Ayat
Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
نَبِيُّهُمۡ
Nabi mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ءَايَةَ
tanda-tanda
مُلۡكِهِۦٓ
kerajaannya
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمُ
akan datang kepadamu
ٱلتَّابُوتُ
tabut
فِيهِ
didalamnya
سَكِينَةٞ
ketenangan
مِّن
dari
رَّبِّكُمۡ
Tuhan kalian
وَبَقِيَّةٞ
dan sisa
مِّمَّا
dari apa
تَرَكَ
meninggalkan
ءَالُ
keluarga
مُوسَىٰ
Musa
وَءَالُ
dan keluarga
هَٰرُونَ
Harun
تَحۡمِلُهُ
membawanya
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُۚ
Malaikat
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
didalam
ذَٰلِكَ
demikian itu
لَأٓيَةٗ
terdapat tanda-tanda
لَّكُمۡ
bagi kalian
إِن
jika
كُنتُم
kalian adalah
مُّؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
وَقَالَ
dan berkata
لَهُمۡ
kepada mereka
نَبِيُّهُمۡ
Nabi mereka
إِنَّ
sesungguhnya
ءَايَةَ
tanda-tanda
مُلۡكِهِۦٓ
kerajaannya
أَن
bahwa
يَأۡتِيَكُمُ
akan datang kepadamu
ٱلتَّابُوتُ
tabut
فِيهِ
didalamnya
سَكِينَةٞ
ketenangan
مِّن
dari
رَّبِّكُمۡ
Tuhan kalian
وَبَقِيَّةٞ
dan sisa
مِّمَّا
dari apa
تَرَكَ
meninggalkan
ءَالُ
keluarga
مُوسَىٰ
Musa
وَءَالُ
dan keluarga
هَٰرُونَ
Harun
تَحۡمِلُهُ
membawanya
ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُۚ
Malaikat
إِنَّ
sesungguhnya
فِي
didalam
ذَٰلِكَ
demikian itu
لَأٓيَةٗ
terdapat tanda-tanda
لَّكُمۡ
bagi kalian
إِن
jika
كُنتُم
kalian adalah
مُّؤۡمِنِينَ
orang-orang yang beriman
Terjemahan
Nabi mereka berkata kepada mereka, “Sesungguhnya tanda kerajaannya ialah datangnya Tabut kepadamu yang di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari apa yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun yang dibawa oleh para malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagimu jika kamu orang-orang mukmin.
Tafsir
(Kata nabi mereka kepada mereka), yakni tatkala mereka meminta kepadanya tanda pengangkatannya sebagai raja. (Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah datangnya tabut kepadamu), yakni sebuah peti tempat menyimpan serunai nabi-nabi yang diturunkan Allah kepada nabi Adam dan terus-menerus berada pada mereka sampai mereka dikalahkan oleh orang-orang Amaliqah yang berhasil merebut serunai itu. Selama ini mereka mengambilnya sebagai lambang kemenangan mereka terhadap musuh dan mereka tonjolkan dalam peperangan serta mendapatkan ketenangan hati, sebagaimana firman Allah ﷻ, ("Di dalamnya terdapat ketenangan) ketenteraman bagi hatimu (dari Tuhanmu dan sisa-sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun), yakni yang ditinggalkan kedua nabi itu, sepasang terompah Musa dan tongkatnya serta serban nabi Harun dan tulang-tulang burung manna yang pernah turun kepada mereka serta kepingan-kepingan luh (yang dibawa oleh malaikat) menjadi 'hal' dari pelaku 'ya'tiikum.' (Sesungguhnya pada demikian itu menjadi tanda bagi kamu) atas diangkatnya sebagai raja (jika kamu benar-benar beriman). Tabut itu lalu dibawa oleh malaikat, terapung-apung antara bumi dan langit serta disaksikan oleh mereka dan akhirnya ditaruh oleh malaikat dekat Thalut. Mereka pun mengakuinya sebagai raja dan berlomba-lomba untuk berjihad di sampingnya. Maka dipilihnyalah 70 ribu orang di antara pemuda-pemuda mereka.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 248
Dan Nabi mereka berkata kepada mereka, "Sesungguhnya tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabut kepada kalian, di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, tabut itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagi kalian, jika kalian orang yang beriman.
