Ayat
Terjemahan Per Kata
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
إِبۡرَٰهِيمُ
Ibrahîm
رَبِّ
ya Tuhanku
ٱجۡعَلۡ
jadikanlah
هَٰذَا
ini
ٱلۡبَلَدَ
negeri
ءَامِنٗا
aman
وَٱجۡنُبۡنِي
dan jauhkan aku
وَبَنِيَّ
dan anak-anakku
أَن
bahwa
نَّعۡبُدَ
kami menyembah
ٱلۡأَصۡنَامَ
berhala
وَإِذۡ
dan ketika
قَالَ
berkata
إِبۡرَٰهِيمُ
Ibrahîm
رَبِّ
ya Tuhanku
ٱجۡعَلۡ
jadikanlah
هَٰذَا
ini
ٱلۡبَلَدَ
negeri
ءَامِنٗا
aman
وَٱجۡنُبۡنِي
dan jauhkan aku
وَبَنِيَّ
dan anak-anakku
أَن
bahwa
نَّعۡبُدَ
kami menyembah
ٱلۡأَصۡنَامَ
berhala
Terjemahan
(Ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari penyembahan terhadap berhala-berhala.
Tafsir
(Dan) ingatlah (ketika Ibrahim berkata, "Ya Rabbku! Jadikanlah negeri ini) yakni kota Mekah (negeri yang aman) memiliki keamanan dan ternyata Allah telah memperkenankan doanya, maka Dia menjadikan Mekah sebagai kota yang suci; dilarang di dalamnya mengalirkan darah manusia, menganiaya seseorang, berburu binatang buruannya dan menebang pepohonannya (dan jauhkanlah aku) hindarkanlah aku (beserta anak cucuku) daripada (menyembah berhala-berhala.").
Tafsir Surat Ibrahim: 35-36
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.
Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan dari manusia; maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku; dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat 35
Allah ﷻ dalam bantahan-Nya terhadap orang-orang musyrik Arab menyebutkan bahwa negeri Mekah ini sejak semula dibangun hanyalah sebagai tempat untuk menyembah Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Dan Ibrahim yang meramaikannya karena pembangunan yang dilakukannya berlepas diri dari orang-orang yang menyembah selain Allah. Dia mendoakan buat kota Mekah agar menjadi kota yang aman.
Dalam doanya yang disitir oleh firman-Nya dia mengatakan: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman.” (Ibrahim: 35) Dan Allah mengabulkan permintaannya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman.” (Al-Ankabut: 67), hingga akhir surat.
“Sesungguhnya rumah yang mula-mula di bangun untuk (tempat beribadat) manusia ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu), menjadi amanlah dia.” (Ali Imran: 96-97)
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman.” (Ibrahim: 35) Dalam ayat ini lafaz balad disebutkan dengan memakai at-ta'rif, yakni al-balad, karena Nabi Ibrahim mendoakannya sesudah membangunnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: “Segala puji bagi Allah, yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishaq.” (Ibrahim: 39)
Telah diketahui bahwa Ismail tiga belas tahun lebih tua daripada Ishaq.
Ketika Ismail dibawa oleh Nabi Ibrahim bersama ibunya ke Mekah, ia masih menyusu; dan sesungguhnya Nabi Ibrahim pada saat itu berdoa pula yang bunyinya seperti berikut: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman.” (Ibrahim: 35) Seperti yang telah kami sebutkan dalam tafsir surat Al-Baqarah secara panjang lebar.
Firman Allah ﷻ: “Dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.” (Ibrahim: 35)
Setiap orang yang berdoa dianjurkan agar mendoakan dirinya sendiri, lalu buat kedua orang tuanya dan anak cucunya.
Kemudian Nabi Ibrahim menyebutkan bahwa banyak kalangan manusia yang terfitnah oleh penyembahan kepada berhala-berhala, dan bahwa dia berlepas diri dari orang-orang yang menyembahnya, lalu ia mengembalikan urusan mereka kepada Allah ﷻ. Jika Allah menghendaki untuk mengazab mereka, tentulah Dia mengazab mereka; dan jika Dia menghendaki memberikan ampunan kepada mereka, tentulah Dia mengampuni mereka. Perihalnya sama dengan apa yang dikatakan oleh Nabi Isa a.s.: “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau juga, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Al-Maidah: 118) Dalam kandungan ayat ini dijelaskan bahwa tiada lain segala sesuatunya dikembalikan kepada kehendak Allah, bukan merupakan pembolehan akan terjadinya hal tersebut.
