tidak berubah-ubah, bersedia menerima. keperluan hidup'yang selalu baru, yang diketahui oleh Pencipta manusia sendiri. Karena Dia itu sangat halus. Dia itu sangat teliti.
Kitab yang dibawa Muhammad ini tetah meletakkan dasar yang tetap bagi hidup kemanusiaan yang selalu berubah. Diberi kesempatan bagi manusia mempergunakan ijtihad menyesuaikan pertumbuhan dan perkembangan dengan hukum yang tetap itu, atau mengembalikan yang cabang kepada yang pokok, dengan tidak usah ada pemberituran. Kedatangan Muhammad membawa syariat yang berisi rahmat itu, ialah sebab syariat itu tidak membeku; hukum tumbuh karena menilik illat (sebab), ada illat ada hukum.
Rahmatnya yang lebih penting lagi adalah dengan adanya kemerdekaan berfikir, sehingga akal tidak takut akan maju. Diakui pula bahwa hasil pemikiran tidaklah selalu mesti tepat, asal niat sejak dari permulaan berfikir tetap benar, yaitu mendekati kebenaran. Apabila hasil pemikiran itu benar, dapatlah dua pahala; yakni pahala berfikir dan pahala mendapat kebenaran. Tetapi kalau hasilnya tidak tepat, pahala satu tetap ada, yaitu pahala kepayahan berfikir, atau kepayahan mengadakan penyelidikan.
Rahmat dari risalat (missi) Muhammad ini pula ialah keseimbangan di antara kesuburan rohani dan jasmani. Bukan membuat jasmani mendenta karena ingin kesucian rohani. Dan bukan tidak memperdulikan kesucian untuk memuaskan kehendak jasmani. Lebih dari itu tidak pula menghilangkan atau melebur nitai peribadi, dan yang ada hanya negara saja, sebagai susunan negara-negara komunia, yang berakhir bahwa yang dikatakan negara itu ialah diktator partai. Dan bukan pula memupuk kepentingan dan kebebasan peribadi, sehingga negara hanya semata-mata pengawal kepentingan peribadi, sehingga akibatnya yang bernama pemerintahan itu, naik dan turunnya, popular dan jatuhnya bergantung hanya kepada suka tak suka, like dislike beberapa gelintir penguasa pabrik.
Yang dipikulkan ke atas pundak manusia tidak Iebih dari kesanggupannya. Lebih dari kesanggupan tidak dipaksakan, dan yang diperintahkan pun ialah yang membawa muslihat bagi dirinya sendiri.
Risalat yang dibawa Muhammad ini selain dari membawa rahmat untuk kaumnya, mengeluarkan mereka dari lingkungan sempit hidup berkabilah menjadi suatu hangsa besar yang berperadaban, dia pun rahmat bagi seluruh isi alam. Mulanya tentu dipandang orang ganjil dan tidak mungkin diterima, karena sangat bertentangan dengan susunan yang berlaku waktu itu. Tetapi lama-lama kemanusiaan menerimanya dengan secara berangsur, diakui dan dijalankan, walaupun kadang-kadang dimungkiri dari sumber mana mereka ambil.
Pokok ajaran Islam itu ialah bahwa martabat manusia adalah kemuliaan yang hendak dicari hanya satu, yaitu kemuliaan di sisi Allah. karena iman dan amal shalih. Perbedaan martabat, perbedaan wama kulit tidak ada. Di zaman dahulu ajaran ini amat ganjil, payah orang menerimanya Untuk maju selangkah demi selangkah cara beringsut untuk membongkar fikiran kolot perbedaan kulit dan perbedaan bangsa itu, orang kadang-kadang mesti perang besar dulu. Kadang-kadang terjadi perang, atau suatu revolusi. Ketika perang atau revolusi itu mengharap kemenangan atau berhasil, keluarlah semboyan yang bagus tentang kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan seperti revolusi Perancis. Tetapi kemudian tenyata bahwa semboyan revolusi “Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan" hanya semata-mata buat bangsa Perancis. Adapun bangsa-bangsa yang mereka jajah tidaklah masuk dalam lingkungan ketiga kalimat itu. Mereka akan tetap jadi budak, bukan merdeka sebagai bangsa Perancis; tetapi dipandang bangsa rendah, tidak ada persamaan dengan bangsa Perancis. Mereka akan tetap dianggap bangsa jongos-jongos, tidak ada persaudaraan dengan bangsa Perancis, kecuati kalau sudi masuk agama orang Perancis atau gelijksteld, meninggalkan kebangsaan dan bahasa sendiri dan hidup cara Perancis.
Akhinya dengan berontak jua barulah. bangsa-bangsa yang dijajah Perancia terlepas dari “Kemerdekaan, Persamaan-Persaudaraan" ala Perancia.
