Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
لِقَوۡمِهِۦ
kepada kaumnya
يَٰقَوۡمِ
wahai kaumku
إِنَّكُمۡ
sesungguhnya kalian
ظَلَمۡتُمۡ
kalian telah menganiaya
أَنفُسَكُم
diri kalian sendiri
بِٱتِّخَاذِكُمُ
dengan kalian menjadikan
ٱلۡعِجۡلَ
anak lembu
فَتُوبُوٓاْ
maka taubatlah
إِلَىٰ
kepada
بَارِئِكُمۡ
pencipta kalian
فَٱقۡتُلُوٓاْ
maka bunuhlah
أَنفُسَكُمۡ
diri kalian sendiri
ذَٰلِكُمۡ
yang demikian itu
خَيۡرٞ
lebih baik
لَّكُمۡ
bagi kalian
عِندَ
di sisi
بَارِئِكُمۡ
pencipta kalian
فَتَابَ
maka Dia menerima taubat
عَلَيۡكُمۡۚ
atas kalian
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
هُوَ
Dia
ٱلتَّوَّابُ
Maha Penerima taubat
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
مُوسَىٰ
Musa
لِقَوۡمِهِۦ
kepada kaumnya
يَٰقَوۡمِ
wahai kaumku
إِنَّكُمۡ
sesungguhnya kalian
ظَلَمۡتُمۡ
kalian telah menganiaya
أَنفُسَكُم
diri kalian sendiri
بِٱتِّخَاذِكُمُ
dengan kalian menjadikan
ٱلۡعِجۡلَ
anak lembu
فَتُوبُوٓاْ
maka taubatlah
إِلَىٰ
kepada
بَارِئِكُمۡ
pencipta kalian
فَٱقۡتُلُوٓاْ
maka bunuhlah
أَنفُسَكُمۡ
diri kalian sendiri
ذَٰلِكُمۡ
yang demikian itu
خَيۡرٞ
lebih baik
لَّكُمۡ
bagi kalian
عِندَ
di sisi
بَارِئِكُمۡ
pencipta kalian
فَتَابَ
maka Dia menerima taubat
عَلَيۡكُمۡۚ
atas kalian
إِنَّهُۥ
sesungguhnya Dia
هُوَ
Dia
ٱلتَّوَّابُ
Maha Penerima taubat
ٱلرَّحِيمُ
Maha Penyayang
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menzalimi dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan). Oleh karena itu, bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu. Itu lebih baik bagimu dalam pandangan Penciptamu. Dia akan menerima tobatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.
Tafsir
(Dan ketika Musa berkata kepada kaumnya) yang telah menyembah patung anak lembu itu ("Hai kaumku! Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu karena kamu telah mengambil anak lembu) sebagai sembahan, (maka bertobatlah kamu kepada Tuhanmu) yang telah menciptakanmu atas kesalahanmu tidak menyembah kepada-Nya, (maka bunuhlah dirimu) maksudnya hendaklah yang tidak bersalah di antaramu membunuh yang bersalah. (Demikian itu) yakni membunuh itu (lebih baik bagimu di sisi Tuhanmu) hingga dituntun-Nya kamu untuk melakukannya dan dikirim-Nya awan hitam agar sebagian kamu tidak melihat lainnya yang akan menyebabkan timbulnya rasa kasihan di antara kamu yang akan menghalangi pembunuhan ini. Maka berhasillah pembunuhan masal itu sehingga yang tewas di antara kamu tidak kurang dari tujuh puluh ribu orang banyaknya. (Maka Allah menerima tobatmu. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang").
Tafsir Surat Al-Baqarah: 54
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah menzalimi diri sendiri dengan menjadikan anak sapi sebagai sesembahan kalian, maka bertobatlah kepada Tuhan yang menciptakan kalian dan bunuhlah diri kalian. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian di sisi Tuhan yang menciptakan kalian; maka Dia akan menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."