Ayat 36
Abdullah ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnul Haris, bahwa Bakr ibnu Sawadah pernah menceritakan kepadanya, dari Abdur Rahman ibnu Jarir, dari Abdullah ibnu Amr, bahwa Rasulullah ﷺ membaca firman Allah ﷻ yang menceritakan doa Nabi Ibrahim, yaitu: “Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia.” (Ibrahim: 36), hingga akhir ayat. Dan doa Nabi Isa a.s. yang disebutkan oleh firman-Nya: “Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau juga.” (Al-Maidah: 118), hingga akhir ayat. Setelah itu Rasulullah ﷺ mengangkat kedua tangannya (berdoa) dan mengatakan dalam doanya: “Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku, Ya Allah, (selamatkanlah) umatku.” Lalu beliau ﷺ menangis, dan Allah berfirman, "Hai Jibril, berangkatlah, temui Muhammad, dan tanyakanlah kepadanya apakah yang membuatnya menangis?" (padahal Allah lebih mengetahui) Malaikat Jibril a.s. datang dan menanyainya, lalu Rasulullah ﷺ menjawabnya, (Malaikat Jibril kembali melapor kepada Allah), maka Allah ﷻ berfirman, "Pergilah kepada Muhammad, dan katakanlah kepadanya bahwa Kami akan membuatnya puas terhadap umatnya dan Kami tidak akan mengecewakannya.”
Masih berkaitan dengan nikmat Allah, dijelaskan pula bahwa Nabi
Ibrahim memohon kepada Allah agar anak cucunya diberi nikmat dan
dihindarkan dari menyembah berhala. Dan ingatlah, ketika Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah, Ya Tuhan, jadikanlah negeri Mekah ini negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku hingga akhir zaman
agar tidak menyembah berhala. Ya Tuhan, aku tahu berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak manusia akibat kebodohan mereka. Karena itu, barang siapa mengikutiku
dan tidak menyembah berhala-berhala tersebut, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa mendurhakaiku dan menyembah berhala-berhala itu, maka hukumlah mereka. Akan tetapi, bila Engkau ampuni mereka, maka Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pengampun, Maha
Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang mau bertobat.
Pada ayat-ayat ini, Allah ﷻ memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menyampaikan kepada umatnya kisah di waktu Nabi Ibrahim berdoa kepada Tuhannya, agar doa itu menjadi iktibar dan pelajaran bagi orang Arab waktu itu, karena Ibrahim a.s. itu adalah cikal-bakal dan asal keturunan mereka. Doa itu ialah: Ya Tuhan kami, jadikanlah negeri Mekah ini, negeri yang aman, tenteram, dan sentosa, serta terpelihara dari peperangan dan serangan musuh. Doa Nabi Ibrahim ini dikabulkan Tuhan, dan Dia telah menjadikan negeri Mekah dan sekitarnya, menjadi tanah dan tempat yang aman bagi orang-orang yang berada di sana. Di negeri itu dilarang menumpahkan darah, menganiaya orang, membunuh binatang, dan menebang tumbuh-tumbuhan yang berada di sana.
Allah berfirman:
Tidakkah mereka memperhatikan, bahwa Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, padahal manusia di sekitarnya saling merampok. Mengapa (setelah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang batil dan ingkar kepada nikmat Allah? (al-Ankabut/29: 67)
Orang-orang Arab dan orang-orang yang berdiam di sekitar Jazirah Arab, sejak dahulu hingga sekarang tetap memandang suci dan menghormati tanah haram itu. Bangsa Arab dahulu adalah bangsa yang terkenal sebagai bangsa yang merasa terhina seandainya mereka tidak dapat menuntut bela atas pembunuhan atau penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang atau suatu kabilah terhadap anggota kabilahnya. Penuntutan bela itu merupakan suatu kewajiban suci untuk membela kehormatan kabilahnya yang telah ternoda itu. Oleh karena itu, mereka akan mengadakan penuntutan bela pada setiap kesempatan yang mungkin mereka lakukan. Kecuali jika mereka bertemu di tanah haram, mereka tidak akan melakukan penuntutan bela. Mereka menunggu di luar tanah haram. Setelah musuhnya itu keluar dari tanah haram, barulah mereka melakukan pembalasan dendam itu.
