Ayat
Terjemahan Per Kata
وَكَمۡ
dan berapa banyaknya
أَهۡلَكۡنَا
Kami telah binasakan
مِنَ
dari
ٱلۡقُرُونِ
kurun-kurun/generasi
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
نُوحٖۗ
Nuh
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِرَبِّكَ
dengan Tuhanmu
بِذُنُوبِ
dengan/terhadap dosa-dosa
عِبَادِهِۦ
hamba-hamba-Nya
خَبِيرَۢا
Maha Mengetahui
بَصِيرٗا
Maha Melihat
وَكَمۡ
dan berapa banyaknya
أَهۡلَكۡنَا
Kami telah binasakan
مِنَ
dari
ٱلۡقُرُونِ
kurun-kurun/generasi
مِنۢ
dari
بَعۡدِ
sesudah
نُوحٖۗ
Nuh
وَكَفَىٰ
dan cukuplah
بِرَبِّكَ
dengan Tuhanmu
بِذُنُوبِ
dengan/terhadap dosa-dosa
عِبَادِهِۦ
hamba-hamba-Nya
خَبِيرَۢا
Maha Mengetahui
بَصِيرٗا
Maha Melihat
Terjemahan
Banyak generasi setelah Nuh yang telah Kami binasakan. Cukuplah Tuhanmu sebagai Zat Yang Mahateliti lagi Maha Melihat dosa-dosa hamba-Nya.
Tafsir
(Dan sudah berapa banyak) telah banyak (Kami binasakan umat-umat) bangsa-bangsa (sesudah Nuh. Dan cukuplah Rabbmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya) Dia mengetahui dosa-dosa mereka yang tersembunyi dan dosa-dosa mereka yang terang-terangan. Lafal bidzunuubi bertaalluq kepada lafal khabiiran dan bashiiran.
Dan berapa banyaknya kaum sesudah Nuh telah Kami binasakan dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya. Allah ﷻ memperingatkan kaum Kuffar Quraisy yang mendustakan Rasul-Nya, Nabi Muhammad ﷺ; bahwa Dia telah membinasakan umat-umat yang mendustakan rasul-rasul-Nya sesudah Nuh a.s. Ayat ini menunjukkan bahwa generasi-generasi yang hidup di masa antara Adam dan Nuh a.s. memeluk agama Islam. Ibnu Abbas pemah mengatakan bahwa antara Adam dan Nuh a.s. terdapat sepuluh generasi, yang semuanya memeluk agama Islam.
Dengan kata lain, ayat ini mengandung makna bahwa kamu sekalian, hai orang-orang yang mendustakan Rasul ﷺ, tidaklah lebih mulia bagi Allah daripada mereka. Kalian telah mendustakan rasul yang termulia dan makhluk yang paling ulama, maka kalian lebih berhak mendapat hukuman daripada mereka (yang mendustakan rasul-rasul-Nya di masa lalu). Firman Allah ﷻ: Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya. (Al-Isra: !7) Yakni Dia mengetahui semua amal perbuatan mereka, yang baik dan yang buruknya; tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah ﷻ dari amal perbuatan mereka.
Dan sesuai dengan ketetapan itu dinyatakan, Berapa banyaknya kaum
setelah kebinasaan kaum Nuh, telah Kami binasakan disebabkan oleh
kedurhakaan mereka. Dan cukuplah Tuhanmu Yang Maha Mengetahui,
Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya. Tidak ada yang tersembunyi dan
terluput dari pembalasan-Nya. Allah memberikan pembalasan berupa ganjaran atau siksaan kepada
manusia sesuai amal perbuatannya. Ayat ini menyatakan, Barang siapa
yang hanya menghendaki kehidupan sekarang, yaitu kehidupan duniawi
dan ia tidak beriman kepada kehidupan akhirat, maka Kami segerakan
baginya di dunia ini apa yang Kami kehendaki dari apa yang diharapkannya, seperti kedudukan sosial yang tinggi atau harta yang banyak, bagi
orang yang Kami kehendaki, yaitu mereka yang berusaha meraihnya dengan memenuhi syarat dan ketentuan, bukan untuk semua orang yang menghendakinya. Kemudian Kami sediakan baginya di akhirat neraka Jahanam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir dari rahmat Allah.