Dalam ayat ini disebutkan sifat penerima taubat dari Allah ﷻ atas kaum Bani Israil yang menyembah anak sapi. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah menzalimi diri kalian sendiri dengan menjadikan anak sapi sebagai sesembahan kalian" (Al-Baqarah: 54). Musa a.s. mengatakan demikian untuk mengingatkan mereka kepada apa yang telah mereka lakukan, yaitu menyembah anak sapi seperti yang dilakukan oleh pendahulu mereka. Kisah mereka dinyatakan dalam ayat lain, yaitu melalui firman-Nya: Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dan mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata, "Sungguh jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami." (Al-A'raf: 149) hingga akhir ayat. Itulah yang dimaksud oleh Musa a.s. ketika dia mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya: “Wahai kaumku, sesungguhnya kalian telah menzalimi diri kalian sendiri dengan menjadikan anak sapi sebagai sesembahan kalian” (Al-Baqarah: 54).
Abul Aliyah dan Sa'id ibnu Jubair serta Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan mengenai makna firman-Nya: “Maka bertaubatlah kalian kepada Tuhan yang menciptakan kalian” (Al-Baqarah: 54). Yakni kepada Pencipta kalian. Menurut kami, di dalam firman-Nya, "Ila bari-ikum" (kepada Tuhan yang menciptakan kalian) terkandung isyarat yang menunjukkan bahwa dosa mereka teramat besar. Dengan kata lain, bertobatlah kalian kepada Tuhan yang menciptakan kalian, karena kalian telah menyembah selain Dia bersama-Nya.
Imam An-Nasai, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadits Yazid ibnu Harun, dari Al-Asbag ibnu Zaid Al-Wariq, dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan, Allah ﷻ berfirman bahwa sesungguhnya tobat yang harus dilakukan oleh mereka adalah dengan cara setiap orang dari mereka (yang menyembah anak sapi) membunuh orang yang dijumpainya tanpa memandang apakah dia orang tua atau anaknya. Dia harus membunuhnya dengan pedang tanpa memperdulikan siapa yang dibunuhnya di tempat tersebut. Maka Allah menerima tobat mereka yang menyembunyikan dosa-dosanya dari Musa dan Harun, tetapi kemudian ditampakkan oleh Allah ﷻ, lalu mereka mengakui dosa-dosanya dan mau melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Allah memberikan ampunan kepada si pembunuh dan si terbunuh. Hadits ini merupakan sebagian dari hadits Al-Futun, yang akan dijelaskan nanti secara lengkap insya Allah dalam tafsir surat Thaha.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadanya Abdul Karim ibnul Haisam, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyainah, bahwa Abu Sa'id telah menceritakan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Musa a.s. berkata kepada kaumnya seperti yang disitir oleh firman-Nya: “Maka bertobatlah kalian kepada Tuhan yang menciptakan kalian, dan bunuhlah diri kalian. Hal itu adalah lebih baik bagi kalian di sisi Tuhan yang menjadikan kalian; maka Dia akan menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 54).
Musa a.s. menyampaikan perintah Tuhannya kepada kaumnya, yaitu mereka harus membunuh diri mereka sendiri. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa Nabi Musa a.s. memanggil orang-orang yang menyembah anak sapi, lalu mereka duduk, sedangkan orang-orang yang tidak ikut menyembah anak sapi berdiri, kemudian mereka mengambil pisaunya masing-masing dan dipegang oleh tangan mereka. Setelah itu terjadilah cuaca gelap gulita, lalu sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Ketika gelap lenyap dari mereka, ternyata orang-orang yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu orang. Semua orang yang terbunuh dari kalangan mereka diterima tobatnya, dan semua orang yang masih hidup diterima pula tobatnya.
Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Al-Qasim ibnu Abu Murrah, bahwa dia mendengar Sa'id ibnu Jubair dan Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: “dan bunuhlah diri kalian sendiri” (Al-Baqarah: 54). Sebagian dari mereka bangkit melabrak sebagian yang lain dengan pisau, lalu sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain; seseorang tidak mempunyai belas kasihan terhadap kerabatnya, tidak pula terhadap orang lain. Hingga Musa a.s. mengisyaratkan dengan kain jubahnya, barulah mereka melemparkan semua senjata yang ada di tangannya; ternyata jumlah mereka yang terbunuh ada tujuh puluh ribu orang. Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Musa, "Hentikanlah, sudah cukup bagimu!" Itu terjadi di saat Musa a.s. mengisyaratkan dengan kain jubahnya (untuk menghentikan mereka). Ali meriwayatkan hal yang serupa.
