Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
لِمَن
bagi/terhadap orang
يُقۡتَلُ
terbunuh
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
أَمۡوَٰتُۢۚ
mati
بَلۡ
bahkan/tetapi
أَحۡيَآءٞ
hidup
وَلَٰكِن
akan tetapi
لَّا
tidak
تَشۡعُرُونَ
kamu menyadari
وَلَا
dan jangan
تَقُولُواْ
kamu mengatakan
لِمَن
bagi/terhadap orang
يُقۡتَلُ
terbunuh
فِي
di
سَبِيلِ
jalan
ٱللَّهِ
Allah
أَمۡوَٰتُۢۚ
mati
بَلۡ
bahkan/tetapi
أَحۡيَآءٞ
hidup
وَلَٰكِن
akan tetapi
لَّا
tidak
تَشۡعُرُونَ
kamu menyadari
Terjemahan
Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.
Tafsir
(Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh di jalan Allah) bahwa mereka itu (mati, tetapi) mereka itu (masih hidup) di mana roh-roh mereka bersemayam dalam jiwa burung-burung hijau terbang bebas di dalam surga ke mana saja mereka kehendaki. Demikian menurut suatu hadis, (hanya kamu tidak menyadarinya) artinya mengetahui mereka.
Tafsir Surat Al-Baqarah: 153-154
Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kalian tidak menyadarinya.
Ayat 153
Setelah Allah ﷻ menerangkan perintah untuk bersyukur kepada-Nya, maka melalui ayat ini Dia menjelaskan perihal sabar dan hikmah yang terkandung di dalam masalah menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong serta pembimbing. Karena sesungguhnya seorang hamba itu adakalanya berada dalam kenikmatan, lalu ia mensyukurinya; atau berada dalam cobaan, lalu ia bersabar menanggungnya.
Sebagaimana yang disebutkan oleh sebuah hadits yang mengatakan: “Mengagumkan keadaan orang mukmin itu. Tidak sekali-kali Allah menetapkan suatu ketetapan baginya, melainkan hal itu baik belaka baginya. Jika dia mendapat kesenangan, maka bersyukurlah dia dan ini adalah lebih baik baginya; dan jika dia tertimpa kesengsaraan, maka bersabarlah dia dan ini adalah lebih baik baginya.”
Allah ﷻ menjelaskan bahwa sarana yang paling baik untuk menanggung segala macam cobaan ialah dengan sikap sabar dan banyak shalat, seperti yang dijelaskan di dalam firman-Nya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.” (Al-Baqarah: 45)
Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa: Rasulullah ﷺ apabila mendapat suatu cobaan, maka beliau mengerjakan shalat. Sabar itu ada dua macam, yaitu sabar dalam meninggalkan hal-hal yang diharamkan dan dosa-dosa, serta sabar dalam mengerjakan ketaatan dan amal-amal taqarrub. Jenis yang kedua inilah yang lebih utama, mengingat ia adalah tujuan utama.
Adapun jenis sabar lainnya yaitu sabar dalam menanggung berbagai macam musibah dan cobaan, jenis ini pun hukumnya wajib; perihalnya sama dengan istigfar (memohon ampun) dari segala macam cela.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa sabar itu ada dua macam, yaitu: “Sabar karena Allah dalam mengerjakan hal-hal yang disukai oleh Allah, sekalipun berat terasa oleh jiwa dan raga; dan sabar karena Allah dalam meninggalkan hal-hal yang dibenci oleh-Nya, sekalipun bertentangan dengan kehendak hawa nafsu sendiri.” Barang siapa yang demikian keadaannya, maka dia termasuk orang-orang yang sabar, yaitu mereka yang beroleh keselamatan. Insya Allah.
