Ayat

Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
أَخَذۡنَا
Kami mengambil
مِيثَٰقَكُمۡ
janji (dari) kamu
وَرَفَعۡنَا
dan Kami angkat
فَوۡقَكُمُ
diatasmu
ٱلطُّورَ
bukit Thursina
خُذُواْ
ambillah
مَآ
apa
ءَاتَيۡنَٰكُم
Kami berikan kepadamu
بِقُوَّةٖ
dengan kuat
وَٱسۡمَعُواْۖ
dan dengarkanlah
قَالُواْ
mereka berkata
سَمِعۡنَا
kami mendengar
وَعَصَيۡنَا
dan kami ingkar
وَأُشۡرِبُواْ
dan diminumkan
فِي
dalam
قُلُوبِهِمُ
hati mereka
ٱلۡعِجۡلَ
anak sapi
بِكُفۡرِهِمۡۚ
karena kekafiran mereka
قُلۡ
katakanlah
بِئۡسَمَا
amat buruk/jahat
يَأۡمُرُكُم
memerintahkan kepadamu
بِهِۦٓ
dengannya
إِيمَٰنُكُمۡ
imanmu
إِن
jika
كُنتُم
kalian adalah
مُّؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
وَإِذۡ
dan ketika
أَخَذۡنَا
Kami mengambil
مِيثَٰقَكُمۡ
janji (dari) kamu
وَرَفَعۡنَا
dan Kami angkat
فَوۡقَكُمُ
diatasmu
ٱلطُّورَ
bukit Thursina
خُذُواْ
ambillah
مَآ
apa
ءَاتَيۡنَٰكُم
Kami berikan kepadamu
بِقُوَّةٖ
dengan kuat
وَٱسۡمَعُواْۖ
dan dengarkanlah
قَالُواْ
mereka berkata
سَمِعۡنَا
kami mendengar
وَعَصَيۡنَا
dan kami ingkar
وَأُشۡرِبُواْ
dan diminumkan
فِي
dalam
قُلُوبِهِمُ
hati mereka
ٱلۡعِجۡلَ
anak sapi
بِكُفۡرِهِمۡۚ
karena kekafiran mereka
قُلۡ
katakanlah
بِئۡسَمَا
amat buruk/jahat
يَأۡمُرُكُم
memerintahkan kepadamu
بِهِۦٓ
dengannya
إِيمَٰنُكُمۡ
imanmu
إِن
jika
كُنتُم
kalian adalah
مُّؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan

(Ingatlah) ketika Kami mengambil janjimu dan Kami angkat gunung (Sinai) di atasmu (seraya berfirman), “Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!” Mereka menjawab, “Kami mendengarkannya, tetapi kami tidak menaatinya.” Diresapkanlah ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah patung) anak sapi karena kekufuran mereka. Katakanlah, “Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh keimananmu kepadamu jika kamu orang-orang mukmin!”
Tafsir

(Dan ketika Kami mengambil ikrar darimu) untuk mengamalkan apa yang terdapat dalam Taurat (dan) sungguh (Kami angkat bukit di atasmu) maksudnya bukit Sinai, yakni untuk dijatuhkan di atasmu karena kamu menolak untuk berikrar itu, seraya Kami berfirman, ("Peganglah apa yang Kami berikan padamu) maksudnya taatilah dengan serius dan bersungguh-sungguh (dan dengarkanlah!") Apa yang akan dititahkan kepadamu dengan patuh (Mereka menjawab, "Kami dengar) firman-Mu (tetapi tak hendak kami patuhi.") perintah-Mu itu (dan diminumkan ke dalam hati mereka anak sapi) artinya diresapkan ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah anak sapi tak ubah bagai meresapnya minuman (karena kekafiran mereka. Katakanlah) kepada mereka, ("Teramat jahatlah apa) maksudnya sesuatu (yang diperintahkan oleh keimananmu) terhadap Taurat itu, yaitu pemujaan anak sapi (jika kamu benar-benar beriman.") kepadanya sebagai pengakuanmu itu! Maksud ayat, sebenarnya kamu tidak beriman, karena beriman yang sesungguhnya tidak mungkin menyuruh orang untuk menyembah anak sapi. Yang diceritakan di sini nenek moyang mereka, tetapi yang dituju ialah mereka sendiri seolah-olah Allah berfirman, "Demikian pula halnya kamu tidak beriman pada Taurat, karena kamu mendustakan Muhammad, padahal keimanan pada kitab suci itu tak mungkin akan berakibat mendustakannya!".