Demikian pula tanah haram itu dihormati dan terpelihara dari maksud jahat orang-orang yang hendak menghancurkan Kabah dan mengotorinya. Sebagaimana yang pernah dilakukan dan dialami oleh Abrahah, gubernur Ethiopia dan tentaranya. Abrahah yang beragama Nasrani itu dapat menak-lukkan Yaman yang beragama Yahudi. Ia bermaksud mengembangkan agama Nasrani di Yaman dan menciptakan Yaman menjadi pusat agama Nasrani di Jazirah Arab. Ia mengetahui pula bahwa orang-orang di Jazirah Arab sangat menghormati Kabah. Karena itu ia ingin memalingkan perhatian orang dari menghormati dan mengunjungi Kabah kepada menghormati dan mengunjungi suatu tempat atau bangunan yang ada di Yaman. Untuk memenuhi keinginannya itu, dibuatlah sebuah gereja besar dan megah di Yaman, namun penduduk Jazirah Arab tidak tertarik minatnya untuk mengunjungi, apalagi menghormati bangunan tersebut. Karena itu timbullah amarah Abrahah, maka disiapkannya pasukan tentara yang mengendarai gajah untuk menyerbu Mekah dan menghancurkan Kabah. Sekalipun ia dan tentaranya tidak mendapat perlawanan sedikit pun dari orang Mekah waktu itu, tetapi Allah ﷻ menghancurkan Abrahah dengan tentaranya sampai mereka cerai berai.
Peristiwa kehancuran Abrahah dan bala tentaranya sewaktu menyerang Mekah ini, dilukiskan Allah ﷻ dalam firman-Nya:
Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (al-Fil/105: 1-5)
Pada hadis-hadis Rasulullah saw, banyak diterangkan tentang penetapan tanah Mekah sebagai tanah haram. Bahkan pada hadis yang diriwayatkan al-Bukhari ditegaskan bahwa tanah Mekah telah ditetapkan Allah sebagai tanah haram sejak Allah menciptakan langit dan bumi:
Dari shafiyah binti Syaibah, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah ﷺ berkhotbah pada hari penaklukan Mekah, beliau berkata, "Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah telah menjadikan Mekah sebagai tanah haram pada hari penciptaan langit dan bumi, maka Dia mengharamkannya sampai hari kiamat, tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya, tidak boleh diburu binatangnya dan tidak boleh mengambil barang temuannya kecuali orang yang akan mengumumkan." (Riwayat al-Bukhari)
Nabi Muhammad ﷺ pernah berdoa kepada Allah ﷻ agar Madinah dijadikan juga sebagai tanah haram. Doa itu diucapkan Rasulullah pada waktu kaum Muslimin menghadap beliau pada permulaan musim buah-buahan, untuk menghadiahkan buah-buahan itu kepada beliau. Tatkala beliau memegang buah-buahan yang diberikan itu, beliau berdoa:
Wahai Tuhan, sesungguhnya Ibrahim adalah hamba-Mu, kekasih-Mu, dan nabi-Mu. Demikian pula aku adalah hamba dan nabi-Mu. Sesungguhnya Ibrahim telah berdoa kepada-Mu untuk Mekah, dan sesungguhnya aku berdoa pula untuk Madinah seperti ia mendoakan kepada-Mu untuk Mekah dan semisalnya (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)
Ibrahim juga berdoa agar ia dan keturunannya dihindarkan Allah ﷻ dari perbuatan menyembah berhala, karena perbuatan itu menyesatkan manusia dari jalan yang benar ke jalan yang salah. Selanjutnya, Ibrahim menerangkan bahwa siapapun di antara anak cucunya itu yang mengikutinya, yaitu beriman kepada Allah dengan sepenuh hati, memurnikan ketaatan dan ketundukan hanya kepada Allah semata, itulah orang-orang yang mengikuti agamanya. Sebaliknya siapa pun di antara anak cucunya itu yang tidak mengikuti agamanya, dan tidak mengikuti petunjuk Allah yang telah disampaikannya, maka Allah Maha Pengampun Mahakekal rahmat-Nya, Maha Penerima Tobat dengan menuntun manusia ke jalan yang benar.