Ali ibnul Husain Zainul Abidin mengatakan, apabila Allah menghimpun semua manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, maka terdengarlah suara seruan, "Di manakah orang-orang sabar? Hendaklah mereka masuk ke surga sebelum ada hisab (tanpa hisab)!" Maka bangkitlah segolongan manusia, lalu mereka berjumpa dengan para malaikat yang bertanya kepada mereka, "Hendak ke manakah kalian, wahai anak Adam?" Mereka menjawab, "Ke surga." Para malaikat bertanya, "Sebelum ada hisab?" Mereka menjawab, "Ya." Para malaikat bertanya, "Siapakah kalian?" Mereka menjawab, "Kami adalah orang-orang yang sabar." Para malaikat bertanya, "Apakah sabar kalian?" Mereka menjawab, "Kami sabar dalam mengerjakan taat kepada Allah dan sabar dalam meninggalkan maksiat terhadap Allah, hingga Allah mewafatkan kami." Para malaikat berkata, "Kalian memang seperti apa yang kalian katakan, sekarang masuklah kalian semua ke dalam surga, maka sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal adalah kalian."
Menurut kami, hal ini dapat dibuktikan dengan nas firman Allah ﷻ yang mengatakan: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang diberikankan pahala mereka tanpa hisab (batas).” (Az-Zumar: 10)
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa sabar itu merupakan pengakuan seorang hamba kepada Allah atas apa yang menimpanya, dan ia jalani hal ini dengan penuh ketabahan karena mengharapkan pahala yang ada di sisi-Nya. Adakalanya seorang lelaki itu berkeluh kesah, tetapi dia tabah dan tiada yang kelihatan dari dirinya melainkan hanya kesabaran semata.
Ayat 154
Firman Allah ﷻ: “Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu. hidup.” (Al-Baqarah: 154)
Melalui ayat ini Allah ﷻ memberitahukan bahwa orang-orang yang mati syahid di alam barzakhnya dalam keadaan hidup, mereka diberi rezeki oleh Allah; seperti yang disebutkan di dalam hadits shahih Muslim, bahwa arwah para syuhada itu berada di dalam perut burung-burung hijau yang terbang di dalam surga ke mana saja yang mereka kehendaki. Kemudian burung-burung itu hinggap di lentera-lentera yang bergantung di bawah 'Arasy. Kemudian Tuhanmu menjenguk mereka, dalam sekali jengukan-Nya Dia berfirman, "Apakah yang kalian inginkan?" Mereka menjawab, "Wahai Tuhan kami, apa lagi yang kami inginkan, sedangkan Engkau telah memberi kami segala sesuatu yang belum pernah Engkau berikan kepada seorang pun di antara makhluk-Mu?" Kemudian Allah mengulangi hal itu terhadap mereka. Manakala mereka didesak terus dan tidak ada jalan lain kecuali mengemukakan permintaannya, akhirnya mereka berkata, "Kami menginginkan agar Engkau mengembalikan kami ke dalam kehidupan di dunia, lalu kami akan berperang lagi di jalan-Mu hingga kami gugur lagi karena membela Engkau," mengingat mereka telah merasakan nikmat pahala dari mati syahid yang tak terperikan itu. Maka Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku telah memastikan bahwa mereka tidak dapat kembali lagi ke dunia (sesudah mereka mati)."
Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad: dari Imam Syafii, dari Imam Malik, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ib'nu Malik, dari ayahnya yang menceritakan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Roh orang mukmin itu merupakan burung yang hinggap di pepohonan surga, hingga Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari dia dibangkitkan.”
Di dalam hadits ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa hal tersebut menyangkut semua orang mukmin lainnya, hanya saja arwah para syuhada secara khusus disebutkan di dalam Al-Qur'an sebagai penghormatan buat mereka dan memuliakan serta mengagungkan derajat mereka.
Di antara cobaan yang dihadapi orang mukmin dalam mempertahankan keimanan mereka adalah berperang melawan kaum kafir. Dan jangan-lah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah, mereka telah mati. Sebenarnya mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadari-nya. Mereka hidup di alam yang lain. Mereka mendapat kenikmatan yang demikian besar dari Allah.