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian dan Kami angkat Bukit (Tursina) di atas kalian (seraya Kami berfirman), "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepada kalian dan dengarkanlah. Mereka menjawab, "Kami mendengar, tetapi tidak menaati." Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah, "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan iman kalian kepada diri kalian jika betul kalian beriman (kepada Taurat)." Allah Subhanahu wa ta’ala menghitung-hitung kembali terhadap kekeliruan mereka, pelanggaran mereka terhadap janji dan sifat takabur mereka, serta berpalingnya mereka dari Allah Subhanahu wa ta’ala hingga di suatu saat diangkat Bukit Tursina di atas mereka, akhirnya mereka mau menerima janji itu. Tetapi sesudah itu mereka melanggarnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: Mereka menjawab, "Kami mendengarkan, tetapi tidak menaati" (Al-Baqarah: 93) Tafsir ayat ini dikemukakan jauh sebelum ini.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Qatadah sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. (Al-Baqarah: 93) Qatadah mengatakan bahwa menyembah anak sapi telah meresap ke dalam hati mereka sehingga kecintaan mereka mendalam terhadap penyembahan tersebut. Hal yang sama dikatakan pula oleh Abul Aliyah dan Ar-Rabi' ibnu Anas. Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Isam ibnu Khalid, telah menceritakan kepadaku Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Maryam Al-Gassani, dari Khalid ibnu Muhammad As-Saqafi, dari Bilal ibnu Abu Darda, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang telah bersabda: Kecintaanmu kepada sesuatu membuatmu buta dan tuli.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Abu Dawud, dari Haiwah ibnu Syuraih, dari Baqiyyah, dari Abu Bakar ibnu Abdullah ibnu Abu Maiyam dengan lafal yang sama. As-Suddi meriwayatkan bahwa Musa ‘alaihissalam segera menyembelih anak lembu itu dengan pisau besar kemudian mencampakkannya ke laut. Setelah itu, maka tiada suatu laut pun yang mengalir di masa itu kecuali terjadi sesuatu padanya.
Kemudian Musa ‘alaihissalam berkata kepada mereka, "Minumlah kalian dari airnya!" Maka mereka pun minum. Barang siapa yang cinta kepada anak lembu itu, maka keluarlah emas dari kedua sisi kumisnya. Yang demikian itu disebutkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala melalui firman-Nya: Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi. (Al-Baqarah: 93) Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abi (ayahku), telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Raja', telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abi Ishaq, dari Imarah ibnu Umair dan Abu Abdur Rahman As-Sulami, dari Ali yang mengatakan bahwa Musa ‘alaihissalam menuju ke arah patung anak lembu itu, lalu meletakkan kendi air di atasnya, kemudian ia mendinginkan anak lembu itu dengan air kendi tersebut, sedangkan ia berada di pinggir sungai.
Tiada seorang pun yang minum air tersebut dari kalangan orang-orang yang pernah menyembah anak lembu, melainkan wajahnya menjadi kuning seperti emas. Sa'id ibnu Jubair mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi. (Al-Baqarah: 93) Ketika anak lembu itu dibakar, sesudah itu didinginkan dan ditaburkan abunya (ke sungai), maka mereka meminum airnya hingga wajah mereka tampak kuning seperti wama minyak za'faran. Al-Qurthubi meriwayatkan dari kitab Al-Qusyairi, bahwa tiada seorang pun yang minum air sungai itu dari kalangan orang-orang yang menyembah anak lembu kecuali ia gila.
Kemudian Al-Qurthubi mengatakan, bukan pendapat ini yang dimaksud oleh ayat ini, karena makna yang dimaksud oleh konteks ayat ini ialah bahwa warna kuning tampak pada bibir dan wajah mereka. Sedangkan hal yang termaktub menceritakan bahwa telah diresapkan ke dalam hati mereka kecintaan menyembah anak lembu, yakni di saat mereka menyembahnya. Kemudian Al-Qurthubi sehubungan dengan pengertian ini mengetengahkan syair An-Nabigah ketika meratapi kepulangan istrinya yang bernama Asmah:
Cinta kepada Asmah telah meresap ke dalam relung hatiku hingga lahir dan batinku hanya tertuju kepadanya. Begitu mendalamnya cintaku kepadanya hingga tiada suatu kesedihan dan tiada suatu kegembiraan pun yang lebih membekas dalam hatiku selain darinya. Serasa daku ingin terbang bila mengingat nostalgia dengannya, andaikata manusia dapat terbang. Firman Allah Subhanahu wa ta’ala: Katakanlah, "Amat jahat perbuatan yang diperintahkan iman kalian kepada diri kalian jika betul kalian beriman (kepada Taurat)." (Al-Baqarah: 93) Artinya, alangkah jahat perbuatan yang sengaja kalian lakukan di masa lalu dan masa sekarang, yaitu kalian ingkar kepada tanda-tanda kebesaran Allah, menentang para nabi, dan dengan sengaja kalian ingkar kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Hal terakhir ini merupakan dosa kalian yang paling besar dan paling parah kalian lakukan, mengingat kalian kafir kepada pemungkas para rasul, sedangkan dia adalah penghulu para nabi dan para rasul yang diutus kepada seluruh umat manusia.
