Ayat

Terjemahan Per Kata
وَقَالَ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّبَعُواْ
(mereka) mengikuti
لَوۡ
seandainya
أَنَّ
bahwa
لَنَا
bagi kami
كَرَّةٗ
kembali lagi
فَنَتَبَرَّأَ
maka kami berlepas diri
مِنۡهُمۡ
dari mereka
كَمَا
sebagaimana
تَبَرَّءُواْ
mereka berlepas diri
مِنَّاۗ
dari kami
كَذَٰلِكَ
demikianlah
يُرِيهِمُ
memperlihatkan kepada mereka
ٱللَّهُ
Allah
أَعۡمَٰلَهُمۡ
amal perbuatan mereka
حَسَرَٰتٍ
penyesalan
عَلَيۡهِمۡۖ
atas mereka
وَمَا
dan tidak
هُم
mereka
بِخَٰرِجِينَ
sebagai orang-orang yang keluar
مِنَ
dari
ٱلنَّارِ
neraka
وَقَالَ
dan berkata
ٱلَّذِينَ
orang-orang yang
ٱتَّبَعُواْ
(mereka) mengikuti
لَوۡ
seandainya
أَنَّ
bahwa
لَنَا
bagi kami
كَرَّةٗ
kembali lagi
فَنَتَبَرَّأَ
maka kami berlepas diri
مِنۡهُمۡ
dari mereka
كَمَا
sebagaimana
تَبَرَّءُواْ
mereka berlepas diri
مِنَّاۗ
dari kami
كَذَٰلِكَ
demikianlah
يُرِيهِمُ
memperlihatkan kepada mereka
ٱللَّهُ
Allah
أَعۡمَٰلَهُمۡ
amal perbuatan mereka
حَسَرَٰتٍ
penyesalan
عَلَيۡهِمۡۖ
atas mereka
وَمَا
dan tidak
هُم
mereka
بِخَٰرِجِينَ
sebagai orang-orang yang keluar
مِنَ
dari
ٱلنَّارِ
neraka
Terjemahan

Orang-orang yang mengikuti berkata, “Andaikan saja kami mendapat kesempatan kembali (ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka sebagai penyesalan bagi mereka. Mereka sungguh tidak akan keluar dari neraka.
Tafsir

(Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, "Sekiranya kami dapat kembali) ke dunia (tentulah kami akan berlepas diri pula dari mereka) maksudnya dari pemimpin-pemimpin yang menjadi ikutan itu, (sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.") sekarang ini. 'Lau' untuk menyatakan angan-angan, sedangkan natabarra-u menjadi jawabannya. (Demikianlah) artinya sebagaimana Allah memperlihatkan kepada mereka sangat keras siksaan-Nya sehingga sebagian mereka saling berlepas diri (Allah memperlihatkan amal perbuatan mereka) yang jelek (menjadi sesalan) sebagai 'hal' (bagi mereka, dan mereka tidak akan dapat keluar dari neraka) yakni setelah memasukinya.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 165-167
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan-tandingan yang mereka cintai sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal).
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.
Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.
Ayat 165
Allah menyebutkan keadaan kaum musyrik dalam kehidupan di dunia dan apa yang bakal mereka peroleh di negeri akhirat, disebabkan mereka menjadikan tandingan-tandingan dan saingan-saingan serta sekutu-sekutu yang mereka sembah bersama Allah, dan mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah.
Padahal kenyataannya Allah adalah Tuhan yang tiada yang wajib disembah selain Dia. Tiada lawan, tiada tandingan, dan tiada sekutu bagi-Nya. Di dalam hadits Shahihain disebutkan dari Abdullah ibnu Mas'ud yang menceritakan hadits berikut: Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar?" Rasulullah ﷺ menjawab, "Bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang menciptakan kamu."