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buahbuahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna' lilla'hi wa inna' ilaihi ra'ji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
.
Mempertahankan agama Islam suatu perjuangan. Setiap perjuangan akan meminta pengorbanan. Akan ada yang kehilangan harta benda atau keluarga dan akan ada yang gugur di medan perang dan sebagainya.
Mereka yang gugur di medan perang adalah syuhada di jalan Allah. Mereka itu menduduki tempat yang amat mulia. Maka janganlah dikira bahwa mereka itu mati, tetapi mereka itu hidup di alam lain. Hanya saja manusia tidak menyadari kehidupan mereka itu dan tidak mengetahui hakikatnya. Mereka hidup dalam alam gaib di mana arwah para syuhada diistimewakan dari arwah manusia lainnya. Semangat dan cita-cita perjuangan mereka itu akan dilanjutkan oleh generasi-generasi sesudahnya sehingga akan tetap hidup selama-lamanya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
MENGHADAPI PERCOBAAN HIDUP
Ayat 153
“Wahai, orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sesungguhnya, Allah beserta orang-orang yang sabar."
Maksud ini adalah maksud yang besar. Suatu cita-cita yang tinggi. Menegakkan kalimat Allah, memancarkan tonggak tauhid dalam alam, membanteras perhambaan diri kepada yang selain Allah. Apabila langkah ini telah dimulai, halangannya pasti banyak, jalannya pasti sukar. Bertambah mulia dan tinggi yang dituju, bertambah sukarlah dihadapi. Oleh sebab itu, dia meminta semangat baja, hati yang teguh, dan pengorbanan-pengorbanan yang tidak mengenal lelah.
Segala urusan dunia ini adalah kecil belaka. Kesulitan yang aku hadapi pun soal kecil saja bagi Allah. Aku pun akan memandangnya kesulitan yang kecil saja. Aku memandangnya soal besar sebab aku tidak insaf bahwa jiwaku kecil. Aku gelisah lantaran kesulitan. Aku mesti mencari di mana sebabnya, kemudian ketahuanlah sebabnya, yaitu ada sesuatu selain Allah yang mengikat hatiku. Mungkin harta benda, mungkin kemegahan dunia, mungkin pangkat dan kedudukan, dan mungkin juga yang lain. Sehingga aku lupa sama sekali tujuan hidupku yang sebenarnya, yaitu Allah dengan keridhaan-Nya, sebab itu aku mesti shalat.
Maka, apabila ketenangan telah diperteguh dengan shalat, kemenangan pastilah datang. Sabar dan shalat, keduanya mesti sejalan. Apabila kedua resep ini telah dipakai dengan setia dan yakin, kita akan merasa bahwa kian lama hijab (dinding) kian terbuka. Berangsur-angsur jiwa kita terlepas dari belenggu kesulitan itu sebab Allah telah berdaulat dalam hati kita. Waktu itu pun baru kita ketahui bahwa kita terjatuh ke dalam kesulitan tadi ialah karena pengaruh yang lain telah masuk ke jiwa, terutama setan, yang ingin sekali kita hancur. Maka, berangsurlah naik sari cahaya iman kepada wajah. Barulah berarti kembali segala ayat-ayat yang kita baca, sampai huruf-huruf dan baris serta titiknya. Kita telah kuat kembali dan kita telah tegak. Kita telah mendapat satu kekayaan, yang langit dan bumi pun tidak seimbang buat menilai harganya. Di sinilah terasa ujung ayat,
“Sesungguhnya, Allah adalah beserta orang-orang yang sabar."
Apakah yang engkau takutkan kepada hidup ini kalau Allah telah menjamin bahwa Dia ada beserta engkau?