Hal ini berarti bahwa siapapun yang mengakui sebagai pengikut Nabi Ibrahim a.s., tentulah ia menganut agama yang berdasarkan tauhid, mengakui bahwa Tuhan itu Esa tidak beranak, tidak dilahirkan atau diciptakan, dan tidak berserikat dengan sesuatupun, sebagaimana pengakuan penganut-penganut agama yang menyatakan bahwa asal agama mereka ialah agama Nabi Ibrahim. Mustahil jika suatu agama menyatakan sebagai pengikut ajaran Ibrahim padahal mereka mempersekutukan Allah, dan tidak memurnikan ketaatan dan ketundukan kepada Allah semata.
Doa Nabi Ibrahim ini tidak seluruhnya dikabulkan Allah karena banyak pula anak cucunya yang durhaka kepada Allah, di samping banyak pula yang beriman, bahkan ada pula yang diangkat menjadi nabi dan rasul.
Pada ayat yang lalu Allah ﷻ menerangkan bahwa setelah Nabi Ibrahim diangkat menjadi nabi dan rasul, ia pun berdoa pula agar anak cucunya di kemudian hari diangkat pula menjadi nabi dan rasul, tetapi Allah ﷻ menjawab bahwa tidak seluruh doa Nabi Ibrahim itu dikabulkan Tuhan, karena orang-orang yang zalim, walaupun anak seorang nabi dan rasul, mustahil diangkat menjadi nabi dan rasul, seperti bapak dan kakeknya. Allah ﷻ berfirman:
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, "Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia." Dia (Ibrahim) berkata, "Dan (juga) dari anak cucuku?" Allah berfirman, "(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim." (al-Baqarah/2: 124)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kaum Muslimin dilarang mengangkat orang-orang zalim sebagai pemimpin-pemimpin yang akan mengurus urusan mereka. Yang akan diangkat menjadi pemimpin itu hendaklah orang-orang yang masih berjiwa bersih, suka mengerjakan amal-amal yang saleh, melaksanakan perintah-perintah Allah, dan menghentikan larangan-larangan-Nya.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 35
“Dan (ingatlah) tatkala berkata Ibrahim, “Ya Tuhanku! Jadikanlah negeri ini aman sentosa, dan jauhkanlah akan daku dan anak-anakku daripada menyembah berhala-berhala."
Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad ﷺ memperingatkan kembali kepada kaum Quraisy itu bahwasanya yang memulai memancang negeri Mekah tempat mereka berdiam itu ialah nenek moyang mereka Nabi Ibrahim, Dari sebuah lembah yang belum ada penghuninya, sampai menjadi sebuah negeri besar. Dari keturunan Ibrahim itu, timbullah kaum Adnan, yang disebut Arab Musta'ribah, yang terjadi dari sebab perkawinan Isma'il anak Ibrahim dengan perempuan kaum Jurhum Kedua. Adnan itulah yang menurunkan dua cabang suku, yaitu Rabi'ah dan Mudhar. Mudhar inilah yang menurunkan Quraisy. Salah seorang dari turunannya ialah Qushai. Qushai inilah yang datang memperbaiki kembali Ka'bah dan memuliakannya. Dan dari keturunan Qushai inilah segala cabang per-sukuan Quraisy itu. Adapun maksud Ibrahim mendirikan negeri Mekah itu ialah karena hendak mendirikan sebuah rumah persembahan kepada Allah Yang Maha Esa, dan sunyi dari berhala. Sebab itu beliau memohonkan kepada Allah supaya anak-cucunya jangan sampai menyembah berhala-berhala itu. Dan didoakannya kepada Allah supaya negeri yang telah dibukanya itu aman sentosa. Merasa tenteramlah kiranya orang yang tinggal di sana. Jangan ada huru-hara, dan siapa yang masuk ke sana terjaminlah kiranya keselamatannya.
Ayat 36
“Ya Tuhanku! Sesungguhnya dia itu," —yaitu berhala-hala — “telah menyesatkan kebanyakan manusia."
Nabi Ibrahim yang telah banyak mengembara, sejak dari tanah kelahirannya di Babil, (negeri Irak sekarang), sampai ke Palestina, tanah yang dijanjikan Allah pula buat keturunannya, sampai ke Mesir, tempat dia mengawini Hajar, ibu Isma'il, dilihatnya di seluruh negeri itu betapa sesatnya manusia karena menyembah berhala, bahkan sampai beliau bertentangan dengan ayahnya sendiri dan dengan rajanya. Sekarang dibukanya negeri baru, lembah yang tidak ada tanam-tanaman itu, ialah karena hendak mendirikan sebuah daerah yang bersih daripada berhala, bersih dari yang menyesatkan manusia.
