Ayat
Terjemahan Per Kata
إِنۡ
jika
أَحۡسَنتُمۡ
kamu berbuat baik
أَحۡسَنتُمۡ
kamu berbuat baik
لِأَنفُسِكُمۡۖ
bagi dirimu sendiri
وَإِنۡ
dan jika
أَسَأۡتُمۡ
kamu berbuat jahat
فَلَهَاۚ
maka baginya (dirinya)
فَإِذَا
maka ketika
جَآءَ
datang
وَعۡدُ
janji
ٱلۡأٓخِرَةِ
terakhir
لِيَسُـُٔواْ
untuk memburukkan/menyuramkan
وُجُوهَكُمۡ
muka-muka kamu
وَلِيَدۡخُلُواْ
dan untuk mereka masuk
ٱلۡمَسۡجِدَ
masjid
كَمَا
sebagaimana
دَخَلُوهُ
mereka memasukinya
أَوَّلَ
pertama
مَرَّةٖ
kali
وَلِيُتَبِّرُواْ
dan untuk mereka menguasai/membinasakan
مَا
apa yang
عَلَوۡاْ
mereka dapati
تَتۡبِيرًا
penguasaan sepenuhnya
إِنۡ
jika
أَحۡسَنتُمۡ
kamu berbuat baik
أَحۡسَنتُمۡ
kamu berbuat baik
لِأَنفُسِكُمۡۖ
bagi dirimu sendiri
وَإِنۡ
dan jika
أَسَأۡتُمۡ
kamu berbuat jahat
فَلَهَاۚ
maka baginya (dirinya)
فَإِذَا
maka ketika
جَآءَ
datang
وَعۡدُ
janji
ٱلۡأٓخِرَةِ
terakhir
لِيَسُـُٔواْ
untuk memburukkan/menyuramkan
وُجُوهَكُمۡ
muka-muka kamu
وَلِيَدۡخُلُواْ
dan untuk mereka masuk
ٱلۡمَسۡجِدَ
masjid
كَمَا
sebagaimana
دَخَلُوهُ
mereka memasukinya
أَوَّلَ
pertama
مَرَّةٖ
kali
وَلِيُتَبِّرُواْ
dan untuk mereka menguasai/membinasakan
مَا
apa yang
عَلَوۡاْ
mereka dapati
تَتۡبِيرًا
penguasaan sepenuhnya
Terjemahan
Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai.
Tafsir
Kemudian Kami katakan (Jika kalian berbuat baik) dengan mengerjakan ketaatan (berarti kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri) karena sesungguhnya pahala kebaikan itu untuk diri kalian sendiri (dan jika kalian berbuat jahat) dengan menimbulkan kerusakan (maka kejahatan itu bagi diri kalian sendiri) sebagai pembalasan atas kejahatan kalian. (Dan apabila datang saat hukuman) bagi kejahatan yang (kedua) maka Kami kembali mengutus mereka (untuk menyuramkan muka-muka kalian) untuk membuat kalian sedih karena terbunuh dan tertawan hingga pengaruh kesedihan itu dapat terbaca dari roman muka kalian (dan mereka masuk ke dalam mesjid) yakni Baitulmakdis untuk menghancurkannya (sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya) dan menghancurkannya (pada kali pertama dan untuk menghancurkan) untuk mengadakan pembinasaan (terhadap apa saja yang mereka kuasai) yang dapat mereka kalahkan (dengan penghancuran habis-habisan) dengan pembinasaan yang sehabis-habisnya. Ternyata mereka melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, yaitu dengan membunuh Nabi Yahya. Maka Allah mengirimkan untuk membinasakan mereka Raja Bukhtanashar. Raja Bukhtanashar akhirnya membunuh ribuan orang dari kalangan mereka dan menahan anak cucu mereka serta memporak-porandakan Baitulmakdis.