Maka, datanglah sambungan ayat,
Ayat 154
“Dan janganlah kamu katakan terhadap orang yang terbunuh pada jalan Allah bahwa Mereka mati. Bahkan Mereka hidup, akan tetapi kamu tidak merasa."
Dengan ayat ini, kemenangan jiwa karena sabar dan shalat tadi diberi lagi pengharapan baru. Pengharapan yang langsung diberi Allah. Jangan takut dan jangan gelisah jika terbunuh atau mati karena menegakkan jalan Allah, karena yakin bahwa yang ditempuh adalah jalan yang benar, jangan gelisah. Sebab, orang yang mati pada menjalani jalan Allah itu bukanlah mati, tetapi hidup terus. Cuma kamu juga yang tidak merasa. Akan tetapi, kalau kamu pelajari dengan saksama, akhirnya kamu pun akan merasakan bahwa mereka masih hidup, hidup terus.
Bermacam tafsir ahli tafsir tentang makna hidupnya orang yang terbunuh atau menjadi korban dari menegakkan jalan Allah itu.
Kata setengahnya, walaupun badannya telah hancur dalam kubur, namanya tetap hidup. Namanya itu memberikan ilham atau inspirasi kepada pejuang yang meneruskan citanya. Kata setengahnya pula, badannya yang mati, tetapi pikiran dan citanya terus hidup. Karena apalah arti hidup kalau bukan karena cita-cita? Jasmaninya hilang, tetapi isi citanya terus hidup dan dilanjutkan oleh yang datang di belakang. Ada pula yang menafsirkan bahwa ruh manusia itu pun mempunyai bentuk halus serupa dengan bentuk tubuhnya. Maka, jika tubuh telah hancur, ruh itu tetap ada dalam kehidupannya yang menyerupai ether. Maka, bentuk ruh yang bersifat ether itu tidak berubah, tidak berganti-ganti, dan tidak musnah. Sedang tubuh kasar manusia, walaupun sebelum dia mati, tetap berganti dan berubah.
Dalam satu hadits riwayat Muslim ada pula mengatakan bahwa ruh orang orang yang syahid itu diletakkan dalam tenggorokan burung yang hijau dalam surga, Artinya, dipelihara baik-baik.
Demikianlah bunyi penafsiran. Akan tetapi, apabila kita berpegang teguh dengan madzhab Salaf, tidaklah layak kita menetapkan salah satu dari tafsir itu. Kita bahkan langsung memegang apa yang dikatakan Al-Qur'an bahwa orang yang terbunuh pada jalan Allah tidaklah mati, tetapi hidup. Malahan di ayat lain, yaitu surah Aali ‘Imraan: 160, ditegaskan lagi bahwa mereka terus diberi rezeki.
Bagaimana hidupnya? Di mana dia sekarang? Bagaimana pula macam rezekinya? Tidaklah dapat kita ketahui, tetapi kita percaya.
Ahli-ahli tasawuf mencoba juga memecahkan soal ini dengan jalan ridha. Imam Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menerangkan pengalaman seorang ayah yang saleh yang anaknya mati syahid dalam satu peperangan. Pada suatu hari, dia mengalami, putranya itu datang dan singgah ke rumahnya dalam keadaan dia setengah bermimpi. Ayahnya bertanya mengapa pulang? Anak itu menjawab bahwa dia hanya singgah sebentar ke rumah menziarahi ayahnya sebab dia beberapa teman syuhada turun ke dunia kita ini karena ikut bersama-sama menshalatkan jenazah Khalifah Umar bin Abdul Aziz dan akan segera kembali ke alamnya. Ibnul Qayyim banyak juga menceritakan hal-hal serupa ini dalam kitabnya yang bernama al-Arwah.
Pendeknya, hal yang begitu telah termasuk alam lain, yang kita percayai. Tentang bagaimana keadaan yang sebenarnya, apakah di dekat kita ini penuh dengan ruh-ruh syuhada atau ether, ruh orang mati syahid, kita tidak tahu karena hidup kita yang sekarang ini masih terkongkong oleh alam syahadah, alam nyata.