Allah lalu mengisahkan kaum-kaum yang mengalami nasib yang sama setelah Nuh. Mereka dibinasakan karena pembangkangan mereka terhadap utusan-utusan Allah yang ditugasi untuk menghentikan mereka dan mengajak untuk kembali menaati Allah. Ayat ini sebagai penegasan terhadap ayat yang lalu, bahwa tiap kaum yang tetap membangkang setelah datangnya rasul yang memberi peringatan kepada mereka, pasti akan mengalami nasib buruk yang sama dengan umat-umat terdahulu.
Di akhir ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan bahwa balasan yang serupa itu adalah balasan yang bijaksana dan adil, karena Allah telah memberi peringatan dan mengetahui tindak-tanduk mereka. Allah Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 16
“Dan jika Kami hendak membinasakan sebuah negeri, Kami perintah orang-orangnya yang mewah, tetapi mereka berbuat fasik padanya."
Ayat ini menunjukkan betapa kekayaan dan kemewahan dapat meruntuhkan sebuah negeri. Orang-orang yang berkuasa di dalam satu negeri mendapat kesempatan yang amat luas dengan sebab kekuasaannya itu. Allah membuka kesempatan bagi mereka seluas-luasnya dengan kekuasaan yang ada padanya.
Tetapi, sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap orang banyak, terhadap negeri yang mereka diami, orang-orang yang terkemuka dan berkuasa itu diperintah. Artinya, kepada merekalah terlebih dahulu perintah datang supaya mereka yang menghormati undang-undang. Mereka yang memelo-pori mengerjakan yang baik dan menjauhi yang buruk. Tetapi, perintah itu kerapkali mereka abaikan. Kekuasaan itu membuat manusia jadi mabuk. Itulah yang dinamakan mabuk kekuasaan. Jiwa mereka tidak lagi terkendali oleh iman. Lalu, berbuat fasiklah mereka! Berbuat maksiat dan memelopori pendurhakaan kepada Allah. Mereka mengakui dengan mulut bahwa mereka bermaksud hendak melakukan perbaikan (ishlaah), padahal bekas dari perbuatan mereka bukanlah perbaikan melainkan perusakan. (Lihat al-Baqarah, ayat 11 dan 12).
Maka datanglah lanjutan ayat,
“Lantunan itu patutlah turun ke atas mereka adzab maka Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya."
Itulah suatu akibat yang wajar yang selalu bertemu dalam sejarah bangsa-bangsa dan negeri-negeri. Kekuasaan adalah suatu percobaan paling hebat dalam jiwa manusia. Kalau tidak ada kontrol jiwa dari yang diakui kekuasaannya lebih tinggi, tidaklah ada yang dapat menegur jika orang yang berkuasa berbuat semau-maunya. Dan apabila yang berkuasa telah berbuat semau-mau, lupa daratan atau gila kuasa, kehancuran akan mengancam negeri itu. Soalnya cuma masalah waktu. Sejarah bangsa-bangsa terdahulu menunjukkan yang demikian itu, dan akan demikianlah seterusnya. Kekuasaan itu akan runtuh dan bangunan yang mereka bangunkan akan hancur. Dan tidak ada satu kekuatan pun yang dapat menghalangi kehancuran itu. Selanjutnya, Allah melanjutkan ancamannya pada ayat berikutnya.
Ayat 17
“Dan betapa banyak negeri yang tetak Kami hancunkan, dari sesudah Nuh. Dan cukuplah Tuhanmu terhadap dosa hamba-hamba-Nya, Mengetahui dan Melihat."
Dengan ayat yang dua ini, Allah memperingatkan kepada penduduk negeri Mekah yang menantang Nabi, dan pemimpin-pe-mimpinnya yang berkuasa karena mereka kebanyakan kaya dan mewah, bahwa banyak negeri sesudah Nabi Nuh yang telah dihancurkan karena kefasikan penguasa-pe-nguasanya. Dan ayat ini pun menjadi peringatan kepada umat manusia selanjutnya bahwa Allah sewaktu-waktu dapat ber-buat demikian. Ancaman-ancaman seperti ini kadang-kadang ditantang oleh kafir-kafir Qu-raisy. Dan tolakan sombong orang Quraisy itu didapati juga dari orang yang tidak mau percaya (kafir) di segala zaman. Mereka meminta dicepatkan adzab yang menghancurkan itu, “kalau memang ada", kata mereka. Mereka berani berkata demikian karena memang tidak mau percaya. Maka berfirmanlah Allah.