Ayat 248
Nabi mereka berkata kepada mereka bahwa sesungguhnya tanda keberkatan Raja Talut kepada kalian ialah dengan dikembalikannya tabut kepada kalian oleh Allah, yang sebelumnya telah direbut dari tangan kalian.
“Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian.” (Al-Baqarah: 248)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan sakinah ialah ketenangan dan keagungan. Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan sakinah adalah ketenangan. Menurut Ar-Rabi', sakinah artinya rahmat. Hal yang sama dikatakan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Ibnu Juraij meriwayatkan bahwa ia pernah bertanya kepada ‘Atha’ tentang makna firman-Nya: “Di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhan kalian.” (Al-Baqarah: 248) Menurutnya ialah semua ayat Allah yang kalian kenal dan kalian merasa tenang dengannya. Hal yang sama dikatakan pula oleh Al-Hasan Al-Basri.
Menurut suatu pendapat, sakinah adalah sebuah piala (gelas besar) dari emas yang dipakai untuk mencuci hati para nabi. Piala itu diberikan oleh Allah ﷻ kepada Nabi Musa a.s., maka piala tersebut dipakai untuk tempat menaruh lembaran-lembaran (kitab Taurat). Hal yang sama telah diriwayatkan oleh As-Suddi, dari Abu Malik, dari Ibnu Abbas. Sufyan Ats-Tsauri meriwayatkan dari Salamah ibnu Kahil, dari Abul Ahwas, dari Ali yang mengatakan bahwa sakinah mempunyai wajah seperti wajah manusia, kemudian merupakan angin yang wangi baunya lagi cepat tiupannya.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Musanna, telah menceritakan kepada kami Abu Dawud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dan Hammad ibnu Salamah serta Abul Ahwas; semuanya dari Sammak, dari Khalid ibnu Ur'urah, dari Ali yang mengatakan bahwa sakinah adalah angin kencang yang mempunyai dua kepala.
Menurut Mujahid, sakinah mempunyai sepasang sayap dan ekor.
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih, bahwa sakinah adalah kepala kucing yang telah mati; apabila mengeluarkan suara di dalam tabut (peti)nya, mereka yakin bahwa kemenangan akan mereka peroleh.
Abdur Razzaq mengatakan, Bakkar ibnu Abdullah pernah bercerita kepadanya bahwa ia pernah mendengar Wahb ibnu Munabbih mengatakan, "Sakinah adalah ruh dari Allah (ciptaan-Nya). Apabila mereka (kaum Bani Israil) berselisih pendapat dalam sesuatu hal, maka ruh tersebut berkata kepada mereka menjelaskan apa yang mereka kehendaki."
Firman Allah ﷻ: “Dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun.” (Al-Baqarah: 248)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Musanna, telah menceritakan kepada kami Abul Walid, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini. Yang dimaksud dengan peninggalan tersebut adalah tongkat Nabi Musa dan lembaran-lembaran lauh (Taurat). Hal yang sama dikatakan pula oleh Qatadah, As-Suddi, Ar-Rabi' ibnu Anas, dan Ikrimah. Ikrimah menambahkan bahwa selain dari itu ada kitab Taurat.
Abu Saleh mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan sisa dari peninggalan keluarga Musa.” (Al-Baqarah: 248) Yakni tongkat Nabi Musa dan tongkat Nabi Harun serta dua lembar lauh kitab Taurat serta manna.
Atiyyah ibnu Sa'id mengatakan bahwa isinya adalah tongkat Musa dan Harun, baju Musa dan Harun, serta lembaran-lembaran lauh.
Abdur Razzaq mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ats-Tsauri tentang makna firman-Nya: “Dan sisa dari peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun.” (Al-Baqarah: 248) Maka Ats-Tsauri mengatakan bahwa di antara mereka ada yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut berupa adonan manna, lembaran lauh. Ada pula yang mengatakan bahwa peninggalan tersebut adalah tongkat dan sepasang terompah.
Firman Allah ﷻ: “Tabut itu dibawa oleh malaikat.” (Al-Baqarah: 248)
Ibnu Juraij mengatakan, Ibnu Abbas pernah mengatakan bahwa malaikat datang seraya memikul tabut di antara langit dan bumi, hingga tabut itu diturunkan di hadapan Talut, sedangkan orang-orang menyaksikan peristiwa tersebut.