Qatadah mengatakan bahwa Musa a.s. memerintahkan kepada kaumnya untuk melakukan hal yang sangat berat, lalu mereka bangkit dan saling menyembelih dengan pisau-pisau yang tajam, sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Ketika pembalasan Allah telah cukup menimpa mereka, maka barulah pisau-pisau itu terjatuh dari tangan mereka dan berhentilah pembunuhan di kalangan mereka; lalu Allah menerima tobat orang-orang yang masih hidup dari kalangan mereka, dan yang terbunuh dianggap sebagai mati syahid.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka tertimpa kabut yang sangat gelap, lalu sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain; setelah itu lenyaplah cuaca gelap yang menyelimuti mereka, kemudian barulah tobat mereka diterima.
As-Suddi telah mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya: “dan bunuhlah diri kalian sendiri” (Al-Baqarah: 54). Bahwa orang-orang yang menyembah anak sapi saling membunuh dengan orang-orang yang tidak menyembahnya, dan orang-orang yang gugur dari kedua belah pihak dianggap sebagai mati syahid. Ketika itu orang-orang yang terbunuh banyak sekali hingga hampir semuanya binasa; saat itu jumlah mereka yang terbunuh ada tujuh puluh ribu orang.
Kemudian Musa dan Harun berdoa kepada Allah, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah membinasakan Bani Israil. Wahai Tuhan kami, sisakanlah, sisakanlah." Lalu Allah memerintahkan kepada mereka agar menjatuhkan senjatanya masing-masing dan menerima tobat mereka. Tersebutlah bahwa orang-orang yang gugur dari kedua belah pihak dianggap sebagai mati syahid, sedangkan orang-orang yang masih hidup diampuni dosa-dosanya. Itu dinyatakan dalam firman-Nya: “Maka Allah akan menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 54).
Az-Zuhri mengatakan, tatkala Bani Israil diperintahkan membunuh diri mereka sendiri, maka mereka saling bunuh; dan Musa a.s. ada bersama mereka. Lalu pedang-pedang pun berlaga dan mereka saling menusuk dengan pisau belati, sedangkan Musa a.s. berdoa mengangkat kedua tangannya. Ketika sebagian dari mereka berhenti sejenak, maka mereka berkata, "Wahai Nabi Allah, berdoalah kepada Allah untuk kami." Lalu mereka memegang kedua lengan Nabi Musa a.s. dan menopang kedua tangannya (agar terus berdoa). Keadaan mereka masih terus dalam keadaan saling bunuh; ketika Allah menerima tobat mereka, maka barulah tangan mereka berhenti, tidak lagi saling membunuh di antara sesamanya, dan semua senjata mereka lemparkan.
Musa a.s. dan kaum Bani Israil merasa sedih melihat mereka yang terbunuh dari kalangan mereka sendiri. Lalu Allah ﷻ berfirman kepada Musa a.s., "Apakah yang membuatmu sedih? Orang yang terbunuh dari kalangan mereka, mereka hidup di sisi-Ku dengan diberi rezeki; dan orang-orang yang masih hidup, sesungguhnya Aku telah menerima tobatnya." Maka bergembiralah Nabi Musa a.s. dan kaum Bani Israil karena hal tersebut. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dengan sanad yang jayyid (bagus), dari Az-Zuhri.