Nabi Ibrahim memunajatkan kepada Allah, menerangkan pengalamannya bahwasanya berhala itu telah banyak menyesatkan manusia. Padahal yang patut disembah adalah Allah; sedang berhala itu adalah alam ciptaan Allah jua. Manusia tersesat membesar-besarkan dan memuja barang yang dibikinnya dengan tangannya sendiri, sehingga dia tersesat dan terperosok dari jalan yang lurus, “Ash-Shirathal Mustaqim", kepada jalan lain yang membawanya hanyut ke dalam kesengsaraan. Nabi Ibrahim sejak semula telah meruntuhkan berhala di kampung halamannya sendiri, lalu ditinggalkannya sebuah, yaitu yang paling besar. Ketika dia ditanyai, dijawabnya bahwa yang meruntuhkan berhala kecil-kecil itu ialah berhala yang paling besar. Waktu itu kaumnya yang menyembah berhala itu menolak keterangannya, karena tidak masuk di akal mereka bahwa berhala yang tidak dapat bergerak itu akan berkisar dari tempatnya buat meruntuh kawannya yang kecil-kecil itu. Di sana saja sudah terang bahwa berhala telah menyesatkan kebanyakan manusia.
“Lantaran itu maka barangsiapa yang mengikut aku, sesungguhnya dia adalah dari golonganku." Dan yang masuk golonganku itulah hanya yang dapat aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah, dan pendirian bertuhan Esa itulah yang dinamai agama Nabi Ibrahim yang harif, yaitu agama tauhid."Dan barangsiapa yang mendurhakai aku." Yakni yang mengubah pelajaran tauhid yang aku.pusaka-kan itu,
“Maka sesungguhnya Engkau adalah Maha Pengampun, Maha Penyayang"
Sebagai seorang di antara rasul yang besar, Nabi Ibrahim pun rupanya telah mendapat ilham dari Allah bahwa sepeninggalnya kelak akan ada penyelewengan dari anak-cucunya. Dan kemudian setelah Nabi Muhammad ﷺ. diutus Allah, beliau dapati agama harif Nabi Ibrahim telah dikotori dan dicampur-aduk dengan menyembah berhala. Nabi Ibrahim yang terkenal pengasih, penghiba, (Awwahun, Halimun) tidaklah mengutuk anak cucunya yang mendurhakai jalan yang ditinggalkannya yang diselewengkan itu, melainkan menyerahkannya kepada Allah, moga-moga Allah mengampuni, sebab Allah itu pun Maha Penyayang. Tanda ampun dan sayang Allah, maka diutus-Nyalah Nabi Muhammad ﷺ membawa kembali ajaran tauhid Nabi Ibrahim itu. Sesuai dengan doa Nabi Ibrahim yang ter-maktub dalam surah al-Baqarah ayat 129.
Ayat 37
“Ya Tuhan kami! Sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian dari keturunanku di lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan itu, di dekat rumah-Moyang dihormati."
Ayat ini telah lebih menjelaskan lagi apa yang telah kita paparkan di penafsiran ayat 35 di atas sebagaimana dimaklumi, Ibrahim mempunyai dua cabang keturunan, yaitu keturunan Ishaq yang beranak Ya'qub dan Ya'qub beranak dua belas orang yang disebut Bani rsrail. Dikeluarkan oleh Musa dari penindasan Fir'aun, dan didudukkan di Palestina. Dan Isma'il, yang dibawa sendiri oleh ibunya yang tengah mengandungnya ke lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan itu, maka di sanalah Isma'il lahir ke dunia. Keturunan Isma'il itulah Arab Musta'ribah tersebut. Se-telah Isma'il mulai dewasa, dan setelah ujian Allah atas Ibrahim yang disuruh dalam mimpi menyembelih Isma'il, dan selamat terlepas dari ujian itu, maka datang perintah Allah kepadanya buat mendirikan Bait Allah, atau Ka'bah, berdua dengan anaknya itu. (Lihat al-Baqarah ayat 127). Setelah selamat pembangunan Ka'bah, Nabi Ibrahim menyatakan cita-citanya kepada Allah, moga-moga anak-cucunya yang ditinggalkannya di daerah yang baru dibangunnya itu."Ya Tuhan kami! Supaya kiranya mereka mendirikan shalat."