As-Suddi mengatakan bahwa pada pagi harinya tabut telah berada di tempat Talut, maka mereka beriman kepada kenabian Syam'un dan taat kepada Talut.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ats-Tsauri, dari salah seorang di antara guru-gurunya, bahwa para malaikat datang membawa tabut itu yang dinaikkan di atas sebuah kereta yang ditarik oleh seekor lembu betina. Menurut pendapat yang lain, ditarik oleh dua ekor lembu betina.
Sedangkan yang lainnya menyebutkan bahwa tabut tersebut berada di Ariha; dan orang-orang musyrik ketika mengambilnya, mereka meletakkannya di tempat peribadatan mereka, yaitu di bawah berhala mereka yang paling besar. Akan tetapi, pada keesokan harinya tabut itu telah berada di atas kepala berhala mereka. Maka mereka menurunkannya dan meletakkannya kembali di bawah berhala itu, tetapi ternyata pada keesokan harinya terjadi hal yang sama. Maka mereka memakunya di bawah berhala mereka, tetapi yang terjadi ialah tiang-tiang penyangga berhala mereka runtuh dan ambruk jauh dari tempatnya. Akhirnya mereka mengetahui bahwa hal tersebut terjadi karena perintah Allah yang tidak pernah mereka alami sebelumnya.
Maka mereka mengeluarkan tabut itu dari negeri mereka dan meletakkannya di salah satu kampung, tetapi ternyata penduduk kampung itu terkena wabah penyakit pada leher mereka. Kemudian salah seorang wanita tawanan dari kalangan kaum Bani Israil menganjurkan kepada mereka agar mengembalikan tabut itu kepada kaum Bani Israil agar mereka terhindar dari penyakit itu. Maka mereka memuatkan tabut itu di atas sebuah kereta yang ditarik oleh dua ekor lembu betina, lalu kedua lembu itu berjalan membawanya; tiada seorang pun yang mendekatinya melainkan pasti mati.
Ketika kedua ekor lembu betina itu telah berada di dekat negeri kaum Bani Israil, kendali kedua ekor lembu itu patah dan keduanya kembali. Lalu datanglah kaum Bani Israil mengambilnya. Menurut suatu pendapat, yang menerimanya adalah Nabi Daud a.s.; dan ketika Nabi Daud mendekati kedua lembu itu, ia merasa malu karena gembiranya dengan kedatangan tabut itu.
Menurut pendapat yang lain, yang menerimanya adalah dua orang pemuda dari kalangan mereka. Menurut pendapat yang lainnya, tabut itu berada di sebuah kampung di negeri Palestina yang dikenal dengan nama Azduh.
Firman Allah ﷻ: Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda bagi kalian.” (Al-Baqarah: 248)
Yakni tanda yang membenarkan diriku terhadap apa yang aku sampaikan kepada kalian, yakni kenabianku; juga membenarkan apa yang aku perintahkan kepada kalian agar taat kepada Talut.