Tafsir Surat Al-Isra: 4-8
Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu, "Sesungguhnya kalian akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan kalian pasti akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka kembali, dan Kami membantu kalian dengan harta kekayaan dan anak-anak, dan Kami jadikan kalian kelompok yang besar.
Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri; dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kalian dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertamakah dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-Nya kepada kalian; dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.
Allah ﷻ memberitakan bahwa sesungguhnya di dalam kitab itu Dia telah menetapkan terhadap kaum Bani Israil. Dengan kata lain, Allah telah memberitahukan terlebih dahulu kepada mereka di dalam kitab yang diturunkan-Nya kepada mereka, bahwa mereka kelak akan membuat kerusakan di muka bumi sebanyak dua kali, dan mereka berlaku menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar. Jelasnya, mereka akan berbuat sewenang-wenang, melampaui batas, dan durhaka terhadap orang lain. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah dalam ayat lain melalui firman-Nya: Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Lut) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. (Al-Hijr: 66) Yakni telah Kami beritahukan terlebih dahulu kepada Lut akan kesudahan yang menimpa kaumnya nanti.
Firman Allah ﷻ: Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu. (Al-Isra: 5) Maksudnya, bila telah tiba saat pembalasan bagi kejahatan yang pertama di antara kedua kejahatan tersebut. Kami datangkan kepada kalian hamba-hamba Kami yang memiliki kekuatan yang besar. (Al-Isra: 5) Yaitu Kami kuasakan diri kalian di tangan bala tentara dari kalangan makhluk Kami yang memiliki kekuatan yang besar, yakni tentara yang mempunyai kekuatan, perlengkapan, dan kekuasaan yang besar. lalu mereka merajalela di kampung-kampug. (Al-Isra: 5) Mereka menguasai negeri kalian dan menempuh jalan di antara rumah-rumah kalian, datang dan perginya tanpa merasa takut kepada seorang pun.
dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana. (Al-Isra: 5) Ulama tafsir dari kalangan ulama Salaf dan Khalaf berbeda pendapat tentang yang dimaksud dengan orang-orang yang menguasai mereka, siapakah mereka sebenarnya? Riwayat yang bersumber dari Ibnu Abbas dan Qatadah mengatakan bahwa yang berkuasa atas mereka adalah Jalut (Goliat) dan bala tentaranya, sesudah itu berkuasalah Adilu. Kemudian Nabi Daud dapat membunuh Jalut. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Kemudian Kami berikan kepada kalian giliran untuk mengalahkan mereka. (Al-Isra: 6), hingga akhir ayat.
Telah diriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair bahwa orang yang dimaksud adalah Raja Sanjarib dan bala tentaranya. Diriwayatkan pula dari Sa'id ibnu Jubair, dan dari selainnya, bahwa orang yang dimaksud adalah Bukhtanasar, Raja negeri Babilonia. Sehubungan dengan hal ini Ibnu Abu Hatim telah menuturkan kisah yang aneh dari Sa'id ibnu Jubair tentang fase-fase peningkatan yang dialami oleh Bukhtanasar dari suatu tingkatan ke tingkatan lain yang lebih tinggi, hingga berhasil menempati kedudukan raja.
Asalnya Bukhtanasar adalah seorang yang miskin, pengangguran lagi lemah ekonominya, kerjanya hanya meminta-minta kepada orang lain untuk mendapatkan sesuap nasi. Kemudian setapak demi setapak keadaannya meningkat, hingga sampailah ia pada kedudukan yang tinggi dan berhasil menjadi raja. Setelah menjadi raja, ia berjalan bersama pasukannya menyerang negeri-negeri yang ada di sekitar Baitul Maqdis dan membunuh banyak manusia dari kalangan Bani Israil yang mendiaminya.