Firman Allah ﷻ: “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.” (Al-Baqarah: 165) Demikian itu karena mereka cinta kepada Allah, makrifat kepada-Nya, mengagungkan-Nya, serta mengesakan-Nya; dan mereka sama sekali tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, melainkan hanya menyembah-Nya semata dan bertawakal kepada-Nya serta mengembalikan semua urusan mereka kepada-Nya.
Kemudian Allah ﷻ mengancam orang-orang yang mempersekutukan diri-Nya, yang menzalimi diri mereka sendiri. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya.” (Al-Baqarah: 165) Sebagian Mufassirin (ahli tafsir) mengatakan bahwa makna ayat ini ialah, "Seandainya mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri siksaan tersebut, niscaya mereka mengetahui saat itu bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya."Dengan kata lain, hanya Dia sematalah yang berhak menghukumi, tiada sekutu baginya; dan bahwa segala sesuatu itu berada di bawah keperkasaan-Nya, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya.
“Dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya.” (Al-Baqarah: 165) Seperti yang diungkapkan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya: “Maka pada hari itu tiada seorang pun yang menyiksa seperti siksa-Nya dan tiada seorang pun yang membelenggu seperti belenggu-Nya.” (Al-Fajr: 25-26) Allah berfirman, "Seandainya mereka mengetahui apa yang bakal mereka alami di akhirat nanti dan mengetahui apa yang bakal menimpa mereka, yaitu siksaan yang mengerikan lagi sangat besar karena perbuatan syirik dan keingkaran mereka, niscaya mereka akan bertobat dari kesesatannya."
Ayat 166
Kemudian Allah ﷻ memberitahukan tentang protes berhala-berhala sesembahan mereka terhadap diri mereka dan orang-orang yang diikuti berlepas diri dari perbuatan yang dilakukan oleh para pengikutnya. Untuk itu Allah ﷻ berfirman: “(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya.” (Al-Baqarah: 166) Yakni para malaikat yang mereka jadikan sebagai sesembahan mereka ketika di dunia berlepas diri dari perbuatan mereka, dan para malaikat mengatakan seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: “Kami menyatakan berlepas diri (dari mereka) kepada Engkau, mereka sekali-kali tidak menyembah kami.” (Al-Qashash: 63)
Mereka mengatakan pula seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Malaikat-malaikat itu menjawab, ‘Maha Suci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu’." (Saba': 41)
Jin pun berlepas diri dari perbuatan mereka serta memprotes penyembahan orang-orang musyrik terhadap diri mereka, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya: “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) doa mereka? Dan apabila mereka dihimpunkan (pada hari kiamat), niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaan-pemujaan mereka.” (Al-Ahqaf: 5-6)
“Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung mereka. Sekali-kali tidak demikian. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu akan menjadi musuh bagi mereka.” (Maryam: 81-82)
Nabi Ibrahim Al-Khalil pernah berkata kepada kaumnya yang disitir oleh firman-Nya: “Sesungguhnya berhala-berhala yang kalian sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara kalian dalam kehidupan dunia ini, kemudian di hari kiamat sebagian kalian mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kalian melaknati sebagian (yang lain); dan tempat kembali kalian ialah neraka, dan sekali-kali tak ada bagi kalian para penolong pun.” (Al-'Ankabut 25)
Dan Allah ﷻ telah berfirman: Dan (alangkah dahsyatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zalim itu dihadapkan kepada Tuhannya, sebagian dari mereka saling menyalahka sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "Kalau tidak karena kalian, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman." Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, "Apakah kami yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? (Tidak), sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa." Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri, "(Tidak), sebenarnya tipu daya kalian di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya." Kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu-belenggu di leher orang-orang yang kafir. Mereka tidak dibalas kecuali dengan apa yang telah mereka kerjakan. (Saba': 31-33)
Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikan, "Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian janji yang benar; dan aku pun telah menjanjikan kepada kalian, tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadap kalian melainkan (sekadar) aku menyeru kalian, lalu kalian mematuhi seruanku. Oleh sebab itu, janganlah kalian mencerca aku, tetapi cercalah diri kalian sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolong kalian, dan kalian pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatan kalian mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat azab yang pedih." (Ibrahim: 22)
Adapun firman Allah ﷻ: “Dan mereka melihat siksa dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (Al-Baqarah: 166) Yakni mereka melihat azab Allah dan terputuslah semua jalan untuk selamat, serta mereka tidak menjumpai suatu jalan keluar pun yang dapat menghindarkan dan memalingkan mereka dari neraka.