“Jika kalian orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 248) Maksudnya, beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Dan nabi mereka berkata kepada mereka, Sesungguhnya tanda atau bukti kerajaannya, yakni kelayakannya untuk mengemban tugas tersebut, ialah datangnya Tabut, yaitu tempat untuk menyimpan Taurat, kepadamu, yang sebelumnya berada di Palestina, yang di dalamnya terdapat sesuatu yang bisa memberi kamu ketenangan dari Tuhanmu dan sisa peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dibawa oleh malaikat yang hakikatnya hanya diketahui oleh Allah. Sungguh, pada yang demikian itu, yakni peristiwa besar tersebut, terdapat tanda kebesaran Allah bagimu yang bisa membawamu kepada ketaatan dan kerelaan, jika kamu benar-benar orang beriman. Seorang pemimpin harus memenuhi beberapa kriteria, di antaranya cerdas atau menguasai masalah dan mampu melaksanakan tugas. Untuk membuktikan kelayakannya maka harus dilakukan uji kelayakan Setelah membuktikan sendiri kelayakan Talut sebagai pemimpin melalui keberadaan Tabut, akhirnya mereka mau mengikuti perintahnya. Maka ketika Talut membawa bala tentaranya untuk berangkat perang, sebelumnya dia memberi pengarahan seraya berkata, Allah akan menguji kamu dengan sebuah sungai yang kamu seberangi. Maka barang siapa meminum airnya, dia bukanlah pengikutku; dan barang siapa tidak meminumnya maka dia adalah pengikutku, kecuali menciduk seciduk dengan tangan, sekadar untuk menghilangkan dahaga. Tetapi kebanyakan mereka ternyata meminumnya dengan penuh keserakahan karena tidak mampu menahan nafsu minum, kecuali sebagian kecil di antara mereka yang kuat sehingga hanya meminumnya sedikit. Maka, ketika dia, Talut, dan orang-orang yang beriman bersamanya menyeberangi sungai itu, mereka yang banyak minum dari sungai itu berkata, Kami tidak kuat lagi pada hari ini melawan Jalut dan bala tentaranya. Sementara itu, mereka yang minum air sungai sekadarnya dan meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata, Betapa banyak kelompok kecil yang didukung oleh kekuatan fisik dan memiliki keimanan yang kuat mampu mengalahkan kelompok besar lagi kuat dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar dengan memberi mereka pertolongan. Ini menunjukkan bahwa tenggelam dalam hal-hal duniawi dan menuruti hawa nafsu hanya akan melemahkan mental seseorang. Akibatnya, ia tidak mampu bersikap disiplin dalam menaati aturan, menegakkan kebenaran, dan melawan kebatilan
Samuel menyatakan kepada Bani Israil, bahwa Allah telah memilih thalut sebagai raja yang akan memimpin mereka berperang melawan orang Amalik atau Amaliqah (Amalekit). Sebagai tanda bahwa thalut itu betul-betul telah dipilih oleh Allah ialah kembalinya Tabut (peti pusaka) kepada Bani Israil setelah beberapa tahun hilang dari tangan mereka karena dirampas oleh musuh. Di dalam Tabut itu disimpan beberapa benda sisa peninggalan keluarga Musa dan Harun seperti tongkat Nabi Musa, sandal, serban Nabi Harun, dan beberapa potong pecahan dari piring batu yang dibawa Musa dari Gunung Sinai. Jika Bani Israil mengadakan peperangan, maka Tabut itu selalu dibawa mereka bersama tentara karena dirasakan oleh mereka bahwa Tabut itu dapat menimbulkan semangat dan keberanian dalam peperangan.
Dalam suatu peperangan antara Bani Israil dan orang-orang Amalik, Bani Israil menderita kekalahan yang mengakibatkan Tabut dirampas dan dibawa lari oleh musuh. Setelah Tabut itu berada beberapa lama di tangan orang-orang Amalik, tiba-tiba pada suatu masa Amalik itu ditimpa bermacam-macam malapetaka dan bencana seperti wabah tikus yang merusak tanam-tanaman, dan berjangkitnya penyakit sehingga mereka merasa sial dengan adanya Tabut di tengah-tengah mereka. Mereka beranggapan bahwa malapetaka itu datangnya dari Tuhan Bani Israil yang membalas dendam kepada mereka, lalu mereka mengembalikan Tabut itu kepada Bani Israil dengan jalan menempatkannya dalam sebuah pedati yang ditarik oleh dua ekor sapi. Ternyata pedati itu dikemudikan oleh malaikat sehingga kembali lagi kepada Bani Israil. Kedatangan Tabut itu tepat sekali waktunya dengan terpilihnya thalut sebagai raja. Dengan kembalinya Tabut itu, barulah Bani Israil tunduk dan menerima thalut sebagai raja, sebab yang demikian itu adalah bukti dari Allah bagi orang-orang yang beriman.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MEMILIH PEMIMPIN
Ayat 246
“Tidakkah engkau perhatikan, dari pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Musa."