Ibnu Ishaq mengatakan, "Ketika Musa kembali kepada kaumnya dan membakar anak sapi itu, lalu menaburkan debunya di laut, kemudian dia berangkat bersama sebagian kaum yang dipilihnya menuju kepada Rabbnya; lalu mereka disambar petir, kemudian dihidupkan kembali. Kemudian Musa a.s. meminta kepada Tuhannya tobat bagi kaum Bani Israil atas dosa mereka yang menyembah anak sapi. Maka Allah ﷻ menolaknya kecuali jika mereka membunuh diri mereka sendiri.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, "Telah sampai kepadaku suatu kisah yang menyatakan bahwa kaum Bani Israil berkata kepada Musa, 'Kami akan memegang teguh perintah Allah.' Lalu Musa memerintahkan kepada orang yang tidak ikut menyembah anak sapi untuk membunuh orang yang menyembahnya. Kemudian mereka yang menyembah anak sapi duduk di suatu tanah lapang, lalu mereka yang tidak menyembah anak sapi menghunus pedangnya masing-masing dan membunuh mereka yang menyembahnya. Maka kaum wanita dan anak-anak berdatangan kepadanya, menangis seraya meminta maaf buat mereka. Lalu Allah menerima tobat dan maaf mereka; maka Allah memerintahkan kepada Musa agar mereka menjatuhkan pedangnya masing-masing (menghentikan pembunuhan)."
Abdur Rahman ibnu Zaid Ibnu Aslam mengatakan bahwa ketika Musa kembali kepada kaumnya, di antara kaumnya terdapat tujuh puluh orang laki-laki yang memisahkan diri mereka bersama Harun tidak ikut menyembah anak sapi. Maka Musa berkata kepada mereka, "Berangkatlah kalian ke tempat yang telah dijanjikan oleh Tuhan kalian!" Mereka menjawab, "Wahai Musa, tiada jalan untuk bertobat." Musa menjawab, "Tidak. Bunuhlah diri kalian, hal itu adalah lebih baik bagi kalian di sisi Tuhan yang menciptakan kalian; maka Dia akan menerima tobat kalian” (Al-Baqarah: 54).
Lalu mereka menghunus pedang, pisau belati, kapak, dan senjata lainnya. Kemudian Allah mengirimkan kabut kepada mereka, lalu mereka mencari-cari dengan tangannya masing-masing dan sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Saat itu seseorang menjumpai orang tua dan saudaranya, lalu ia membunuhnya tanpa dia ketahui. Di dalam kegelapan itu mereka saling menyerukan, "Semoga Allah mengasihani hamba yang bersikap sabar terhadap dirinya hingga memperoleh rida Allah." Orang-orang yang gugur dalam peristiwa itu adalah orang-orang yang mati syahid, sedangkan orang-orang yang masih hidup diterima tobatnya. Kemudian Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: “Maka Allah akan menerima tobat kalian. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang” (Al-Baqarah: 54).
Bila peringatan pada ayat-ayat yang lalu langsung disampaikan oleh Allah kepada Bani Israil, maka sekarang peringatan itu disampaikan melalui Nabi Musa. Perubahan siapa yang menyampaikan peringatan ini memberikan sinyal bahwa kedurhakaan Bani Israil itu sudah sangat keterlaluan sehingga seolah-olah Allah tidak mau lagi memedulikan mereka dan sekarang diberikan wewenang itu kepada Nabi Musa. Dan ingatlah ketika Nabi Musa berkata kepada kaumnya, Wahai kaumku! Kamu benar-benar telah melakukan kedurhakaan kepada Allah. Itu berarti kamu telah menzalimi dirimu sendiri. Perbuatan kamu dengan menjadikan patung anak sapi se-bagai sesembahan kamu adalah perbuatan yang telah mensyirikkan Allah yang membuat kamu layak diberi hukuman. Oleh karena itu, bertobatlah dengan memohon ampun kepada Penciptamu, Allah Yang Maha Pencipta, dan bunuhlah dirimu. Sejak dulu sampai sekarang terdapat tradisi bangsa-bangsa yang rela mengorbankan nyawa dengan membunuh diri sendiri demi untuk tujuan yang lebih luhur, seperti yang terdapat dalam tradisi masyarakat Jepang. Membunuh diri dengan tujuan luhur itu adalah lebih baik bagimu, wahai Bani Israil, di sisi Allah Penciptamu dengan sangat sempurna. Dengan demikian, Dia Allah akan menerima tobatmu dan permohonan ampunmu. Sungguh, yakinilah bahwa Dialah Zat Yang Maha Penerima tobat dosa hamba-hamba-Nya, lagi Maha Penyayang. Kedurhakaan Bani Israil lebih meningkat lagi. Bukan hanya menyembah patung anak sapi, tetapi malah mereka meminta Allah agar dapat dilihat dengan mata kepala. Dengan nada yang sangat kasar, mereka memanggil Nabi Musa dengan menyebut nama, Musa. Dan ingatlah wahai Bani Israil ketika kamu berkata kepada Nabi Musa, Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu, dan kepada apa yang kamu sampaikan, sebelum kami melihat Allah, Tuhan Yang Maha Pencipta itu, dengan jelas. Tentu permintaan ini sudah melampaui batas kewajaran. Bukankah mereka sudah menerima nikmat yang sangat banyak dari Allah, tetapi tetap masih durhaka. Disebabkan kedurhakaanmu yang sudah sangat berlipat-lipat, maka halilintar menyambarmu sebagai hukuman bagi kamu. Semua peristiwa itu kamu sadari terjadinya, sedang kamu menyaksikan dengan mata kepala kamu sendiri.