‘Atha’ meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan maksud firman-Nya: “Dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali.” (Al-Baqarah: 166) Yang dimaksud dengan asbab ialah hubungan intim dan kasih sayang.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Mujahid di dalam riwayat yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Nujaih.
Ayat 167
Firman Allah ﷻ: "Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, ‘Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka sekarang berlepas diri dari kami’." (Al-Baqarah: 167) Yakni seandainya kami dapat kembali lagi ke kehidupan di dunia, pastilah kami akan berlepas diri dari mereka dan tidak akan menyembah mereka dan kami tidak akan menoleh mereka barang sedikit pun, melainkan kami hanya akan mengesakan Allah dengan menyembah-Nya semata.
Akan tetapi, sebenarnya mereka berdusta dalam pengakuannya itu; dan bahkan seandainya mereka dikembalikan lagi ke dunia, niscaya mereka akan kembali melakukan hal-hal yang dilarang mereka melakukannya, karena sesungguhnya mereka itu benar-benar berdusta, seperti yang diberitakan oleh Allah ﷻ tentang kedustaan mereka dalam hal ini. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan: “Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka.” (Al-Baqarah: 167) Yakni amalan mereka lenyap dan hilang, sebagaimana yang diungkapkan Allah dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: “Dan Kami hadapkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan.” (Al-Furqan: 23)
“Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.” (Ibrahim: 18), hingga akhir ayat.
“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga.” (An-Nur: 39), hingga akhir ayat.
Karena itulah maka dalam akhir ayat disebutkan: “Dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (Al-Baqarah: 167)"
Dan karena dahsyatnya siksa Allah yang mereka saksikan, orangorang yang mengikuti berkhayal dan berkata, Sekiranya kami mendapat kesempatan kembali ke dunia, tentu kami akan berlepas tangan dari mereka; kami tidak akan mengikuti mereka sebagaimana pada hari ini mereka berlepas tangan dari kami dan tidak bertanggung jawab atas ajakan dan tipu daya mereka kepada kami. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka seluruh amal perbuatan mereka, membiarkan mereka larut di dalamnya. Perbuatan itulah yang menjadi sebab penyesalan mereka di akhirat, penyesalan yang sama sekali tidak berguna. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka; mereka kekal dan abadi di dalamnya. Wahai manusia! Makanlah dari makanan yang halal, yaitu yang tidak haram, baik zatnya maupun cara memperolehnya. Dan selain halal, makanan juga harus yang baik, yaitu yang sehat, aman, dan tidak berlebihan. Makanan dimaksud adalah yang terdapat di bumi yang diciptakan Allah untuk seluruh umat manusia, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan yang selalu merayu manusia agar memenuhi kebutuhan jasmaninya walaupun dengan cara yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah. Waspadailah usaha setan yang selalu berusaha menjerumuskan manusia dengan segala tipu dayanya. Allah mengingatkan bahwa sungguh setan itu musuh yang nyata bagimu, wahai manusia.