Yaitu, beberapa lama masanya sesudah Nabi Musa meninggal, “Ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka," yang namanya Samuel itu."Angkatlah untuk kami seorang raja, supaya kami berperang pada jalan Allah" Rupanya oleh karena sudah merasa kesengsaraan karena tindasan orang Palestina, yang menyebabkan mereka kian lama kian hina, terasalah dalam pikiran pemuka-pemuka mereka bahwa kesengsaraan itu hanya dapat diatasi kalau ada raja yang akan memimpin, yang dapat menyatukan mereka semua. Salah satu sebab dari kehinaan yang menimpa suatu kaum ialah karena adanya pemuka-pemuka yang masing-masing merasa diri lebih tinggi dan tidak mau tunduk kepada yang lain, sehingga mudah bagi musuh mengadu domba mereka. Mendengarkan usulan ketua-ketua yang demikian kepada Nabi Samuel, “Berkata dia, ‘Apakah tidak akan terjadi kelak, kalau diperintahkan atas kamu berperang, bahwa kamu tidak akan mau berperang?"‘ Samuel berkata demikian karena rupanya beliau telah mengetahui semangat bangsa yang telah amat rusak itu. Mereka meminta raja buat memimpin mereka berperang. Nanti, permintaan mereka dikabulkan sehingga ada raja itu. Akan tetapi, karena semangat kaum itu memang telah rusak, diajak berperang mereka tidak mau. Mereka takut menghadapi musuh sehingga pengangkatan raja itu percuma saja. Atau perintah raja itu tidak diacuhkan karena akan ada saja cacatnya pada pandangan mereka. Maklumlah, raja itu manusia. Lantaran itu, pengangkatan raja tidak juga akan berfaedah kalau semangat berjuang dan berkorban itu masih dingin (melempem) sebagaimana selama ini juga. Mendengar pertanyaan Nabi Samuel yang demikian, “Mereka menjawab, ‘Bagaimana kami tidak akan mau berperang pada jalan Allah, padahal kami telah diusir dari kampung halaman kami dan anak-anak kami!" Negeri telah dirampas orang, kekuasaan tidak ada lagi, dan anak-anak telah ditawan orang, yang kalau tidak segera bangkit berperang pada ajalan Allah, niscaya kami akan bertambah sengsara dan hina.
Mendengar jawaban yang demikian, nyatalah sebelum berhadapan dengan bahaya itu, mulut mereka keras, seakan-akan timbul dari semangat yang berapi-api. Akan tetapi, setelah berhadap-hadapan dengan musuh, semangat mereka menjadi dingin seperti es. Itu yang dikatakan di ujung ayat,
“Namun, setelah diperintahkan kepada mereka berperang, berpalinglah mereka kecuali sedikit dari antara mereka. Dan, Allah mengetahui akan orang-orang yang aniaya."
Duduk perkara diterangkan selanjutnya.
Ayat 247
"Dan berkatalah kepada mereka nabi mereka itu."
Yaitu, Nabi Samuel, “Sesungguhnya, Allah telah melantik untuk kamu Thalut menjadi raja." Di dalam Kitab Perjanjian Lama disebut namanya Saul, tetapi kita kaum Muslimin niscaya mengikut yang diwahyukan Al-Qur'an, yaitu Thalut. Permohonan Bani Israil meminta untuk mereka dilantikkan seorang raja itu rupanya dikabulkan Tuhan. Samuel diberi wahyu bahwa raja itu ialah Thalut dan beliau sampaikan kepada mereka. Akan tetapi, apa yang disangka sejak semula oleh Nabi Samuel memang bertemu. Setelah dimaklumkan kepada mereka yang akan menjadi raja mereka ialah Thalut, dengan serta merta mereka membantah,
“Mereka berkata, ‘Adakah patut dia berkuasa atas kami, padahal kami lebih berhak dengan kekuasaan itu daripadanya, sedangkan dia tidak diberi kemampuan dan harta!" Di sini tampak lagi penyakit yang menyebabkan mereka dapat ditindas oleh bangsa Palestina; semua pemuka merasa berhak, baik karena keturunan maupun karena kekayaan. Seorang Nabi Samuel memilih Thalut menjadi raja mereka. Mereka kenal dia; dia bukan asal raja-raja dan bukan orang kaya, bagaimana kami akan tunduk kepadanya. Kalau hanya itu yang akan dijadikan raja, kamilah yang lebih berhak. Mereka katakan kami, padahal yang