Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
كَرَّمۡنَا
Kami telah memuliakan
بَنِيٓ
anak
ءَادَمَ
Adam
وَحَمَلۡنَٰهُمۡ
dan Kami bawa/angkut mereka
فِي
di
ٱلۡبَرِّ
daratan
وَٱلۡبَحۡرِ
dan lautan
وَرَزَقۡنَٰهُم
dan Kami beri rezeki mereka
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ
dan Kami lebihkan mereka
عَلَىٰ
atas
كَثِيرٖ
kebanyakan
مِّمَّنۡ
dari orang (makhluk)
خَلَقۡنَا
Kami telah ciptakan
تَفۡضِيلٗا
kelebihan
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
كَرَّمۡنَا
Kami telah memuliakan
بَنِيٓ
anak
ءَادَمَ
Adam
وَحَمَلۡنَٰهُمۡ
dan Kami bawa/angkut mereka
فِي
di
ٱلۡبَرِّ
daratan
وَٱلۡبَحۡرِ
dan lautan
وَرَزَقۡنَٰهُم
dan Kami beri rezeki mereka
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ
dan Kami lebihkan mereka
عَلَىٰ
atas
كَثِيرٖ
kebanyakan
مِّمَّنۡ
dari orang (makhluk)
خَلَقۡنَا
Kami telah ciptakan
تَفۡضِيلٗا
kelebihan
Terjemahan
Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.
Tafsir
(Dan sesungguhnya telah Kami muliakan) Kami utamakan (anak-anak Adam) dengan pengetahuan, akal, bentuk yang paling baik, setelah wafat jenazahnya dianggap suci dan lain sebagainya (dan Kami angkut mereka di daratan) dengan menaiki kendaraan (dan di lautan) dengan menaiki perahu-perahu (dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan) seperti hewan-hewan ternak dan hewan-hewan liar (dengan kelebihan yang sempurna.) Lafal man di sini bermakna maa; atau makna yang dimaksudnya menurut bab yang berlaku padanya. Maknanya menyangkut juga para malaikat; sedangkan makna yang dimaksud adalah pengutamaan jenisnya, dan tidak mesti semua individu manusia itu lebih utama dari malaikat karena mereka lebih utama daripada manusia yang selain para nabi.
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. Allah ﷻ menyebutkan tentang penghormatan-Nya kepada Bani Adam dan kemuliaan yang diberikan-Nya kepada mereka, bahwa Dia telah menciptakan mereka dalam bentuk yang paling baik dan paling sempurna di antara makhluk lainnya. Dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya: sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At-Tin: 4) Yakni manusia berjalan pada dua kakinya dengan tegak dan makan dengan tangannya, sedangkan makhluk lainnya ada yang berjalan dengan keempat kakinya dan makan dengan mulutnya.
Dan Allah menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagi manusia, yang dengan kesemuanya itu manusia dapat mengerti dan memperoleh banyak manfaat. Berkat hal itu manusia dapat membedakan di antara segala sesuatu dan dapat mengenal kegunaan, manfaat, serta bahayanya bagi urusan agama dan duniawinya. Kami angkut mereka di daratan. (Al-Isra: 70) Yakni dengan memakai hewan kendaraan seperti unta, kuda, dan begal; sedangkan di lautan dengan perahu dan kapal laut.
Kami beri mereka rezeki yang baik-baik. (Al-Isra: 70) Yaitu berupa hasil tanam-tanaman, buah-buahan, juga daging dan susu serta berbagai jenis makanan lainnya yang beraneka ragam serta lezat dan bergizi. Kami berikan pula kepada mereka penampilan yang baik serta pakaian-pakaian yang beraneka ragam jenis dan warna serta modelnya yang mereka buat sendiri untuk diri mereka, juga yang didatangkan oleh orang lain kepada mereka dari berbagai penjuru dunia.
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Isra: 70) Manusia lebih utama daripada makhluk hidup lainnya, juga lebih utama daripada semua jenis makhluk. Ayat ini dapat dijadikan sebagai dalil yang menunjukkan keutamaan jenis manusia di atas jenis malaikat. Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam yang mengatakan bahwa para malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan kepada Nabi Adam dunia.