Pada saat menerima azab di akhirat mereka melihat sesembahan yang mereka sembah selagi di dunia, berlepas diri dari mereka dan menyatakan tidak bertanggung jawab atas kesesatan dan kekeliruan mereka dalam menyembah selain Allah. Karena itu mereka mengharap-harap kiranya mereka diberi kesempatan hidup kembali di dunia, agar mereka dapat menyembah Allah saja dan berlepas diri dari berhala serta pemimpin-pemimpin yang mereka sembah dahulu. Dengan demikian mereka tidak akan mengalami kepahitan dan kegetiran seperti yang mereka alami itu. Tetapi harapan itu sia-sia belaka karena nasi telah menjadi bubur. Mereka akan tetap berada dalam neraka dan tidak dapat keluar lagi dari sana, baik untuk kembali ke dunia guna memperbaiki akidah dan amalnya, ataupun untuk masuk ke surga, karena pintu surga tertutup bagi orang-orang musyrik.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
DI ANTARA PENGIKUT DAN YANG DIIKUT
Ayat yang telah lalu menyatakan dasar untuk mengenal Allah dan menanamkan ruh tauhid di dalam hati sanubari. Mengenal Allah dari bekas perbuatan-Nya. Apabila renungan terhadap alam telah mendalam, tidaklah mungkin akan ada perasaan bahwa yang lain bersekutu dengan Allah. Maka, sekarang datanglah lanjutan ayat menerangkan dari hal manusia yang tidak mengerti tauhid itu lalu mempersekutukan yang lain dengan Allah.
Ayat 165
“Dan setengah dari manusia ada yang mengambil yang selain Allah menjadi tandingan-tandingan, yang Mereka cintai mereka itu sebagaimana mencintai Allah."
Di dalam ayat disebut, tandingan-tandingan itu dengan kata andadan dari kata mufrad niddun. Kita pilih Artinya, dalam bahasa kita ‘tandingan-tandingan' karena maksud kita andadan itu amat luas. Bukan saja dengan andadan itu orang mempersekutukan Allah dengan memuja dan menyembah, malahan lebih luas. Misalnya ada perintah lain atau undang-undang lain yang lebih dipentingkan daripada perintah atau undang-undang Allah maka yang lain itu telah menjadi andadan. Mereka cintai yang lain itu sebagaimana mencintai Allah. Lantaran itu, cinta mereka telah terbagi. Kalau cinta telah terbagi, bukanlah tauhid lagi namanya. Lantaran tauhid tidak ada lagi, niscaya iman telah retak pula.
“Namun, orang-orang yang beriman, terlebih cintalah mereka akan Allah." Meskipun orang yang beriman itu mencintai yang lain juga, tetapi cintanya kepada yang lain itu tidak lain hanyalah karena didorong oleh cintanya kepada Allah. Misalnya mereka mencintai tanah air. Mereka mencintai tanah air sebab tanah airnya itu adalah pemberian Allah. Mereka mencintai anak istri, harta benda, dan lain-lain, karena semuanya itu dipandang sebagai amanah Allah yang tidak boleh disia-siakan. Oleh sebab itu, jika ditilik cinta mereka, nyatalah bahwa cinta itu hanya satu jua, tidak terbagi.
Lantaran itu, jelaslah betapa hebatnya ujian bagi tauhid itu pada setiap waktu. Kepentingan-kepentingan lain bisa saja menarik kita dengan tidak kita sadari sehingga berangsur-angsur keluar dari garis tauhid,
“Padahal kalau mengertilah orang-orang yang zalim itu, seketika Mereka melihat adzab, bahwasanya kekuatan adalah pada Allah, dan bahwasanya Allah adalah sangat pedih siksa-Nya."
Kalau mengertilah orang yang zalim itu bahwa kelak di akhirat akan ternyata bahwa segala tandingan-tandingan itu tidak ada kekuatannya sama sekali, walaupun apa macamnya dan siapa pun orangnya, niscaya dari masa hidup di dunia ini mereka tidak akan mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah. Lantaran dengan tandingan-tandingan itu mereka telah musyrik, niscaya adzab yang pedihlah yang akan mereka rasai waktu itu dan tidak ada satu pun tandingan itu yang dapat menolong. Itulah sebabnya, orang yang memecah cinta itu disebutkan zalim, aniaya. Menganiaya diri sendiri jauh lebih kejam daripada menganiaya orang lain. Sebagai pepatah orang tua-tua, orang yang zalim kepada dirinya sendiri itu disebut “diraut ranjau, dihamburi". Sebagian besar orang menjadi zalim kepada dirinya sendiri adalah karena menuruti ajakan orang lain. Mereka itu telah kehilangan per-imbangan pribadi. Mereka turut-turutan, mereka hanya taklid, menurut dengan tidak memakai pertimbangan diri sendiri kepada pendapat dan ajakan orang lain itu sehingga perimbangan akal budi menjadi hilang. Kita telah lihat ayat-ayat yang tersebut terlebih dahulu, yakni untuk mengetahui adanya Allah pakailah akal sendiri merenungi alam. Kalau akal telah mendapat adanya Allah, mengapa seterusnya akal itu hanya diserahkan kepada orang lain, tidak menurut peraturan Allah?