Ibnu Jarir dalam bab ini telah meriwayatkan sebuah kisah yang ia sandarkan kepada Huzaifah secara marfu'. Kisahnya cukup panjang, tetapi kisah ini dikategorikan sebagai hadis maudu' yang tidak diragukan lagi ke-maudu '-annya. Tidaklah pantas bila hadis seperti ini diketengahkan oleh seorang yang berpengetahuan minim, sekalipun dalam riwayat hadis. Terlebih lagi bila hadis ini diriwayatkan oleh seorang yang berkedudukan tinggi dan berpredikat sebagai imam seperti Ibnu Jarir.
Guru kami Al-Hafiz Al-Allamah Abul Hajjaj Al-Mazi telah mengatakan bahwa hadis tersebut berpredikat maudu' (dibuat-buat) dan mak'zub (dusta). Predikat ini dicatatkan olehnya dalam catatan kaki dari kitabnya. Sehubungan dengan hal ini banyak kisah israiliyat yang menceritakannya. Menurut kami tidak ada gunanya diketengahkan dalam kitab tafsir ini, mengingat sebagian di antaranya ada yang maudu' buatan orang-orang kafir zindiq dari kalangan Bani Israil, dan sebagian lainnya ada kemungkinan berpredikat sahih.
Akan tetapi, kita tidak memerlukannya lagi. Apa yang telah dikisahkan kepada kita oleh Allah di dalam kitab Al-Qur'an sudah cukup tanpa memerlukan informasi dari kitab-kitab lain yang sebelumnya. Allah dan Rasul-Nya telah membuat kita tidak memerlukan berita dari mereka. Allah ﷻ telah menceritakan tentang keadaan mereka, bahwa ketika mereka berlaku melampaui batas dan sewenang-wenang, Allah menguasakan diri mereka kepada musuh-musuh mereka yang menghalalkan kehormatannya dan merajalela di kampung-kampung serta rumah-rumah mereka, juga menindas dan menghinakan mereka.
Hal itu dilakukan oleh Allah atas mereka sebagai pembalasan yang setimpal dari perbuatan mereka sendiri Allah sekali-kali tidak pernah berbuat aniaya terhadap hamba-hamba-Nya karena sesungguhnya sebelum itu mereka telah berbuat sewenang-wenang dan membunuh banyak orang dari kalangan nabi-nabi dan para ulama. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Bilal, dari Yahya ibnu Sa'id yang mengatakan, ia pernah mendengar Sa'id ibnul Musayyab bercerita bahwa Bukhtanasar menguasai negeri Syam dan merusak Baitul Maqdis serta membunuh para penghuninya.
Kemudian Bukhtanasar datang ke Damaskus. Di Damaskus itu ia menjumpai darah yang mendidih di atas buih air. Kemudian raja Bukhtanasar menanyakan kepada penduduk kota itu tentang darah tersebut, "Darah apakah ini?" Mereka menjawab, "Kami telah menjumpainya dalam keadaan seperti ini sejak bapak-bapak kami dahulu." Setiap kali Bukhtanasar memasuki kota itu, ia melihat darah itu mendidih.
Maka Bukhtanasar melakukan pembantaian atas darah itu yang memakan korban sebanyak tujuh puluh ribu orang dari kalangan orang-orang muslim dan lain-lainnya. Setelah itu barulah darah tersebut tenang, tidak mendidih lagi. Kisah ini sahih sampai kepada Sa'id ibnul Musayyab dan kisah inilah yang terkenal, yaitu yang menyebutkan bahwa Bukhtanasar telah membunuh orang-orang terpandang dan para ulamanya sehingga tiada seorang pun yang dibiarkan hidup dari kalangan mereka yang menghafal kitab Taurat.