Bagaimana kalian dapat mendakwakan bahwa diri kalian beriman, sedangkan kalian telah melakukan semua perbuatan yang buruk itu; antara lain kalian sering melanggar janji terhadap Allah, ingkar kepada ayat-ayat Allah, dan kalian berani menyembah anak sapi selain Allah Subhanahu wa ta’ala?"
Dan ingatlah ketika Kami mengambil janji kamu, wahai Bani Israil, dan Kami angkat gunung Sinai di atasmu seraya berfirman, 'Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu melalui Nabi Musa, yakni prinsip-prinsip ajaran agama dan rinciannya, dan dengarkanlah serta perkenankanlah apa yang diperintahkan kepada kamu!' Mereka menjawab, Kami mendengarkan dengan telinga kami, tetapi kami tidak menaati dan tidak pula mau mengamalkannya. Bukannya segera melaksanakan perintah, mereka justru bersegera melakukan kedurhakaan. Dan diresapkanlah ke dalam hati mereka itu kecintaan menyembah patung anak sapi karena kekafiran mereka. Katakanlah, Sangat buruk apa yang diperintahkan oleh kepercayaanmu kepa damu, yang kamu anggap telah menghiasi jiwa kamu, jika kamu orang-orang beriman kepada Taurat. Selain kedurhakaan-kedurhakaan itu, mereka juga selalu menganggap diri sebagai bangsa pilihan Tuhan, meyakini tidak akan masuk neraka kecuali sebentar, dan mengklaim surga sebagai tempat yang Allah khususkan bagi mereka. Untuk membuktikan kebenaran ucapan mereka, Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, Jika kenikmatan negeri akhirat di sisi Allah kamu anggap khusus untukmu saja, bukan untuk orang lain, maka mintalah kematian. Itu karena semakin percaya seseorang terhadap indah dan nikmatnya sesuatu, semakin besar pula keinginannya untuk cepat-cepat menemui sesuatu tersebut. Karena keinginan mati dapat menjadi bukti hubungan baik kamu dengan Allah, maka kamu pasti ingin segera mati dan menemuinya. Mintalah kematian jika kamu orang yang benar dalam perkataanmu bahwa kenikmatan akhirat hanya untuk kamu.
Dalam ayat ini Allah memberikan peringatan sekali lagi kepada orang-orang Yahudi, meskipun terdapat perbedaan susunan kalimat, namun isinya memperkuat maknanya, karena dalam ayat ini termuat ancaman Allah terhadap mereka. Pada ayat yang lain Allah berfirman:
"?Pegang teguhlah apa yang telah Kami berikan kepadamu dan ingatlah apa yang ada di dalamnya?. (al-Baqarah/2:63)
Firman-Nya yang lain:
"?Pegang teguhlah apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" ? (al-Baqarah/2:93)
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw untuk mengatakan kepada orang-orang Yahudi agar mereka mau menerima perjanjian itu dan memahami isinya, tetapi mereka tidak suka melaksanakan perjanjian itu, bahkan mengingkarinya.
Perintah Allah "katakanlah" mengandung makna ejekan terhadap orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Nabi Muhammad saw. Ejekan itu ditujukan kepada mereka, karena mereka telah mengikuti jejak nenek moyang mereka dalam mempersekutukan Tuhan.
Andaikata mereka masih mengaku betul-betul beriman kepada Kitab Taurat, maka alangkah jeleknya iman yang mereka nyatakan, sebab mereka tidak melakukan apa yang diperintahkan, bahkan melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan Taurat itu, yaitu melakukan penyembahan terhadap anak sapi, dan membunuh para nabi serta merusak perjanjian. Berdasarkan bukti nyata dari perbuatan yang mereka lakukan itu, sukar mempercayai adanya iman di lubuk hati mereka karena sikap perbuatan mereka sama sekali tidak benar.
Ayat yang lalu dan ayat ini sebagai sanggahan terhadap pikiran orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya kepada Nabi Muhammad saw, dan dugaan yang berlawanan dengan amal perbuatan mereka itu cukup menjadi bukti kekafirannya.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 92-96
Ayat 92
“Dan sesungguhnya telah datang kepada kamu Musa dengan keterangan-keterangan."