Mereka dapat makan dari sebagian hasilnya dan bersenang-senang dengannya, sedangkan Engkau tidak memberikannya kepada kami. Maka berikanlah kepada kami Akhirat." Allah ﷻ menjawab melalui firman-Nya, "Demi kebesaran dan keagungan-Ku, Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua tangan (kekusaan)-Ku sendiri seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), maka jadilah dia." Ditinjau dari jalur ini, hadis ini berpredikat mursal, tetapi hadis ini telah diriwayatkan pula dari jalur yang lain secara muttasil. Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Sadaqah Al-Bagdadi, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Kharijah Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Muhammad Abu Gassan Muhammad ibnu Mutarrif, dari Safwan ibnu Sulaim, dari Ata ibnu Yasar, dari Abdullah ibnu Amr dari Nabi ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah memberikan dunia kepada anak Adam; mereka dapat makan, minum dan berpakaian di dalamnya.
Sedangkan kami hanya bertasbih dengan memuji-Mu, tanpa makan, minum, dan bersenang-senang. Maka sebagaimana Engkau berikan dunia kepada mereka, maka berikanlah akhirat bagi kami. Allah berfirman, "Aku tidak akan menjadikan kebaikan keturunan orang yang Aku ciptakan dengan kedua Tangan-Ku seperti kebaikan makhluk yang Aku ciptakan dengan Kun (jadilah kamu!), lalu terjadilah ia. Ibnu Asakir telah meriwayatkan melalui jalur Muhammad ibnu Ayyub Ar-Razi, bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Ali ibnu Khalaf As-Saidalani, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Abdur Rahman, telah menceritakan kepadaku Usman ibnu Hisn ibnu Ubaidah ibnu Allaq; ia pernah mendengar Urwah ibnu Ruwayyim Al-Lakhami mengatakan bahwa ia pernah mendapat hadis ini dari Anas ibnu Malik, dari Rasulullah ﷺ yang telah bersabda: Sesungguhnya malaikat berkata, "Wahai Tuhan kami, Engkau telah menciptakan kami dan juga Bani Adam.
tetapi Engkau jadikan mereka dapat makan, minum, berpakaian, dan mengawini wanita serta menaiki kendaraan. Mereka dapat tidur dan beristirahat, sedangkan Engkau tidak menjadikan sesuatu pun dari itu bagi kami. Maka berikanlah dunia kepada mereka dan berikanlah akhirat hanya untuk kami. Maka Allah ﷻ berfirman, "Aku tidak akan menjadikan orang yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku dan Aku tiupkan ke dalamnya sebagian dari roh (ciptaan)-Ku, seperti makhluk yang Aku ciptakan dengan mengatakan kepadanya, 'Jadilah kamu!' Maka terjadilah dia.
". Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdan ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Tamam, dari Khalid Al-Hazza, dari Bisyr ibnu Syaggaf, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda: Tiada sesuatu pun yang lebih dimuliakan oleh Allah pada hari kiamat selain dari anak Adam (manusia). Ketika ditanyakan, "Wahai Rasulullah, para malaikat juga tidak dimuliakan-Nya?" Rasulullah ﷺ menjawab melalui sabdanya: Malaikat pun tidak, mereka adalah makhluk yang dipaksa, kedudukannya sama dengan matahari dan bulan. Hadis ini garib sekali."
Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, yaitu golongan
manusia pada umumnya dengan tubuh yang bagus, kemampuan berpikir, kebebasan berkehendak, dan ilmu pengetahuan, dan Kami angkut
mereka di darat dengan kendaraan seperti onta atau lainnya, dan di laut,
dengan kapal, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik, berupa
minuman dan makanan yang lezat rasanya, dan Kami lebihkan keutamaan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna. Ingatlah, pada hari ketika Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; kepada setiap anggota dari umat itu diberikan catatan amalnya, dan
barang siapa diberikan catatan amalnya di tangan kanannya mereka itulah
orang-orang yang berbahagia, mereka akan berulang-ulang membaca catatannya dengan baik disebabkan karena kegembiraannya, dan mereka
tidak akan dirugikan sedikit pun dengan dikurangi pahala dari amal yang
dilakukannya.