Moga-moga merekalah yang akan memulai meramaikan ibadah shalat di rumah yang suci itu, agar menjadi contoh teladan dari manusia yang akan datang berkumpul ke sana. Dan didoakannya pula, “Maka jadikanlah hati setengah dari manusia condong kepada mereka." Atau tertarik kepada mereka. Dan supaya kehidupan mereka terjamin di lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan itu, jangan sampai mereka sengsara karena buminya amat kering, dilanjutkan doanya oleh Nabi Ibrahim,
“Dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Moga-moga mereka sama bersyukur."
Telah dijelaskan di permulaan surah bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ diutus ialah hendak mengeluarkan manusia dari gelap kepada terang, menempuh jalan Allah Yang Mahagagah dan Maha Terpuji, maka ayat-ayat ini ialah dalam rangka memperlancar memberikan keterangan agar mereka keluar dari gelap. Di antara zaman Ibrahim dengan zaman Muhammad telah berlalu lebih kurang 2.300 tahun. Keturunan itu telah gelap dari asal mula mereka duduk di Mekah. Mereka hanya tahu, memang nenek moyang mereka Nabi Ibrahim, dan bahwa mereka didudukkan oleh Ibrahim di sana ialah untuk beribadah kepada Allah Yang Maha Esa dan menjaga kesucian rumah yang dihormati dari berhala. Doa Nabi Ibrahimlah yang makbul, sehingga mereka tidak pernah kekurangan buah-buahan, meskipun negeri Mekah itu sendiri kering lembah yang tidak ada tumbuh-tumbuhan, dan sumur Zamzam tidak cukup airnya untuk mengaliri tanah tandus itu, dan sekelilingnya adalah gunung-gunung batu semuanya, namun dari daerah-daerah luar kota Mekah bertimbun buah-buahan, sayur-sayur dan makanan dibawa oleh petani-petani Badwi. Dan mereka sendiri, orang Quraisy dapat pula melebarkan sayap perniagaan ke Thaif dan Syam, ke Yaman dan ke ujung Selatan Tanah Arab. Doa Nabi Ibrahim berujung pula, yaitu moga-moga mereka bersyukur kepada Allah.
Ayat ini untukmenginsafkan orang Quraisy tentang kedudukan mereka yang mulia, dan patutlah mereka kembali kepada pokok ajaran itu dengan mengikuti ajaran Muhammad saw, bersyukur kepada Allah Yang Esa.
Sampai kepada zaman kita sekarang ini pun doa Nabi Ibrahim itu masih tetap dirasakan di negeri Mekah. Mekah sendiri tidak menghasilkan tumbuh-tumbuhan, tetapi di desa-desa Badwi luar Mekah, seperti di Wadi Fathimah, Wadi Usfan, Thaif dan lain-lain, terdapat Wadi atau Oaseyangadatelagadanadaair, danbanyak terdapat kebun-kebun. Hasil kebun-kebun itu diangkut orang ke Mekah. Sebelum Mekah mempunyai kendaraan modern sekarang ini, dengan unta diangkut orang makanan baru dan segar untuk makanan orang Mekah. Apatah lagi sekarang dengan adanya kendaraan bermotor, lebih cepatlah perhubungan. Buah anggur dan apel yang baru selesai dipetik pukul sembilan pagi, dari Libanon dan Suriah, kira-kira pukul 2 tengah hari telah sampai dengan kapal udara di Jeddah dan dibawa dengan mobil ke Mekah, dan pukul 5 sore sudah dimakan orang dengan segarnya.
Demikianlah juga doa Nabi Ibrahim yang satu lagi, yaitu supaya kiranya tertariklah hati manusia kepada mereka,yaitu sebagai jiran dan Bait Allah itu, maka meskipun jarak zaman Nabi Ibrahim dengan kita sekarang sudah kira-kira 4.000 tahun, namun doa itu tetap makbul. Tidak kurang dari 500 juta umat manusia di seluruh dunia ini yang senantiasa berniat, walaupun agak sekali dalam seumur hidup, dapat juga hendaknya bertawaf di sekeliling rumah itu, dan membawakan rezeki bagi jirannya.
Ayat 38
“Ya Allah kami! Sesungguhnya Engkaulah yang tahu apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami nyatakan."
Dengan Engkau, ya Allah, kami tidak dapat menyimpan rahasia, karena tilik pan-dang-Mu menembus sampai ke dasar lubuk hati kami.