Dalam ayat ini Allah ﷻ memerintahkan kepada Rasulullah agar menyampaikan kepada Bani Israil yang hidup semasanya pada waktu itu bahwa Musa a.s. sekembali dari munajat dengan Tuhannya, mendapati kaumnya menyembah patung anak sapi, lalu dia berkata kepada kaumnya, "Hai kaumku, sesungguhnya dengan perbuatan kamu menjadikan anak sapi itu sebagai tuhanmu, kamu telah membinasakan diri kamu sendiri, dan telah melenyapkan pahala yang sedianya akan kamu terima di sisi Tuhanmu. Alangkah baiknya, seandainya kamu menepati janji yang telah diikrarkan, dan kamu mengikuti syariatku. ) Oleh sebab itu, bertobatlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu, dan janganlah berbuat kebodohan semacam itu, dimana kamu telah meninggalkan Tuhanmu yang sesungguhnya, lalu kamu mengambil anak sapi sebagai sembahanmu."
Musa a.s. juga memerintahkan kepada mereka, "Bunuhlah diri kamu." Maksudnya, agar orang-orang yang tidak berbuat kejahatan di antara mereka membunuh mereka yang telah bersalah itu, atau mereka yang telah berbuat kejahatan itu saling membunuh, atau mereka disuruh membunuh diri mereka sendiri sebagai pernyataan tobat kepada Allah. Dalam Perjanjian Lama Kitab Keluaran xxxii.27-28 disebutkan yang mati akibat pembunuhan itu 3000 orang.
Kemudian Musa a.s. mengatakan kepada mereka bahwa bertobat dan membunuh diri sebagai pernyataan tobat itu lebih baik bagi mereka di sisi Allah daripada terus-menerus berbuat kedurhakan yang menyebabkan mereka ditimpa azab. Apabila mereka telah bersih dari dosa itu, barulah mereka patut menerima pahala dan ganjaran.
Abdullah Yusuf Ali berpendapat "bunuhlah nafsumu"; anfusakum dalam ayat ini berarti nafsu, bukan pribadi. Hampir sejalan dengan pendapat al-Qasimi, Muhammad Asad, dan lain-lain.
Pada akhir ayat ini Allah menerangkan bahwa setelah mereka melakukan yang diperintahkan Musa, Allah menerima tobat dan memaafkan kesalahan mereka, karena Dialah yang memberikan jalan kepada orang-orang yang berdosa itu untuk bertobat, dan Dia menerima tobat mereka. Sebab Dia Maha Pengasih kepada orang-orang yang mau bertobat kepada-Nya. Seandainya tidak demikian, tentulah segera ditimpakan kebinasaan kepada mereka karena dosa-dosa besar yang mereka lakukan itu.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 51-56
Ayat 51
“Dan (Ingatlah) tatkala Kami janjikan kepada Musa empat puluh malam, kemudian kamu ambil anak lembu sepeninggalnya; dan adalah kamu orang-orang yang aniaya."