akan menjadi raja hanya seorang. Di antara yang berkami itu kalau diangkat seorang, yang lain menyengkilang dan membangkang pula kelak. Mendengar bantahan mereka yang demikian, Samuel pun menjawab, “Sesungguhnya, Allah telah memilih di atas kamu." Jadi, pemilihan Thalut menjadi raja bukanlah karena kehendak Samuel, melainkan kehendak Allah. Sebabnya dia yang dipilih Tuhan ialah karena ada kelebihannya dalam hal yang lebih penting daripada keturunan dan kekayaan, “Dan telah melebihkannya keluasan daripada pengetahuan dan tubuh." Seorang pemimpin revolusi, memerdekakan kaumnya dari tindasan musuh, tidak perlu seorang berketurunan raja sebab banyak di antara kamu yang keturunan orang-orang mulia di zaman dahulu dan banyak di antara kamu yang mampu banyak harta, tetapi kamu tidak mempunyai ilmu dan kemauan untuk berjuang, berperang, dan memerintah. Tambahan lagi, tidak mempunyai tubuh yang sehat dan tampan, sebagaimana layaknya seorang raja atau pemimpin. Pada Thalut inilah kelebihannya; dia berilmu dan mempunyai tubuh yang layak buat jadi raja. Tambahan lagi, “Dan Allah memberikan kerajaan-Nya kepada barangsiapa yang Dia kehendaki." Artinya, kalau Tuhan akan mengangkat seseorang ke puncak kekuasaan, meskipun dia bukan asal raja ataupun orang kaya, dengan sendirinya dia akan naik, tidak dapat dihalangi oleh siapa jua pun, sejarah menunjukkan yang demikian. Bahkan tiap-tiap raja yang mendirikan ke-rajaan yang mula-mula bukan jualah mereka asal raja. Anak keturunan merekalah baru yang dinamai keturunan raja."Dan Allah ada-lah Mahaluas, lagi Mengetahui."
Tuhan Mahaluas, bukan memandang yang hanya di hadapan, sebagaimana pandangan kamu. Bukan memandang Thalut yang sekarang, sebelum dia resmi menjadi pemimpin kamu, tetapi Thalut masa depan dalam ke-kuasaannya memimpin kamu berperang. Dan, Tuhan lebih mengetahui akan kesanggupannya daripada kamu.
Di sini, Al-Qur'an telah meninggalkan dua pokok dasar buat memilih orang yang akan menjadi pemimpin atau pemegang puncak kekuasaan. Pertama ilmu, kedua tubuh, terutama ilmu berkenaan dengan tugas yang sedang dihadapinya, sehingga dia tidak ragu-ragu menjalankan pimpinan. Yang terpenting sekali ialah ilmu dalam cara mempergunakan tenaga. Pemimpin tertinggi itu tidak perlu tahu segala cabang ilmu, tetapi wajib tahu memilih tenaga yang akan ditugaskan menghadapi su-atu pekerjaan. Itulah ilmu pimpinan.
Di sinilah maka Sayyidina Umar bin Khaththab ketika memerintah pernah mengakui terus terang bahwa Abu Bakar lebih pintar dari dia memilih tenaga. Abu Bakar telah memilih Khalid bin Walid menjadi kepala perang, padahal Umar kurang setuju sebab ada beberapa tabiat Khalid yang tidak disukainya, sehingga setelah Abu Bakar wafat dan dia naik menggantikan jadi khalifah, perintahnya yang mula-mula sekali ialah menurunkan Khalid dari jabatannya. Khalid menyerahkan jabatannya dengan patuh kepada Abu Ubaidah, penggantinya. Bertahun-tahun kemudian setelah Khalid bin Walid meninggal, mengakulah Umar dengan terus terang bahwa Abu Bakar lebih berilmu daripadanya, meletakkan orang pada tempatnya, the right man in the right place, menempatkan orang yang benar di tempat yang benar.
Cacat Khalid pada pandangan Umar ialah karena agamanya kurang begitu dalam, sebagaimana Abu Ubaidah, meskipun cacatnya dalam beragama itu tidak juga ada. Adapun Abu Bakar melihat bahwa Khalid itu da-lam memimpin peperangan jarang taranya. Abu Ubaidah meskipun lebih alim, tidaklah sepintar Khalid dalam ilmu perang. Sehingga di saat itu, Khalid tetap membantunya dari belakang walaupun dia hanya telah menjadi seorang serdadu biasa. Itulah maksud ilmu. Hal ini pernah diterangkan panjang lebar oleh Ibnu Taimiyah dalam bukunya as-Siasah asy-Syar'iyah.