“Dan tidaklah ada yang tersembunyi pada Allah sesuatu pun di bumi, dan tidak pula di langit."
Ayat ini melukiskan keikhlasan Ibrahim dan anak-anaknya dalam berkhidmat kepada Allah. Sebab tauhid itu pun adalah ikhlas. Apa isi hati, itulah yang tampak keluar. Tetapi dengan Allah kita tidak dapat berahasia. Sedangkan isi langit diketahui Allah, apatah lagi hanya isi hati kita. Tauhid dan ikhlas itulah yang menyebabkan tidak mungkin mempersekutukan yang lain dengan Allah. Dan apabila manusia telah beroleh pendirian hidup (aqidah) tauhid dan ikhlas itu, kekayaan besarlah yang diberikan Allah kepadanya. Itulah jiwa yang telah keluar dari gelap dan menempuh terang, dan itulah hidup yang sejati. Maka hendaklah sepatutnya orang yang merasakan nikmat itu memuji Allah. Dan kepayahan Ibrahim, yang sejak muda remajanya sampai tua tidak henti-hentinya menegakkan kepercayaan tauhid itu di beberapa negeri, di Babil, di Palestina, Mesir dan Tanah Arab, dengan berbagai-bagai ujian dan cobaan, maka di hari beliau mulai tua, Allah memberinya nikmat sebagai penghargaan atas jasanya, yaitu dia diberi dua orang putra. Maka dengan rasa sangat terharu dilanjutkannya doanya dengan memuji Allah,
Ayat 39
“Segala puji-pujian adalah untuk Allah yang telah mengaruniai aku di kala aku telah tua, Isma'il dan Ishaq."
Dipujinya Allah dengan sepenuh-penuh puji, karena selalu dia mengharap keturunan yang akan menyambung cita-citanya, jangan sampai ajaran yang diberikan Allah itu putus sehingga dia saja, ada hendaknya anak dan keturunan yang akan menyambung. Permohonannya itu didengar dan dikabulkan Allah. Sebab itu disebutnya di lanjutan pujian,
“Sesungguhnya Tuhanku adalah mendengari akan doa “
Mekah sudah ramai, Ka'bah Bait Allah sudah tegak, dan anak Laki-laki pun sudah ada dua orang. Yang seorang akan mengembangkan bangsa Arabi dan yang seorang lagi akan mengembangkan bangsa Ibrani. Semuanya itu disyukuri oleh Ibrahim dengan hati yang sepenuh tulus dan ikhlas. Kemudian dilanjutkan doanya,
Ayat 40
“Ya Tuhanku! Jadikanlah aku pendiri shalat, dan (demikian juga) dari cucu-cucuku. Ya Tuhan kami! Perkenankanlah kiranya doaku."
Doa beliau agar dia menjadi pendiri shalat, telah makbul, dan doanya untuk anak-cucu dan keturunannya pun terkabul. Dari keturunan Ishaq muncullah berpuluh nabi-nabi dan rasul-rasul; termasuk Ya'qub, Yusuf, Musa, Harun, Yusya', Ilyasat, Ilyas, Zulkifli, Ayyub, Dawud, Sulaiman, Zakariya, Yahya dan Isa al-Masih dan lain-lain dari Anbiya Bani Israil. Dan dari keturunan Isma'il, datanglah penutup segala nabi, (khatimul anbiya'), dan yang istimewa dari segala rasul (sayyidil mursalin), Muhammad ﷺ.
Penutup doa Ibrahim amat lagi mengharukan,
Ayat 41
“Ya Tuhan kami! Ampunilah aku dan bagi kedua ibu bapakku, dan bagi orang-orang yang beriman, pada hari yang akan berdiri perhitungan."
Beliau, nenek nabi-nabi dan rasul-rasul memohon ampun kepada Allah entah ada ke-lalaian, entah ada kekurangan dalam memikul kewajiban selama itu, sebab dia manusia, ampuni pula ibu bapaknya kalau boleh, dan terutama lagi, ampunilah sekalian orang yang telah menegakkan kepercayaan kepada Engkau, ya Allah!—Siapa yang tidak akan terharu merenungkan ini—Bertambah tinggi martabat manusia, bertambah dia berendah hati di hadapan Allah. Patutlah kalau bagi kita kaum Muslimin dalam penutup shalat sama kita mohonkan shalawat dan barakah untuk Muhammad dan untuk Ibrahim!