Selain dari itu Bukhtanasar menahan anak-anak para nabi dan lain-lainnya, kemudian terjadilah banyak peristiwa dan kejadian yang sangat panjang bila disebutkan. Seandainya kami menjumpai hal yang sahih atau yang mendekati kesahihan, tentulah diperbolehkan mencatat dan meriwayatkannya. Kemudian Allah ﷻ berfirman: Jika kalian berbuat baik, (berarti) kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri; dan jika kalian berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi diri kalian sendiri. (Al-Isra: 7) Artinya, jika kalian berbuat kejahatan, maka akibatnya akan menimpa diri kalian sendiri. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fushshilat: 46) Adapun firman Allah ﷻ: Dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua. (Al-Isra: 7) Maksudnya, apabila kalian melakukan kerusakan untuk kedua kalinya, maka akan datanglah musuh-musuh kalian.
untuk menyuramkan muka-muka kalian. (Al-Isra: 7) Mereka datang untuk menghina dan menindas kalian. dan mereka masuk ke dalam masjid. (Al-Isra: 7) Yaitu Masjid Baitul Maqdis. sebagaimana musuh-musuh kalian memasukinya pada yang pertama kali. (Al-Isra: 7) Yakni mereka akan merajalela di kampung-kampung kalian. dan untuk membinasakan. (Al-Isra: 7) Maksudnya, melakukan penghancuran dan pengrusakan terhadap: apa saja yang mereka kuasai sehabis-habisnya. (Al-Isra: 7) Yakni segala sesuatu yang mereka kuasai dihancurkan dan dirusak oleh mereka. Mudah-mudahan Tuhan kalian akan melimpahkan rahmat-(Nya) kepada kalian. (Al-Isra: 8) Artinya, berkat rahmat dari-Nya itu musuh-musuh kalian akan berpaling pergi dari kalian, dan kalian selamat dari ulah mereka.
dan sekiranya kalian kembali kepada (kedurhakaan), niscaya Kami kembali (mengazab kalian). (Al-Isra: 8) Maksudnya, manakala kalian kembali melakukan pengrusakan. tentulah Kami kembali (mengazab kalian). (Al-Isra: 8) Yakni Kami kembali mengazab kalian di dunia di samping azab dan pembalasan yang Kami simpan buat kalian di akhirat nanti. Karena itulah dalam firman selanjutnya Allah ﷻ menyebutkan: dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman. (Al-Isra: 8) Yaitu tempat menetap, penjara, dan sekapan bagi mereka yang tiada jalan menyelamatkan diri bagi mereka darinya. Ibnu Abbas mengatakan bahwa hasiran artinya penjara. Mujahid mengatakan bahwa mereka dipenjarakan di dalamnya. Hal yang sama telah dikatakan oleh yang lainnya.
Al-Hasan mengatakan, yang dimaksud dengan hasiran ialah hamparan dan lantai. Qatadah mengatakan bahwa memang setelah itu Bani Israil kembali melakukan pengrusakan. Maka Allah menguasakan mereka kepada golongan ini yakni Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya yang memungut jizyah dari mereka, sedangkan mereka dalam keadaan terhina."
Jika kamu berbuat baik dengan menaati perintah Allah dan Rasul-Nya
serta melakukan kebijakan kepada sesamanya, berarti kamu berbuat baik
untuk dirimu sendiri,karena balasan yang kamu peroleh dari kebaikan itu.
Dan jika kamu berbuat jahat, makakerugian kejahatanitujugauntuk dirimu
sendiri, karena akibat dari kejahatan akan menimpamu. Selanjutnya
dinyatakan kejahatan yang kedua yang diperbuat oleh kaum Bani Israil
dan azab Allah yang ditimpakan atas mereka dinyatakan dalam firmanNya, Dan apabila datang saat hukuman kejahatan yang kedua, yang telah
Kami tetapkan di dalam Kitab itu, Kami datangkan orang-orang lain
untuk menyiksamu sehingga menyuramkan wajah-wajahmu, akibat kesedihan dan penderitaan yang kamu alami, dan mereka, yakni musuhmusuhmu masuk ke dalam masjid, yakni Masjidil Aqsa, guna menyiksa
dan membunuhmu sebagaimana mereka memasukinya pada kali pertama
guna menyiksa dan membunuhmu akibat kejahatan kamu yang pertama, dan mereka memasukinya dengan tujuan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Allah Yang Maha Pengasih tidak menutup rahmat-Nya kepada siapa
yang mau bertobat dari kejahatan dan kembali kepada jalan yang benar.