Ayat 248
“Dan berkata kepada mereka nabi mereka."
Ini menunjukkan tanda-tanda raja yang telah diangkat itu, “Sesungguhnya, tanda kerajaannya ialah bahwa akan datang kepada kamu tabut itu!' Tabut atau peti pusaka peninggalan Nabi Musa tempat meletakkan naskah perjanjian Bani Israil dengan Allah, “Di dalamnya ada sesuatu yang menenteramkan hati dari Tuhan kamu." Sebab dianya berisi naskah-naskah asli pusaka Musa, yang kamu kenangkan itu tentu hatimu jadi tenteram dan semangatmu akan timbul untuk berjuang, mengingat jasa-jasa Musa kepada kamu dahulunya."Dan sisa dariapayang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun, yang dipikul akan dia oleh Malaikat." Demikianlah Nabi Samuel menerangkan tentang kerajaan Thalut itu.
“Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah tanda bagi kamu, jika sungguh kamu orang-orang yang beriman."
Hal ini semua diterangkan oleh Nabi Samuel kepada mereka supaya mereka jangan ragu-ragu dan takut juga. Mendengar nama tabut itu saja pun, moga-moga semangat mereka akan timbul kembali. Karena ketika bangsa Palestina telah memerangi mereka dan mereka kalah, tabut yang mulia itu yang terbuat dari kayu cendana bersalut emas telah dirampas oleh orang Palestina. Akan tetapi, rupanya setelah mereka rampas, telah membawa sial kepada mereka. Berjangkit penyakit bawasir dan tikus menjadi-jadi menghabiskan makanan mereka, sehingga mereka kembalikan segera kepada Nabi Samuel yang ketika itu menjadi imam Bani Israil. Mereka antarkan dengan dimuat pada sebuah pedati yang ditarik oleh dua ekor lembu. Adalah suatu keajaiban bahwa lembu itu berjalan sendiri, tahu saja dia ke mana dia akan pergi, tidak ada orang yang menghalaukan. Sebab, keajaiban itu, nyatalah bahwa Malaikat yang menuntun kedua lembu itu.
Demikianlah umat Yahudi di zaman Musa, dengan wahyu Tuhan disuruh membuat tabut bernama “Tabut Perjanjian Allah", yang dihormati sebagai perlambang oleh Bani Israil, yaitu untuk memusatkan perhatian mereka kepada isi yang di dalamnya, di antaranya ialah naskah perjanjian-perjanjian Bani Israil dengan Tuhan dan catatan-catatan Taurat pusaka Nabi Musa. Supaya timbul kepada mereka kebanggaan diri sebab perlambang-perlambang demikian banyak mereka lihat pada kerajaan Fir'aun semasa mereka di Mesir. Maka, setelah Nabi Muhammad diutus Tuhan melanjutkan inti sari tauhid, tabut-tabut begitu tidak ada lagi dalam syari'at Islam dan masjid tempat beribadah wajib bersih dari perlambang-perlambang seperti itu. Oleh Bani Israil, dia pun bukan disembah sebagaimana menyembah Tuhan.
Tabut Perjanjian Allah bersama naskah asli Taurat habis terbakar ketika kemudian Nabukadnezar raja Babil menjarah Jerusalem dan membakar Haikal, rumah suci yang didirikan oleh Nabi Sulaiman.
Di sini pun terdapat banyak tafsiran. Yang tepat adalah tafsiran Ibnu Abbas: sakinah berarti rahmah. Atau tafsiran Ibnu Abbas juga: sakinah berarti thuma'ninah. Atau, tafsiran al-Hasan: sakinah ialah yang membuat hati mereka tenteram. Atau, tafsiran Qatadah: sakinah ialah al-waqar, Artinya, rasa kerendahan hati mengharap pertolongan Tuhan agar menang menghadapi musuh. Diterangkan lagi bahwa selain dari dalam peti (tabut) itu ada sesuatu yang menenteramkan hati dari Tuhan, ada pula sisa dari apa yang ditinggalkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun. Sisa adalah terjemahan dari baqiyatun.