Begitu jugalah pada yang lain-lain, yang paling akhir ialah “Hak-hak Asasi Manusia" yang disahkan dalam konperensi bangsa-hangsa di San Fransisco tahun 1945. Tiga tahun sesudah konperensi itu dirampas hak bangsa Arab Palestina atas tanahnya sendiri, yang sudah jadi haknya turun temurun sejak 2.000 tahun. dan diakui hak bagi orang pendatang dari berbagai-bagai negeri di benua Eropa buat menguasai negeri itu dan mengusir penduduknya dan menyembelih mana yang masih tinggal. Pendatang itulah yakni orang Yahudi yang diakui “Hak-hak Asasi" mereka karena mereka menang. Menang karena dapat bantuan dan bangsa-bangsa yang besar-besar.
Begitulah manusia di dunia dalam sepanjang sejarahnya kian mendekati kebenaran risalat Muhammad itu. Tetapi karena petunjuk tidak diambil dari sumbernya sendiri, selalulah kemanusiaan jatuh-jatuh bangun di dalam mendekatinya. Bahkan sumber itu sendiri mereka perangi.
Di Amerika sendiri, negeri yang membanggakan diri sebagai jago demokrasi. dalam kenyataannya pun tidak membanggakan diri karena jago pula dalam ras diskriminasi, yaitu rasa benci yang berkulit putih kepada yang berkulit hitam, walaupun sama-sama warganegara.
Persamaan derajat manusia dengan tidak mementingkan perbedaan warna kulit dan bangsa itu, dapat dIsaksikan sendiri ketika orang pergi naik haji.
Ajaran Islam jadi rahmat bagi kemanusiaan. karena Islam mempersamakan hak manusia di muka pengadilan dari Undang-undang. Islam tidak bawa undang-undang yang berlaku adalah apa yang diperintah oleh “tuan tanah" di atas tanahnya atau kemauan “tuan benar kebun" terhadap kulinya, atau pangeran-pangeran feodal terhadap penggarap tanahnya.
Diriwayatkan oleh asy-Syu'bi bahwa Ali bin Abu Thalib kehilangan perisai, lalu kelhalan oleh beliau perisai tersebut di tangan seorang Nasrani. Maka beliau bawalah orang Nasrani itu menghadap Kadhi Syuraih, untuk menuntut perisainya yang hilang itu.
Di hadapan Kadhi Saiyidiria Ali berkata: “Perisai itu terang aku yang punya. Tak pernah dia aku jual dan tak pernah pula aku Hadisthkan."
Kadhi Syuraih berkata kepada Nasrani itu: “Apa jawabmu tentang keterangan Amiril Mu'minin itu?"
Nasrani itu menjawab: “Perisai ini aku yang punya. Namun aku tidaklah menuduh Amiril Mu'minin memberikan keterangan yang tidak benar."
Maka menolehlah Kadhi Syuraih kepada beliau dan berkata: “Ya Amiril Mu'minin! Adakah tuan dapat mengemukakan bukti-bukti?"
Dengan senyum Saiyidiria Ali menjawab: “Benarlah Syuraih! Saya tidak dapat mengemukakan bukti-bukti."
Kadhi Syuraih mengeluarkan keputusan bahwa perisai itu tetap diserahkan kepada orang Nasrani itu, sebab Amiril Mu'minin tidak dapat mengemukakan bukti bahwa perisai itu beliau punya. Setelah perisai itu diterimanya, dia pun hendak pergi meninggalkan majlis. Tetapi setelah melangkah beberapa langkah dia pun kembali dan berkata: “Aku naik saksi bahwa hukum yang dijatuhkan ini benar-benar hukum Nabi-nabi. Amiril Mu'minin mengadukan saya kepada Kadhinya. Dan Kadhi menjatuhkan hukum menurut pertimbangan yang benar, dakwa Amiril Mu'minin ditolak karena bukti tidak cukup Sekarang aku naik saksi, tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Muhammad adalah hambanya dan utusanNya. Demi Allah, perisai ini memang engkau yang empunya, ya Amiril Mu'minin. Terjatuh dari kendaraan paduka ketika berangkat ke Shiffin."
Dengan muka berseri-seri Amirul Mu'minin Ali bin Abu Thatib men)awab: "Karena engkau sudah menjadi seorang Muslim, perisai itu adalah Hadiahku untukmu."
Kejadian kecil ini menunjukkan berapa ramat yang diberikan Tuhan dengan kedatangan risalah Nabi Muhammad s.a.w. yang membuat keadilan dan kebenaran sendiri di dalam hati karena iman membawa kejujuran dan keberanian pada hati Kadhi, walaupun berhadapan dengan penguasa tertinggi. Yang membuat ketaatan pada hati Khatifah, karena Kadhi menghukum dengan henar. Yang membuat kagum dalam hati seorang Nasrani sehingga di saat itu juga menyatakan diri masuk Islam. Dan dengan masuknya ke Islam, Khalifah memandang persoalan tak ada lagi, sebab dia telah jadi saudara sendiri.