Allah menyatakan, Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat
kepadamu, setelah kali yang kedua kejahatan yang kamu lakukan, dan
kamu sungguh-sungguh bertobat kepada Allah, tetapi jika kamu kembali kepada kedurhakaan dengan melakukan kejahatan lagi, niscaya Kami
kembali mengazabmu di dunia dan kelak di akhirat Kami jadikan neraka
Jahanam penjara atau hamparan tempat duduk bagi orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Allah menegaskan bahwa apabila Bani Israil berbuat baik, maka hasil kebaikan itu untuk mereka sendiri. Namun demikian, ketentuan yang terdapat dalam ayat ini tidak khusus untuk mereka sendiri, melainkan berlaku umum untuk seluruh manusia sepanjang masa. Dengan demikian, apabila manusia berbuat baik atau berbuat kebajikan, maka balasan dari kebajikan itu akan dirasakannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Kebaikan yang akan mereka terima di dunia ialah mereka akan menjadi umat yang kuat mempertahankan diri dari maksud jahat yang direncanakan oleh para musuh mereka. Mereka akan memperoleh kesempatan untuk melipatgandakan harta sebagai sarana hidup, dan melanjutkan keturunan sebagai khalifah di muka bumi. Mereka akan menjadi bangsa yang kuat, yang dapat mewujudkan budaya yang tinggi untuk lebih menggairahkan kehidupan mereka, dan menjamin kelancaran usaha dan ibadah mereka kepada Allah ﷻ Sedangkan kebahagiaan yang abadi adalah surga yang penuh dengan kenikmatan yang disediakan dan dijanjikan kepada mereka, sebagai bukti keridaan Allah ﷻ atas kebajikan yang mereka lakukan.
Apabila mereka berbuat jahat dengan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan wahyu dan fitrah kejadian mereka sendiri, seperti menentang kebenaran dan norma-norma dalam tata kehidupan mereka sendiri, maka akibat dari perbuatan mereka itu adalah kemurkaan Allah kepada mereka.
Dengan demikian, mereka akan menjadi bangsa yang bercerai-berai karena diperbudak hawa nafsu, sehingga kelompok yang satu berusaha menundukkan kelompok yang lain. Itulah sebabnya mereka tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan diri mereka dari kehancuran dan maksud-maksud jahat musuh. Mereka akan menjadi bangsa yang tertindas dan terjajah. Sedang keburukan yang mereka rasakan di akhirat ialah azab api neraka sebagai siksaan yang paling pedih.
Lalu Allah mengungkapkan kembali hukuman sebagai akibat kejahatan yang dilakukan Bani Israil untuk kedua kalinya. Pada saat itu, Allah membiarkan mereka dalam keadaan kacau-balau ketika musuh-musuh datang untuk menaklukkan mereka. Kekalahan kedua ini benar-benar mereka rasakan sebagai penderitaan yang tiada tara dan mempermalukan mereka. Musuh memasuki Masjidil Aqsa secara paksa dan sewenang-wenang untuk merampas kekayaan yang mereka simpan dan menghancurkan syiar-syiar agama mereka, seperti yang dilakukan pada penaklukan pertama. Dengan demikian, mereka merasakan penderitaan yang berlipat ganda. Mereka mengalami penderitaan materil berupa kehilangan kekuasaan, harta benda, dan wanita-wanita yang dijadikan tawanan oleh musuh. Mereka juga mengalami penderitaan moril karena tempat-tempat suci dan lambang-lambang kesucian agama mereka dilecehkan dan dihancurkan.