Kemudian, sambungan ayat,
Ayat 166
“(Yaitu) tatkala melepaskan diri orang-orang yang diikut daripada orang-orang yang mengikut."
Demikianlah di akhirat kelak. Orang yang hanya beriman ikut-ikutan sehingga mencari tandingan Allah dengan yang lain, yang zalim atas dirinya, ketika ditanya, mengapa mereka memilih jalan yang lain selain yang ditentukan Allah? Mereka akan menjawab, “Sebab kami mengikut kepada si fulan dan kepada guru anu. Dialah yang telah menyesatkan kami!" Tetapi orang-orang yang diikuti itu berlepas diri sebab mereka pun sedang menghadapi perkara mereka pula dengan Allah. Yang diikuti memang salah dan kesalahannya itu akan mereka pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Akan tetapi, yang mengikut salah pula sebab mereka tidak memakai akal sendiri.
“Dan mereka lihatlah adzab, dan putuslah dengan mereka segala harapan."
Adzab pun berdiri di hadapan mata; tempat mengelak yang lain tidak ada. Segala harapan telah putus, hukuman mesti dijalani. Maka, timbullah sesal, niscaya kami akan beramal yang baik, kami akan mengubah hidup kami dan membetulkan kembali jalan kami, dan memilih apa yang disukai oleh Allah, tidak akan kami tandingkan lagi Allah dengan yang lain. Maka, kalau kami diberi kesempatan lagi kembali ke dunia dan bertemu kami kembali dengan orang-orang yang diikuti itu."Maka, kami pun akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka telah berlepas diri dari kami." Wahai! Itu semuanya hanya penyesalan. Masakan setelah tiba di akhirat akan dibolehkan lagi kembali kepada masa lampau.
Ayat 167
“Dan berkatalah orang-orang yang mengikut itu, ‘Kalau sekiranya ada bagi kami (kesempatan) kembali ke dunia.'"
“Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka akan amal-amal mereka yang membawa keluhan-keluhan (penyesalan) atas mereka." Karena siksaan yang mereka terima tidaklah ada yang di luar dari keadilan. Itulah sebabnya, penyesalan itu semua hanya bersifat keluhan. Di waktu itu kelak tidak dapat diperbaiki lagi.
“Dan sekali-kali tidaklah mereka akan keluar dari neraka."
Sebab itu, masa buat memperbaiki diri bukanlah pada waktu itu, melainkan di masa sekarang ini, sedang kesempatan masih ada.
Dengan ayat ini jelaslah bahwasanya pimpinan yang diikut selain dari pimpinan Allah atau pemuka-pemuka yang menentukan pula peraturan halal dan haram, lain dari peraturan Allah, dan diikut pula peraturan itu menyerupai mengikut peraturan Allah, sudahlah menjadikan pemuka itu tandingan-tan-dingan Allah, sudahlah mempersekutukan mereka itu dengan Allah. Lantaran itu, mempersekutukan atau mengadakan tandingan-tandingan itu bukanlah semata-mata menyembah-nyembah dan memuja-muja saja, melainkan kalau pemimpin atau pemuka-pemuka membuat peraturan lalu peraturan mereka lebih diutamakan dari peraturan Allah maka terhitunglah orang yang mengikuti itu dalam lingkungan musyrik, mempersekutukan pemuka-pemuka itu dengan Allah.