Ingatlah tatkala telah selamat kamu diseberangkan, dilepaskan dari penindasan dan kehinaan, Tuhan Allah telah memanggil Musa menghadap Allah atau bersunyi diri membuat hubungan jiwa dengan Allah di lembah Thuwa di Pegunungan Thur! Sebab apabila kamu telah selamat diseberangkan, kehendak Tuhan ialah supaya kamu diberi pimpinan. Sebab kemerdekaan saja belumlah cukup. Yang lebih penting ialah, apakah yang harus kamu kerjakan sesudah merdeka. Mana jalan yang akan kamu tuju, apa peraturan yang wajib kamu pakai.
Sebab itu, Tuhan memanggil Musa menghadap, empat puluh hari lamanya, supaya diterimanya perintah-perintah Tuhan untuk keselamatan kamu. Dan, disuruhnya kamu menunggu dia pulang kembali dengan sabar, di bawah pimpinan Harun. Akan tetapi, apa yang telah kamu perbuat setelah Musa pergi? Kamu telah berbuat suatu perbuatan yang sangat jahat; kamu ambil perhiasan emas perempuan-perempuan kamu lalu kamu lebur menjadi sebuah patung anak lembu, kamu sembah itu dan kamu katakan bahwa itulah Tuhan!
Alangkah jahatnya perbuatanmu itu, hai Bani Israil! Padahal kamu telah dibebaskan dari kehinaan, karena Fir'aun itu sendiri menganggap dirinya jadi Tuhan. Dan, kamu berbuat kejahatan besar itu belum lama sesudah Kami dibebaskan. Ini menunjukkan bahwa kamu tidak juga mengerti guna apa kamu dibebaskan.
Ayat 52
“Kemudian telah Kami beri maaf kamu sesudah itu, supaya kamu bersyukur."
Kamu diberi maaf sesudah berbuat kesalahan besar itu, bukan pula karena kamu umat yang istimewa atau suku pilihan Allah, melainkan karena kebodohan kamu, belum Allah hendak menghancurkan kamu seluruhnya. Karena kejadian itu ialah sebelum Musa pulang membawa Hukum Taurat dan syari'at untuk kamu. Supaya kamu bersyukur kepada Tuhan sebab kepadamu masih diberikan kesempatan buat memperbaiki diri.
Dengan peringatan-peringatan begini, patutlah insaf Bani Israil yang kena peringatan di zaman Rasulullah itu bahwa memang sejak bermula mereka telah keras kepala, sombong, tetapi bodoh, tinggi hati, tetapi goblok.
Ayat 53
“Dan (Ingatlah) seketika Kami datangkan kepada Musa akan Kitab itu dan Pemisahan; supaya kamu beroleh petunjuk."
Ingatlah olehmu hai Bani Israil bahwa setelah Nabi Musa a.s. menghadap Tuhannya empat puluh hari lamanya, dia pun pulang kembali kepadamu. Dia telah membawa Kitab itu, yaitu kitab Taurat disertai dengan al-Furqaan, ialah peraturan-peraturan dan beberapa perundangan yang harus kamu jalankan, sampai kepada peraturan puasa, kurban, dan sebagainya. Gunanya ialah untuk pimpinan bagi kamu dan untuk petunjuk yang wajib kamu jalankan. Al-Furqan yang berarti pemisahan, juga menjadi nama dari Al-Qur'an, juga menjadi nama dari akal, sebab dia pemisah di antara yang hak dan yang batil.
Menurut keterangan Mujahid, yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Humaid dan Ibnu Jarir, al-Furqaan ialah keempat kumpulan kitab suci: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an.
Ayat 54
“Dan (Ingatlah) seketika berkata Musa kepada kaumnya, Wahai, kaumku! Sesungguhnya, kamu telah menganiaya diri kamu (sendiri) dengan kamu mengambil anak lembu itu."