Kemudian, itu, Allah teruskan lagi peringatan-Nya kepada kaum Mukmin,
Ayat 155
“Dan sesungguhnya akan Kami beri kamu percobaan dengan sesuatu."
Dengan sesuatu, yaitu dengan aneka warna “dari ketakutan", yaitu ancaman-ancaman musuh atau bahaya penyakit dan se-bagainya, sehingga timbul selalu rasa cemas dan selalu terasa ada ancaman. Yang berlaku di zaman Nabi ialah ancaman orang musyrik dari Kota Mekah, ancaman kabilah-kabilah Arab dari luar Kota Madinah yang selalu bermaksud hendak menyerang Madinah, ancaman fitnah orang Yahudi yang selalu mengintai kesempatan dan ancaman orang munafik, dan ancaman bangsa Rum yang berkuasa di utara waktu itu."Dan kelaparan", termasuk kemiskinan, sehingga persediaan makanan sangat berkurang."Dan kekurangan dari harta benda", sebab umumnya sahabat-sahabat Rasulullah yang pindah dari Mekah ke Madinah itu hanya batang tubuhnya saja yang keluar dari sana; harta benda tidak bisa dibawa; “dan jiwa-jiwa", ada yang kematian keluarga, anak dan istri, dan bapak, sehingga hidup melarat terpencil kehilangan keluarga di tempat kediaman yang baru; “dan buah-buahan", karena tidak lagi mempunyai kebun-kebun yang luas, terutama pohon kurma, yang menjadi makanan pokok pada masa itu. Semuanya itu akan kamu derita!
Demikian firman Allah. Akan tetapi, derita itu tidak lain ialah karena menegakkan cita-cita.
“Dan berilah kabar yang menyukakan kepada orang-orangyang sabar."
Di ayat ini diulangi lagi bahaya-bahaya, percobaan, dan derita yang akan mereka tempuh. Disebut pahitnya sebelum manisnya. Orang yang akan menempuh derita itu hendaklah sabar. Hanya dengan sabar semuanya itu akan dapat diatasi. Karena kehidupan itu tidaklah membeku demikian saja.
Ayat 156
“(Yaitu) orang-orang yang apabila menimpa kepada mereka suatu musibah, mereka berkata, ‘Sesungguhnya, kita ini dari Allah, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kita semua akan kembali.
Ucapan yang begini mendalam tidaklah akan keluar dari dalam lubuk hati kalau tidak menempuh latihan.
Kabar kesukaan apakah yang dijanjikan buat mereka?
Ayat 157
“Mereka itu akan dikaruniakan atas mereka anugerah-anugerah dari Tuhan mereka, dan rahmat"
Inilah kabar kesukaan untuk mereka. Pertama, mereka akan diberi karunia anugerah: dalam bahasa aslinya shalawat, dari kata shalat. Kalau kita makhluk ini yang mengerjakan shalat terhadap Allah, Artinya, telah berdoa dan shalat. Kalau kita mengucapkan shalawat kepada Rasul, ialah memohon kepada Allah agar Nabi kita Muhammad ﷺ diberi karunia dan kemuliaan. Namun, kalau Allah yang memberikan shalawat-Nya kepada kita, Artinya, ialah anugerah perlindungan-Nya. Kemudian, itu menyusul rahmat, yaitu kasih sayang.
“Dan mereka itulah orang-orang yang akan mendapat petunjuk."
Maka, dengan ketabahan hati menghadapi lalu mengatasi kesukaran dan kesulitan serta derita, untuk menempuh penderitaan lain, perlindungan Allah datang, rahmat-Nya meliputi dan petunjuk pun diberikan, jiwa bertambah lama bertambah teguh karena sudah senantiasa digembleng dan disaring oleh zaman.