Ayat 108
“Katakanlah: Sesungguhnya yang diwahyukan kepadaku, lain tidak ialah bahwa tidak lain Tuhan kamu, melainkan Tuhan Yang Esa."
Inilah pokok ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w. ke sInilah dipusatkan segala kegiatan. Ajaran Tauhid adalah laksana payung panji tempat berlindung dan berteduh segala ajaran."Maka adakah kamu sudi masuk orang yang menyerah diri?"
Sebagai telah diterangkan path ayat 107 bahwa kedatangan Nabi Muhammad s.a.w. adalah rahmat bagi seluruh alam, maka ayat menjelaskan, intisari rahmat itu, yaitu rahmat akidah, mengakui Tuhan hanya satu, tidak ada Tuhan yang lain. Jika ada lagi Tuhan selain Allah, adalah membuat hidup tidak bebas, karena jiwa sebagai manusia ditaklukkan kepada benda. Sedang dengan mempercayai satu Tuhan, jiwa ini bebas dari segala pengaruh. Sebab itulah maka ujung ayat berisi pertanyaan: “Adakah kamu sudi masuk orang yang menyerah diri?" Menyerah diri kepada Tuhan saja? Supaya kamu rasakan rahmat.
Menyerah diri, yaitu Muslimin. Menyerah diri dengan kesadaran itulah'arti hakiki dart Islam.
Ayat 109
“Maka sekiranya mereka berpaling, katakanlah: “Telah aku jeiaskan kepada kamu secara terus-terang."
Tidak ada lagi satu wahyu Tuhan pun yang tidak disampaikan oleh Nabi s.a.w. Semua diberitahu, manis ataupun pahit, berita suka ataupun berita ancaman, diberitahukan dengan sama. Namun jika mereka masih berpaling juga, tidak mau memperdulikan, katakanlah terus-terang bahwa balasan Tuhan atas kamu karena tidak mau menerima kebenaran itu pasti datang. "Namun aku tidaklah tahu, apakah sudah dekat ataukah masih jauh, apa yang diancamkan kepada kamu itu."
Bila di saat itu akan Dia lakukan, itu adalah semata-mata terserah kepadaNya.
Ayat 110
“Sesungguhnya Dialah yang mengetahui kata-kata yang nyaring."
Yaitu yang terdengar oleh telinga, karena telah diucapkan dengan mulut."Dan mengetahui apa yang kamu sembunyikan."
Segala gerak-gerikmu tidak ada yang tersembunyi di sisi Allah, tidak ada yang rahasia, semua terbuka. Kalau kamu menerima siksaan, kamu sendiri akan tahu apa sebabnya. Kalau azhab itu belum dijatuhkan segera. tentu ada hikmat Allah yang tersembunyi. Mungkin memberi kesempatan bagimu buat taubat.
Ayat 111
“Dan tidaklah aku tahu, barangkali hal ini adalah suatu percobaan bagi kamu."
Apakah akan kamu teruskan perpaiingan itu atau kamu kgmbalikan kepada jalan yang benar; “Dan satu kesempatan sampai kepada suatu masa."
Akan kamu gunakan kesempatan yang dibukakan Allah buat memperbaiki dirimu, atau nyawamu dicabut dengan tiba-tiba sebelum sempat memperbaiki diri. Sebab bagaimanapun panjangnya kesempatan yang diberikan, namun dia ada batas. Dia hanya sementara.
Setelah dilakukan tugas yang dipikulkan Tuhan ke atas bahunya, menyampaikan seruan da'wah Ilahi kepada manusia, akhinya Rasul s.a.w. itu pun menyampaikan munajat hatinya kepada Tuhan:
Ayat 112
“Dia berkata: Ya Tuhanku! Hukumlah dengan benar!"
Artinya, segeralah tunjukkan kekuasaan Tuhan yang tepat atas mereka, supaya mereka saksikan betapa besar dan dahsyat keputusan Allah atas orang yang tidak mau percaya akan kekuasaan Ilahi. "Dan Tuhan kami adalah Maha Pemurah, tempat memohon pertolongan."
Oleh sebab Nabi Muhammad s.a.w. dtutus Tuhan menjadi rahmat. bagi seluruh alam, maka kemurahan Tuhan jualah yang diharapkan, Dia jugalah tempat memohon pertolongan yang se)ati bagi Rasul; “Alas apa yang kamu sifatkan itu."
Artinya, meskipun orang-orang yang kafir itu masih berpaling tidak mau percaya. bahkan selalu menolak dan tidak mau perduh, namun bagi Rasulullah s.a.w. sikap mereka yang demikian adalah menambah teguh hatinya akan kemurahan Tuhan bagi menolongnya. Dan Tuhan tetap akan menunjukkan kuat kuasanya menghadapi mereka yang menentang kekuasaan Tuhan itu?