…menjadi Tuhan. Kamu telah diberi maaf karena mungkin kamu belum mengerti benar-benar perbedaan agama kita yang diturunkan Tuhan dengan paham-paham yang dianut oleh orang Mesir dengan Fir'aunnya itu sehingga kamu sangka bahwa Tuhan Allah kita serupa juga dengan berhala yang disembah kaum Fir'aun. Kamu lihat orang Mesir menyembah berhala anak lembu yang bernama Apis; lalu itu hendak kamu tiru pula. Sekarang, aku telah datang membawa Kitab dan Pemisahan, ajaran pokok dasar dan ajaran peraturan hidup sehari-hari. Dan kamu telah paham siapa Dia Tuhan kita yang sebenarnya. Setelah kamu paham akan hakikat pegangan dan anutan kita, niscaya mengertilah kamu bahwa kamu yang memuja berhala anak lembu itu telah bersalah besar. Dan kalau telah insaf bahwa bersalah, niscaya tidak ada lain jalan melainkan bertobat; mintalah ampun kepada Allah. Dan oleh karena kamu sendiri pun telah mengerti bahwa kesalahanmu ini sangat besar, maka tobatnya pun bukan sembarang tobat. Tobatnya ialah dengan membunuh dirimu sendiri. Siapa yang merasa bersalah, turut campur membuat berhala anak lembu, dan menyembahnya menjadikannya Tuhan, hendaklah dia bersedia membunuh dirinya sendiri. Dengan demikian, barulah benar tobatmu, “Maka tobatlah kamu kepada Maha Penciptamu, dan bunuhlah diri kamu. Itulah yang lebih baik buat kamu pada sisi Maha Penciptamu, niscaya akan diberi-Nya tobat atas kamu." Kalau hanya tobat-tobatan begitu saja, kamu anggap ringanlah perkara ini. Kamu telah dibebaskan dari Mesir karena kita tidak suka penyembahan berhala, padahal setelah keluar dari Mesir kamu membuat berhala. Obat buat membersihkan ini tidak lain hanya tobat dengan mencabut nyawa sendiri. Hidup karena ini tidak berguna lagi. Kalau sudah begitu, barulah tobat kamu benar-benar tobat,
“Sesungguhnya, Dia adalah Maha Pengampun, lagi Penyayang."
Memang beginilah pimpinan yang harus diberikan Musa pada waktu itu. Agar menjadi iktibar buat selanjutnya. Kesalahan yang lain mungkin akan banyak timbul, namun kesalahan mempersekutukan yang lain dengan Allah, tidaklah habis dengan minta maaf saja. Tuhan pun telah memberi maaf, sebagai tersebut pada ayat 52 tadi. Tetapi kalau maaf Allah itu diterima demikian saja, umat itu akan lupa lagi.
Dengan begini, barulah sepadan pemaaf Allah dengan tobat nashuha hamba-Nya. Di dalam kitab Taurat yang ada sekarang (Keluaran, Pasal 32, ayat 28) bahwa yang membunuh diri karena tobat itu adalah sebanyak 3.000 orang. Sedang Al-Qur'an sendiri tidaklah menyebut berapa jumlah itu sebab yang penting bukanlah jumlah orang yang mati, melainkan betapa hebat dan kerasnya pimpinan Musa dalam melakukan tobat.
Taubat dengan membunuh diri dalam syari'at Musa ini adalah berlaku sebagai hukuman. Dengan demikian, bukan berarti bahwa seorang yang merasa dirinya bersalah besar, dibolehkan membunuh dirinya dengan kehendak sendiri, terutama dalam syari'at Nabi Muhammad ﷺ.
Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim dari Ali bin Abi Thalib, kata beliau, kaum itu bertanya kepada Nabi Musa, “Bagaimana caranya kami tobat?" Nabi Musa menjawab, “Yang setengah kamu, yaitu yang tidak bersalah, membunuh yang bersalah." Maka mereka ambillah pisau-pisau lalu saudara membunuh saudaranya, ayahnya, dan anaknya, sehingga matilah sampai 70.000 orang dengan tidak ambil pusing lagi siapa yang terbunuh. Setelah itu, datanglah wahyu kepada Nabi Musa menyuruh berhenti sebab kewajiban itu telah selesai, yang bersalah telah mati, dan yang tinggal sudah diberi tobat.
Berdasarkan riwayat yang dua ini, lebih jelas lagi bahwasanya bunuhlah diri-diri kamu berarti bapak membunuh anak, anak membunuh bapak, saudara membunuh saudara. Artinya, sama dengan membunuh diri sendiri, sebab yang dibunuh itu ialah dirimu juga, belahan diri, satu darah, satu turunan.