Menurut sejarah, yang menghancurkan mereka untuk kedua kalinya adalah bangsa Romawi yang kemudian menguasai Palestina. Mereka membunuh dan menawan orang-orang Yahudi serta menghancurkan Baitul Makdis dan kota-kota yang lain. Kaisar Romawi pertama yang memasuki Baitul Makdis adalah Kaisar Titus pada tahun 70 Masehi. Ia membakar Masjidil Aqsa, dan merampas barang-barang berharga yang terdapat di dalamnya, sehingga dalam peristiwa ini kurang lebih 1 juta orang Yahudi tewas. Selanjutnya Kaisar Hadrianus yang memerintah dari tahun 117 sampai dengan 158 Masehi, juga menguasai Baitul Makdis dan melakukan berbagai tindakan perusakan di masjid itu.
Hadrianus mengubah kota ini menjadi Aelina Capitolian (kota Aelina). Masjidil Aqsa diruntuhkan dan di atasnya didirikan sebuah bangunan yang dinamai Yupiter Capitolina. Lalu kerajaan Yahudi juga dihancurkan sehingga bangsa Yahudi tidak mempunyai kerajaan lagi. Mereka bercerai-berai ke segenap penjuru dunia. Peristiwa ini terjadi tahun 132 Masehi.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 7
“Jika kamu berbuat baik, adalah kebaikan itu untuk dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka itu pun untuk (celaka) kamu juga. Maka apabila datang (pula) janji yang akhin, niscaya mereka membulukkan muka-muka kamu, dan mereka akan masuk lagi ke masjid, sebagaimana telah mereka masuki dia pertama kali (dahulu), dan supaya mereka hancunkan kamu, selagi mereka berkuasa, sehancur-hancurnya."
Demikianlah jelasnya jaminan yang diberikan Allah kepada mereka. Tetapi, lama kelamaan janji-janji mereka dengan Allah satu demi satu mereka mungkiri. Ayat-ayat Allah mereka tolak, nabi-nabi mereka bunuh tidak bersebab. Malahan ada yang terang-terang mengaku, “Hati kami sudah tertutup!"
Iman sejati sudah hilang, tinggal sedikit sekali. Kemudian, setelah Allah menunjukkan kekayaan-Nya dengan membuntingkan Maryam binti Imran, mereka tuduhlah Maryam dengan tuduhan amat hina. Dituduhnya Isa al-Masih anak zina karena beliau dilahirkan Allah tidak menurut yang teradat, yaitu berbapak. Padahal, Zakariya, seorang rasul Allah dan penghulu Baitul Maqdis, menjadi saksi atas kesucian Maryam. Itu pun tidak mereka percayai. Akhirnya, Isa al-Masih diutus Allah mengajak mereka kembali kepada agama yang benar, kembali kepada Taurat. Mereka tolak seruan al-Masih itu, bahkan sampai mereka fitnah beliau kepada penguasa Romawi. Mereka usulkan supaya Isa al-Masih disalib sebagai orang jahat
Karena desakan mereka itu, Pilatus, penguasa Romawi, mengabulkan permintaan mereka. Tetapi, pertolongan Ailah datang. Nabi Isa terpelihara dari disalib. Yang disalib ialah muridnya yang mengkhianaiti dia, judas Eskhariut. Tetapi mereka, Bani Israil, berkeras mengatakan bahwa memang Isa telah mati mereka salib. Allah mengatakan, “Tidak!" Mereka mengatakan, “Ya!"
Inilah kerusakan hebat kedua kali yang dibawa Bani Israil, yang membawa perpecahan yang paling hebat dalam sejarah agama. Karena bencinya kepada Nabi Isa dan ibunya, mereka tuduh dengan tuduhan hina.
Maka pengikut-pengikut Isa, karena dari terlalu sayang kepada Isa, menentang tuduhan itu dengan memandang Isa al-Masih pula sebagai Tuhan atau anak Allah!