Allah memuliakan Bani Adam yaitu manusia dari makhluk-makhluk yang lain, baik malaikat, jin, semua jenis hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Kelebihan manusia dari makhluk-makhluk yang lain berupa fisik maupun non fisik, sebagaimana firman Allah:
Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya. (at-Tin/95: 4-6)
Selain diberi panca indera yang sempurna, manusia juga diberi hati yang berfungsi untuk menimbang dan membuat keputusan. Firman Allah:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani, agar kamu bersyukur. (an-Nahl/16: 78)
Kemuliaan manusia ini sesuai dengan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Firman Allah:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (al-Baqarah/2: 30)
Meskipun demikian, banyak manusia yang tidak menyadari akan ketinggian derajatnya sehingga tidak melaksanakan fungsinya sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:
Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. (al-A'raf/7: 179).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
KEMULIAAN ANAK ADAM
Ayat 70
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam itu."
Banyak sekali kemuliaan yang diberikan kepada anak Adam. Yang terutama ialah dia diberi akal dan pikiran, diberi khayat untuk memikirkan zamannya yang lampau, yang sekarang dan zaman depan dan diberi dia ilham. ath-Thabari mengatakan, “Manusia makan dengan jarinya, tidak mulutnya yang langsung tercecah ke tanah." Adh-Dhahhak mengatakan, “Manusia pandai berkata-kata dan membedakan." Atha mengatakan, “Tegak manusia lurus." Yaman mengatakan, “Rupa manusia cantik!" Ath-Thabari mengatakan,
“Manusia dapat memerintah segala makhluk." “Dan Kami beri mereka kendaraan di darat dan di laut." Kendaraan di laut sejak dari biduk, sekunar, jung, perahu, bahtera sampai kapal yang semodern-modernnya, sebagai yang telah disebutkan di ayat-ayat yang lalu, alamat sayang Allah kepada manusia. Di darat ada kuda dan ada kendaraan modern, sampai kepada kendaraan di udara."Dan Kami beri mereka rezeki dengan yang baik-baik." Buah-buahan yang lezat, daging yang empuk, air susu dan makanan yang dimasak.
“Dan Kami lebihkan mereka daripada kebanyakan makhluk Kami, dengan sebenar-benar kelebihan."
Sebenar-benar kelebihan itu dapat dilihat pada kemajuan hidup manusia, bertambah lama bertambah maju, dari gua batu, sampai bertani, menangkap ikan, dan sampai berniaga dari pulau ke pulau, benua ke benua, dan sampai terbang di udara, menyelam di laut dan di zaman mutakhir ini telah mencapai bulan.
Kemudian itu diperingatkanlah bahwa hidup anak Adam yang telah diberi kemuliaan itu tidaklah terhenti hingga dunia ini saja.
Ayat 71
“Ingatlah hari itu, yang akan Kami panggil tiap-tiap manusia dengan imam mereka."
Setelah hidup dalam kemuliaan yang diberi Allah, manusia itu akan mati, kemudian itu akan dibangkitkan kembali di hari yang akhir, lalu mereka akan dipanggil, akan ditanya betapa dia melalui hidupnya dan siapa pemimpinnya (imamnya) yang diikutinya dan yang mengajarnya. Sebab telah diterangkannya bahwa di waktu hidup itu dia tidak sunyi dari intaian musuhnya, yaitu iblis. Maka kalau hasil pertanyaan itu baik, bahagialah nasibnya. Karena kemuliaan yang dianugerahkan kepadanya telah dipakainya sebaik-baiknya."Maka barangsiapa yang diberikan kitabnya di tangan kanannya, mereka itu akan membaca kitab mereka." Tentu saja dengan gembira sebab hasilnya baik.
“Dan tidak dianiaya sedikit jua pun."
Dan tentu saja akan pergilah mereka ke tempat yang ditentukan buat mereka, yaitu surga.
Ayat 72
“Dan barangsiapa yang di sini buta."
Di dunia ini buta. Buta hati dan agama sehingga tidak ada imam yang dijadikan ikutan menempuh hidup,
“Maka di akhirat pun dia akan buta, dan lebih sesatlah jalannya."
Karena dari semula tidak ada pimpinan (imam), sampai pun ke akhirat gelaplah jalan yang ditempuh, buta dan buntu, sampai ke neraka menurutkan iblis. Karena kalau tidak beriman kepada kebenaran, niscaya terpilih imam kepada kesesatan, dan sesat terus-menerus. Na'udzubillah!