Ayat 55
“Dan (Ingatlah) tatkala kamu berkata kepada Musa, Wahai, Musa. Tidaklah kami mau percaya kepada engkau, sehingga kami lihat Allah itu dengan tenang."
Ingatlah hai Bani fsrail bahwa setelah nenek moyang kamu itu membuat berhala anak lembu sampai disuruh tobat dengan membunuh diri, janganlah kamu sangka bahwa mereka telah berhenti hingga itu saja. Patutlah hal itu menjadi peringatan bagi yang lain. Namun, tidak! Kesalahan yang lain berulang lagi; ada pula yang berani berkata kepada
Nabi Musa, tidak beberapa lama sesudah itu bahwa mereka belum hendak percaya kepada apa yang diperintahkan oleh Musa sebelum Musa memperlihatkan Allah itu terang-terang kepada mereka.
Apakah lantaran mereka tidak juga percaya bahwa Allah Ta'aala itu ada? Mereka telah percaya, tetapi kepada Musalah mereka tidak mau percaya kalau Musa tidak mau mempertemukan mereka pula dengan Allah, sebagaimana Musa sendiri telah bertemu. Mengapa Musa dan Harun saja yang boleh bertemu dengan Allah dan bercakap dengan Allah terang-terangan? Bukankah nikmat Allah itu harus rata? Semua kita ini keturunan Israil, dari Ishaq dan dari Ibrahim; mengapa maka Musa dan Harun saja harus lebih? Kami pun berhak, sebagai keturunan Ibrahim, Ishaq, dan Ya'kub, untuk melihat Allah terang-terangan.
Perkataan ini mereka nyatakan lagi setelah Nabi Harun meninggal dan hanya tinggal Nabi Musa menghadapi mereka. Akhirnya tentu kamu masih ingat, hai Bani Israil bahwa moyang-moyangmu yang berani berkata demikian mendapat hukum setimpal dari Allah,
“Maka … timpalah kamu oleh gempa, dan kamu pun melihat sendiri."
Di dalam Kitab mereka (Kitab Bilangan, Pasal 16) disebutkan bahwa setelah mereka mengucapkan kata demikian, murka Allah turun, bumi pun belah, maka tenggelamlah orang-orang yang ingin melihat Allah itu ke dalam belahan bumi itu dan menyalalah api dari sudut yang lain, nyala api itu menjilati kemah dan banyaklah pula yang mati terbakar. Yang lain, yang tidak turut dalam gerak yang jahat itu, menyaksikan sendiri segala kejadian itu.
Ayat 56
“Kemudian Kami bangkitkan kamu sesudah mati, supaya kamu bersyukur."
Ada riwayat setengah ahli tafsir bahwa orang-orang mati dihantam gempa atau nyala api yang timbul dari dalam bumi itu dihidupkan kembali; maka bersyukurlah mereka lantaran mereka dihidupkan kembali. Ada lagi tafsir mengatakan bahwa mereka mati betul-betul, tetapi sudah hampir mau mati, mungkin karena kontak listrik yang timbul dari bumi yang menimbulkan gempa dahsyat itu. Setelah gempa berhenti, mereka pun berangsur di-bangunkan dan bersyukur kepada Tuhan mereka dihidupkan untuk bertobat kembali.
Dalam surah al-A'raaf (7): 143 terkisah bahwa setelah Tuhan tajalli di puncak gunung, Nabi Musa pingsan.
“Tersungkurlah Musa dalam keadaan pingsan." (al-A'raaf: 143)
Di ayat itu tertulis sha'iqan, Musa pingsan. Di ayat yang tengah kita tafsirkan ini, orang-orang yang ingin melihat Tuhan dengan terang itu pun kena sha'iqan, jadi pingsan. Jadi, setengah mati. Berdasar kepada pengertian itu—kata ahli tafsir itu—teranglah bahwa mereka bukan terus mati. Setelah hilang geseran listrik dari sebab gempa itu, mereka pun siuman, bangun kembali.