Dengan keras dan penuh kebencian mereka mengatakan Nabi Isa memang telah mati karena mereka salib, padahal bukan dia yang mereka salib. Maka murid-muridnya pun dengan penuh cinta menyatakan bahwa di hari yang ketiga beliau telah bangun dari kubur, dan beberapa hari kemudian telah naik ke langit. Kemudian tampillah seorang Yahudi, yang selama ini menganiaya pengikut-pengikut Nabi Isa, mendakwakan dirinya telah diangkat Nabi Isa menjadi rasul, namanya Paulus. Dia membawa pula ajaran-ajaran yang sama sekali berbeda dari ajaran Nabi Isa , tapi dikatakannya ajarannya itulah ajaran Isa yang sebenarnya! Yaitu bahwa Tuhan adalah satu, tetapi tiga. Dan tiga, tetapi satu. Yang sama kedudukannya. Yang Sang Bapa; itulah Allah sendiri. Sang Putra, itulah Isa al-Masih, dan Ruhul Qudus! Inilah kerusakan kedua kali, yang lebih hebat daripada yang pertama, yang sampai sekarang meliputi dunia, gara-gara Bani Israil. Beberapa puluh tahun sesudah Nabi Isa wafat, dengan wajar, di satu tempat yang hanya Allah yang tahu, bangsa Romawi yang menguasai Jerusalem itu meresmikan menerima agama Kristen ajaran Paulus itu sebagai agama resmi kerajaan Roma. Sejak itu Jerusalem mulailah di bawah perintah Roma-Nasrani. Dan berlaku lagilah tindasan kepada orang Yahudi, pengusiran dan sebagainya. Dan hilanglah untuk selamanya kebesaran Bani Israil.
Hancurlah mereka sehancur-hancurnya, sebagaimana yang diancamkan Allah tersebut di surah al-Israa' ayat 7 ini. Maka, terpecah-belahlah Bani Israil dibawa nasib ke mana-mana, ke Mesir, ke Spanyol, ke India, dan lain-lain. Setengahnya lagi berdiam di Tanah Arab, di Khaibar, di Yatsrib (Madinah), yang terdiri atas Bani Nadhir, Bani Qainuqa, dan Bani Quraizhah. Tetapi, pengharapan mereka akan bangun kembali masih ada. Sebab di dalam Taurat dan kitab nabi-nabi disebut bahwa seorang nabi akhir zaman akan bangkit, mereka namai Messias. Dan pengharapan ini kerapkali mereka terangkan kepada orang-orang Arab di Yatsrib. Tetapi, nabi itu rupanya tidak timbul di kalangan Bani Israil lagi, melainkan di kalangan Bani Isma'il, yaitu Muhammad ﷺ
Dan orang-orang Arab yang diceritai tentang akan datangnya nabi itu oleh orang Yahudi itu dengan sembunyi-sembunyi telah datang menemui nabi itu ke Mekah dan telah percaya. Maka terjadilah Isra' dan Mf raj dekat masa nabi akan hijrah ke Madinah. Sebagai hikmah tertinggi dari Allah, Nabi Muhammad ﷺ Isra' ke Masjid al-Aqsha dalam M i'raj beliau ke langit. Dan kemudian, setelah pindah ke Madinah, dengan resmi dipindahkanlah kiblat ke masjid yang lebih tua, yang didirikan Nabi Ibrahim, dari masjid Baitul Maqdis yang didirikan Nabi Sulaiman. Dengan demikian habislah sejarah nubuwwat Bani Israil. Adapun terhadap Bani Israil yang berdiam di Tanah Arab, khususnya di Madinah, datanglah firman Allah,
“Mudah-mudahan Tuhan kamu akan mengasihari kamu." Asal kamu patuh kepada pimpinan Muhammad."Dan jika kamu kembali" kepada cara-cara yang ditempuh nenek moyangmu dahulu itu.
Ayat 8
"Kami pun kembali" akan menghancurkan kamu, “dan Kami jadikan neraka Jahannam, untuk orang-orang yang tidak mau percaya menjadi kurungan."
Maka setelah Nabi hijrah ke Madinah, beliau buat perjanjian persahabatan dengan mereka. Tetapi, mereka jugalah yang meng-khianati perjanjian itu karena sombong mereka. Dan akibatnya ialah kecelakaan bagi mereka jua.