Menjadi perbincangan juga di antara ahli-ahli tafsir, siapa dan apa yang dimaksud dengan imam dalam ayat 71 ini. Mujahid dan Qatadah menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan imam ialah nabi-nabi yang diutus Allah kepada tiap-tiap kaum. Sebab nabi-nabi atau rasul-rasul itu kelak akan dipanggil Allah menjadi saksi atas perbuatan umat mereka, (surah an-Nisaa' ayat 41). Malahan seketika ayat ini dibaca oleh Abdullah bin Mas'ud di hadapan Rasulullah ﷺ tidak tertahan air mata beliau. Menurut Ibnu Jarir ath-Thabari, “Imam ialah kitab yang diturunkan Allah kepada seorang rasul dan disampaikan kepada umatnya, maka kitab itu kelak akan jadi saksi atas perbuatan mereka."
Tetapi, Ibnu Katsir menulis dalam tafsirnya, “Mungkin sekali yang dimaksud dengan imam mereka di sini artinya ialah tiap-tiap kaum mengikut siapa yang diimamkannya. Orang-orang yang beriman, berimamlah mereka kepada nabi-nabi mereka, dan orang-orang kafir berimam pula kepada imam kafirnya. Sebab ada juga tersebut di dalam Al-Qur'an tentang imam-imam ikutan yang membawa orang ke neraka itu. (surah al-Qashash ayat 41). Dan pada sebuah hadits yang shahih bunyinya,
“Sesungguhnya tiap-tiap umat itu akan mengikut apa yang dia sembah. Mana yang mengikut thawaghit (berhala-berhala atau manusia-manusia yang diberhalakan), maka mereka itulah yang diiringkannya." (Hadits Shahih)
Maka tersebutlah dalam sebuah hadits yang panjang, diriwayatkan oleh al-Bazzaar dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah ﷺ pernah menerangkan tentang arti “setiap manusia akan dipanggil dengan imam mereka." Berkata beliau ﷺ, “Seorang di antara mereka pun dipanggil lalu diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka bertambah tinggi semampailah tubuhnya, putih bersinar wajahnya, dan diletakkanlah ke atas kepalanya sebuah mahkota yang bertatahkan mutiara-mutiara yang berkilau-kilauan. Setelah itu kembalilah dia kepada teman-temannya. Dari jauh mereka itu telah melihat dia. Lalu mereka berkata, “Ya Allah, beri pulalah kami yang serupa itu, dan beri berkatlah kami pada yang seperti itu." Maka dia pun datang dan berkata, “Senangkanlah hati kalian karena tiap-tiap kalian akan mendapat yang seperti ini pula." Adapun orang yang kafir maka hitamlah mukanya dan tertonjollah tubuhnya, dan kelihatan pula dia oleh teman-temannya, lalu mereka pun berkata, “Kami berlindung kepada Allah dari yang semacam ini, ya Allah, janganlah kami diberi yang semacam ini. Maka kembalilah dia kepada mereka, lalu serentak berkata, “Ya Allah, celakalah dia!" Orang itu pun berkata, “Dijauhkan Allah kamu setiap kamu akan mendapat seperti aku juga."
Di sini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa yang dijadikan imam itu ialah siapa yang kita pilih dari masa kita hidup ini. Kalau terpilih imam yang membawa kepada kesesatan, karena kurangnya perjalanan akal sendiri, kecelakaanlah yang akan menimpa. Apatah lagi pada ayat 61 sampai 65 di atas telah dijelaskan oleh Allah bahwa iblis telah mengatakan bahwa dia akan merayu membujuk dan menipu agar keturunan Adam dapat mengikuti perintahnya dan dapat mengangkatnya jadi imam. Dan Allah telah mengizinkan iblis berbuat begitu. Dan Allah pun menegaskan bahwa hamba-hamba-Ku (Ibadi) tidaklah dapat engkau kuasai dan engkau pengaruhi. Maka diutuslah oleh Allah imam-imam sejati yang akan diikut. Imam kita umat Muhammad ialah Muhammad ﷺ itu sendiri. Bagaimana langkah kita menuruti jejak beliau tertulislah di dalam kitab yang kelak akan kita terima pada Yaumul Hisab, hari perhitungan. Kalau benar-benar Muhammad yang kita ikut, kitab kesaksian imamah itu akan kita terima dari sebelah kanan; dan kita akan membacanya dengan gembira; sepicing kelam pun kita tidak akan teraniaya. Karena tulisan itu jelas, yang kita teladan pun jelas.
Imam selain dari Muhammad adalah imamat yang buta. Jalan tak tentu ujung, meraba-raba dalam gelap. Sampai ke ujung gelap juga.