Berapa banyak dia mempertunjukkan kepada kamu mukjizat kebesaran Allah. Meskipun hal itu ditujukan kebanyakannya kepada Fir'aun, kamu tentu dapat mengambil iktibar dan kejadian-kejadian itu."Kemudian kamu ambil (kamu sembah) anak lembu sesudah itu" Itukah bukti bahwa kamu hanya beriman kepada yang diturunkan kepada kamu?
“Adalah kamu orang-orang yang aniaya."
Yaitu, menganiaya dirimu sendiri karena kamu dibebaskan dari tindasan Fir'aun yang menyembah berhala, oleh Allah Yang Maha-tunggal, padahal kamu sembah lagi berhala anak lembu setelah kamu diselamatkan. Itulah satu aniaya besar terhadap diri sendiri.
Ayat 93
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami ambil perjanjian kamu, dan Kami angkatkan gunung di atas kamu. Lalu Kami firmankan, ‘Ambillah apa yang Kami datangkan kepada kamu dengan sungguh-sungguh dan dengarkanlah.'"
Dengarkanlah segala ajaran yang disampaikan kepada kamu dengan perantaraan rasul Kami Musa dan Harun. Tetapi apa sambutan kamu atas perjanjian itu, perjanjian yang sampai mengancam kamu akan mengimpitmu dengan gunung? “Mereka berkata, ‘Telah kami dengarkan dan kami durhakai.'" Begitulah sambutan kamu atas perjanjian dan perintah Tuhan. Meskipun mulut tidak berkata begitu, perbuatanmu menjawab begitu. Pengaruh apa yang telah masuk ke hatimu sehingga sampai kamu berani mendurhakai sampai sedemikian rupa? Sebabnya ialah, “Dan menyelusuplah ke dalam hati mereka anak lembu itu lantaran kekafiran mereka" Artinya pengaruh penyem-bahan kepada berhala anak lembu itu sudah sangat meresap ke dalam hati mereka, sehingga walaupun telah diancam akan diimpit gunung, walaupun telah diperintah supaya setia kepada hukum Taurat dengan sungguh-sungguh, namun pengaruh anak lembu itu belum lagi kikis dari dalam hatinya.
“Katakanlah—wahai utusan Kami, “Alangkah buruknya apa yang disuruhkan oleh iman kamu itu, kalau memang kamu beriman."
Kalau memang kamu beriman kepada syari'at yang diturunkan kepada Musa, padahal terbukti ancaman runtuh gunung tidak mengubah perangaimu dan perintah memegang Taurat sungguh-sungguh dengan nyata-nyata kamu durhakai, memang amat buruklah pengaruh dari apa yang kamu katakan beriman itu.
Tadi, mereka menganggap Bani Israil adalah kaum yang diistimewakan Allah. Di akhirat, mereka pun akan mendapat tempat yang lebih mulia daripada tempat segala bangsa dan kaum di seluruh dunia. Mereka adalah kaum yang andal, dipilih Tuhan buat melebihi segala bangsa di dunia dan di akhirat. Kalau memang demikian keyakinan kamu,
Ayat 94
“Katakanlah—wahai utusan Kami, jika memang untuk kamu negeri akhirat itu, di sisi Allah sudah ditentukan, tidak ada bagi orang-orang lain, maka cobalah minta mati itu jika kamu memang orang-orang yang benar."
Karena orang yang sudah yakin bahwa dia telah disediakan tempat yang mulia di akhirat, melebihi segala manusia di dunia ini, apalah artinya dunia. Bukankah orang lain takut menghadapi maut karena keyakinan itu. Keberanian menghadapi maut adalah bukti yang terang atas adanya keyakinan itu.
Sebelum mereka menjawab, sudah nyata akan jawabannya. Mereka tidak berani menghadapi maut.
Ayat 95
“Sekali-kali mereka tidak akan meminta mati"
Mendengar sebutan mati saja, mereka sudah takut. Mengapa demikian? “Tersebab apa yang telah didahului oleh tangan mereka." Artinya, dosa sudah terlalu banyak diperbuat di dunia ini dan hati sangat lekat kepada dunia. Sebab itu, timbullah takut mereka kepada mati.
“Dan Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim."
Allah Maha Mengetahui akan gerak-gerik orang-orang yang berlaku aniaya dengan melanggar segala perintah yang ditentukan Tuhan.
Ini pun dapAllah menjadi iktibar bagi kita bagaimana suasana dan perbedaan semangat Bani Israil dengan kaum Muslimin di masa itu. Muhajirinnya dan Ansharnya. Muhajirin dan Anshar yakin akan kebenaran agama me-reka. Mereka yakin bahwa syari'at yang mereka anut ini adalah benar dan mereka berani mempertahankannya dengan jiwa-raga mereka. Semuanya bersedia mati untuk itu. Mereka berani! Sebab mati bagi mereka adalah syahid, yaitu kesaksian atas adanya kebenaran Tuhan, Bukan karena mereka merasa bahwa kalau telah mengakui Islam dengan sendirinya mereka mendapat tempat di akhirat kelak. Malahan di akhir surah Aali ‘Imraan kelak akan berjumpa permohonan orang Mukmin agar mereka diberi tempat istimewa di sisi Allah di akhirat, tetapi Tuhan dengar terang-terang menyampaikan jawaban bahwa tempat istimewa di sisi Allah tidaklah akan diberikan kalau mereka belum berani menderita disakiti pada jalan-Ku, diusir dari rumah tangga dan kampung-halaman karena menegakkan cita agama. Berani berperang, membunuh dan terbunuh.16
Kesediaan mati karena iman adalah ujian yang penting bagi seorang yang mengaku dirinya Mukmin. Sebagaimana kata ahli,
“Mati adalah bukti cinta yang sejati."
Ayat 96
“Dan sesungguhnya akan engkau dapati Mereka itulah yang seloba-loba manusia terhadap hidup."
Meskipun mereka mengaku beriman kepada kitab wahyu yang diturunkan Tuhan."Dan lebih dari orang-orang yang musyrikin!" Orang-orang yang musyrikin menyembah berhala lebih berani mempertahankan berhala mereka walaupun pendirian itu tidak benar. Sebab mereka yakin pula bahwa dengan runtuhnya berhala itu artinya ialah keruntuhan bagi kemegahan mereka dan nenek moyang mereka. Tetapi Bani Israil yang mereka pertahankan apa? Yang mereka tuju apa? Yang mereka tuju ialah kemegahan hidup, mengumpul harta benda sebanyak-banyaknya walaupun dengan menernakkan uang (riba). Menguasai ekonomi setempat dan memeras keringat orang yang lemah. Oleh sebab itu, “Ingin setiap orang dari mereka jikalau diberi umur seribu tahun." Oleh karena terikatnya hati kepada dunia, tidak lagi ingat kepada mati. Meskipun lidah tidak mengatakan ingin hidup seribu tahun, tetapi kesan dari sikap dan perbuatan menunjukkan demikian. Karena mengejar kegagahan dunia, persediaan untuk akhirat tidak mereka acuhkan.
Akan tetapi, ada juga orang berpendapat bahwa kerakusan orang Yahudi, mencari kekayaan sebanyak-banyaknya sehingga mengesankan ingin hidup seribu tahun, adalah karena di dalam kitab Taurat sendiri tidak dibentangkan hal akhirat. Pada hemat kita, meskipun dalam kitab Taurat yang sekarang itu memang tidak disinggung banyak dari hal hidup sesudah mati, namun dalam hati sanubari manusia yang beriman mesti juga ada kesan tentang akhirat. Pelajaran Budha pun tidak banyak menyinggung soal akhirat, tetapi kaum pemeluk Budha tidak serakus orang Yahudi akan harta. Keduanya itu kita hitung ialah pada umumnya, “Padahal tidaklah akan menunda-nundanya dan adzab panjang umur itu." Penundaan mati, perpanjangan umur tidaklah akan dapat menunda dari adzab. Betapapun panjangnya umur, namun akhirnya mesti mati. Janganlah disebut sebagai kata yang tinggi, yaitu seribu tahun, sedangkan sehingga usia seratus tahun saja pun jasmani telah mulai lemah dan ruhani telah mulai tidak berdaya, dan akhirnya mati juga. Bertambah panjang umur, kalau tidak ada amal, artinya hanya menambah banyak jumlah dosa yang akan diperkirakan di hadapan Tuhan raja.
TepAllah apa yang diungkapkan oleh penyair Indonesia yang terkenal Almarhum Khairil Anwar bahwa “hidup hanyalah menunda kekalahan" Namun kekalahan pasti datang.
“Demi Allah adalah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan."
Ke mana pun akan menyembunyikan diri, teropong penglihatan Tuhan tidak lepas dari diri mereka. Dan semuanya kelak akan diperhitungkan di hadapan hadirat Allah dengan saksama. Kebohongan, iman yang pura-pura, kerakusan kepada dunia, membanggakan diri, tetapi takut mati, semuanya itu adalah keruntuhan jiwa yang akan dipertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan.