Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَنُسۡكِنَنَّكُمُ
dan sungguh Kami akan menempatkan kamu
ٱلۡأَرۡضَ
bumi/negeri
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡۚ
sesudah mereka
ذَٰلِكَ
demikian itu
لِمَنۡ
bagi orang
خَافَ
takut
مَقَامِي
hadiratKu
وَخَافَ
dan takut
وَعِيدِ
ancamanKu
وَلَنُسۡكِنَنَّكُمُ
dan sungguh Kami akan menempatkan kamu
ٱلۡأَرۡضَ
bumi/negeri
مِنۢ
dari
بَعۡدِهِمۡۚ
sesudah mereka
ذَٰلِكَ
demikian itu
لِمَنۡ
bagi orang
خَافَ
takut
مَقَامِي
hadiratKu
وَخَافَ
dan takut
وَعِيدِ
ancamanKu
Terjemahan
Kami pasti akan menempatkanmu di negeri-negeri itu setelah mereka. Yang demikian itu (berlaku) bagi orang yang takut akan kebesaran-Ku dan takut akan ancaman-Ku.”
Tafsir
("Dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu) di negeri tempat mereka tinggal (sesudah mereka) dibinasakan. (Yang demikian itu) yakni pertolongan dan mewariskan negeri itu (adalah untuk orang-orang yang takut akan menghadap kepada-Ku) pada hari ia menghadap kepada-Nya (dan yang takut kepada ancaman-Ku.") takut kepada azab-Ku.
Tafsir Surat Ibrahim: 13-17
Orang-orang kafir berkata kepada rasul-rasul mereka, "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kalian dari negeri kami atau kalian kembali kepada agama kami.” Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu,
Dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah mereka. Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.
Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka) dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala,
Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air nanah,
Diminumnya air nanah itu dan hampir dia tidak dapat menelannya dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati; dan di hadapannya masih ada azab yang berat.
Ayat 13
Allah ﷻ menceritakan tentang ancaman yang dikatakan oleh umat-umat yang kafir terhadap rasul-rasul mereka, yaitu bahwa mereka akan mengusir para rasul dari negeri mereka agar para rasul jauh terbuang dari pandangan mereka. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh kaum Syu'aib terhadapnya dan orang-orang yang beriman kepadanya, yaitu: “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu, hai Syu 'aib, dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami.” (Al-A'raf: 88), hingga akhir ayat. Juga seperti yang dikatakan oleh kaum Lut, yaitu: “Usirlah Lut beserta keluarganya dari negeri kalian.” (An-Naml: 56), hingga akhir ayat.
Allah ﷻ juga berfirman menceritakan perihal orang-orang musyrik Quraisy: “Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu darinya; dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja.” (Al-Isra: 76) “Dan (ingatlah) ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (Al-Anfal: 30)
Maka di antara pembalasan Allah terhadap mereka yang kafir ialah Allah memenangkan Rasul-Nya, dan menolongnya, serta menjadikan kaum Anshar, dan pasukan kaum muslim yang berjuang di jalan Allah ﷻ sebagai pembelanya, setelah ia diusir dari Mekah. Allah ﷻ terus-menerus meninggikan namanya tahap demi tahap, hingga memberikan kepadanya kemenangan atas kota Mekah yang penduduknya pernah mengusirnya.
Dan Allah menguasakan kota Mekah kepada Nabi ﷺ serta menghinakan musuh-musuh kaum muslim dari kalangan penduduk Mekah dan semua penduduk bumi. Pada akhirnya manusia masuk ke dalam agama Allah secara berbondong-bondong, dan kalimat Allah serta agama-Nya menang atas agama lainnya yang ada di kawasan timur dan barat dalam masa yang cukup singkat. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Ayat 14
“Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, ‘Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu, dan Kami pasti akan menempatkan kalian di negeri-negeri itu sesudah mereka.” (Ibrahim: 13-14)
Sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itu pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (Ash-Shaffat: 171-173)
Allah telah menetapkan, "Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (Al-Mujadilah: 21)
“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuz.” (Al-Anbiya: 105), hingga akhir ayat.
“Musa berkata kepada kaumnya, “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Al-A'raf: 128)
Firman Allah ﷻ: “Dan Kami wariskan kepada kaum yang ditindas itu, negeri-negeri bagian timur dan bagian barat yang telah Kami beri berkah kepadanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.” (Al-A'raf: 137)
Firman Allah ﷻ: “Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan menghadap) ke hadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku.” (Ibrahim: 14)
Artinya, yang demikian itu adalah untuk orang yang takut kepada kedudukan-Ku di hari kiamat dan takut akan ancaman-Ku, yaitu azab dan siksaan-Ku. Ayat tersebut semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi'at: 37-39)
“Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.” (Ar-Rahman: 46)
Ayat 15
Firman Allah ﷻ: “Dan mereka memohon kemenangan (atas musuh-musuh mereka).” (Ibrahim: 15)
Maksudnya, para rasul itu meminta pertolongan kepada Tuhannya dalam menghadapi kaumnya masing-masing.
Demikianlah menurut Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah. Menurut Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, umat-umat itu meminta keputusan untuk diri mereka sendiri, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka: “Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, adalah benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal: 32)
Akan tetapi, dapat pula dikatakan bahwa pendapat yang pertama merupakan makna yang dimaksud, begitu pula pendapat yang kedua. Sebagaimana mereka pernah meminta keputusan untuk diri mereka dalam Perang Badar; Rasul ﷺ meminta keputusan pula untuk menang, dan ternyata beliaulah yang menang. Allah ﷻ telah berfirman kepada orang-orang musyrik: “Jika kamu (orang-orang musyrik) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepada kalian; dan jika kalian berhenti, maka itu lebih baik bagi kalian.” (Al-Anfal: 19), hingga akhir ayat.
Firman Allah ﷻ: “Dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang-wenang lagi keras kepala.” (Ibrahim: 15)
Yakni berperilaku melewati batas lagi menentang kebenaran, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Lemparkanlah oleh kalian berdua ke dalam neraka semua orang yang sangat ingkar dan keras kepala, yang sangat enggan melakukan kebajikan, melanggar batas lagi ragu-ragu, yang menyembah sembahan yang lain beserta Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat besar.” (Qaf: 24-26)
Di dalam sebuah hadis disebutkan: “Sesungguhnya kelak di hari kiamat neraka Jahannam akan didatangkan, lalu neraka Jahannam berseru kepada semua makhluk seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi kuasa untuk menyiksa setiap orang yang sewenang-wenang lagi keras kepala.”
Kecewa dan merugilah dia, yaitu di saat para nabi berupaya keras dalam ibtihal-nya (memohon) kepada Tuhannya Yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa (untuk meminta pertolongan kepada-Nya).
Ayat 16
Firman Allah ﷻ: “Di hadapannya ada Jahannam.” (Ibrahim: 16)
Maka wara' dalam ayat ini berarti di hadapan (bukan di belakang), perihalnya sama dengan pengertian yang terdapat di dalam ayat lain melalui firman-Nya: “Karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.” (Al-Kahfi: 79) Dan tersebutlah bahwa Ibnu Abbas membaca ayat ini dengan bacaan berikut: “Wakana Amamahum Malikun.” Makna ayat: Di hadapan orang-orang yang sewenang-wenang lagi keras kepala ada neraka Jahannam yang menunggu-nunggunya untuk ia tempati sebagai tempat yang tetap buatnya untuk selama-lamanya di hari kiamat kelak. Neraka Jahannam selalu ditampilkan kepadanya setiap pagi dan petang (di alam kubur) hingga hari kiamat.
“Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah.” (Ibrahim: 16)
Yakni di dalam neraka tiada minuman baginya kecuali minuman air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Minuman yang pertama sangat panas, sedangkan minuman yang kedua sangat dingin lagi sangat busuk, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan berbagai macam azab yang lain yang serupa itu.” (Shad: 57-58)
Mujahid dan Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud ialah nanah yang bercampur dengan darah. Menurut Qatadah yaitu cairan yang keluar dari daging dan kulitnya (keringat ahli neraka). Menurut riwayat lain yang bersumberkan dari Qatadah, yang dimaksud dengan istilah sadid ialah sesuatu yang keluar dari perut orang kafir yang berupa nanah bercampur dengan darah.
Di dalam hadis Syahr ibnu Hausyab, dari Asma binti Yazid ibnus Sakan, disebutkan bahwa ia pernah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan Tinatul Khaball." Maka Rasulullah ﷺ menjawab: “Nanah penduduk neraka.” Menurut riwayat lain adalah: “Perasan keringat ahli neraka.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, dari Ubaidillah ibnu Bisyr, dari Abu Umamah r.a., dari Nabi ﷺ sehubungan dengan firman Allah ﷻ: “Dan dia akan diberi minuman dengan air nanah, diminumnya air nanah itu.” (Ibrahim: 16-17) Nabi ﷺ bersabda: “Disuguhkan kepadanya minuman itu, dan dipaksakan kepadanya. Apabila didekatkan kepadanya, maka hanguslah mukanya dan berguguranlah rambut kepalanya. Apabila ia meminumnya, maka hancurlah isi perutnya sehingga isi perutnya keluar dari duburnya.” Allah ﷻ berfirman: “Dan mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya.” (Muhammad: 15) “Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka.” (Al-Kahfi: 29), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Abdullah ibnul Mubarak dengan sanad yang sama. Dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Baqiyyah ibnul Walid, dari Shafwan ibnu Amr dengan sanad yang sama.
Ayat 17
Firman Allah ﷻ: “Diminumnya air nanah itu.” (Ibrahim: 17)
Yakni diminumkan kepadanya dengan paksa. Bila ia tidak mau mereguknya, maka malaikat memukulnya dengan gada besi, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya: “Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (Al-Hajj: 21)
Firman Allah ﷻ: “Dan hampir dia tidak bisa menelannya.” (Ibrahim: 17)
Artinya, dia menolaknya karena rasa, bau, dan warnanya yang sangat buruk; serta panas atau dinginnya yang tak tertahankan.
“Dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru.” (Ibrahim: 17)
Yaitu terasa sangat sakit semua tubuh dan anggota badannya karena siksaan itu.
Menurut Amr ibnu Maimun ibnu Mahran, makna yang dimaksud ialah bahaya maut terasakan oleh semua tulang, urat, dan syarafnya (karena sangat kerasnya siksaan). Ikrimah mengatakan bahwa kepedihan siksaan terasa sampai ke ujung-ujung rambutnya. Ibrahim At-Taimi mengatakan, rasa sakit siksaan terasa oleh seluruh tubuh hingga ujung-ujung rambut yang tumbuh di seluruh tubuhnya.
Ibnu Jarir mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru.” (Ibrahim: 17) Yakni dari arah depan dan belakangnya. Menurut riwayat lain, dari arah kanan dan kirinya, dari bagian atas dan bawahnya serta seluruh tubuhnya.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: “Dan datanglah (bahaya) kematian kepadanya dari segenap penjuru.” (Ibrahim: 17) Maksudnya, berbagai macam siksaan yang ditimpakan oleh Allah kepada penduduk neraka di hari kiamat kelak di dalam neraka Jahannam. Tiada suatu macam siksaan pun melainkan mendatangkan maut, seandainya ada maut saat itu; tetapi ia tidak dapat mati, karena Allah ﷻ telah berfirman dalam ayat yang lain: “Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan azabnya buat mereka.” (Fathir: 36)
Pengertian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas ialah bahwa tiada suatu macam siksaan pun dari berbagai macam siksaan itu melainkan bila ditimpakan kepada seorang penduduk neraka pastilah ia binasa, seandainya dia dapat binasa (mati). Akan tetapi, ia tidak dapat mati agar ia tetap kekal dalam keabadian azab dan pembalasan-Nya. Karena itulah dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
“Dan datanglah (bahaya) maut kepadanya dari segenap penjuru, tetapi dia tidak juga mati.” (Ibrahim: 17)
Firman Allah ﷻ: “Dan di hadapannya masih ada azab yang berat.” (Ibrahim: 17)
Maksudnya, sesudah itu dia masih harus mengalami azab lain yang sangat keras, yakni siksaan yang sangat menyakitkan, sangat sulit, dan sangat keras lebih daripada siksaan yang sebelumnya; lebih mengerikan dan lebih pahit. Di antaranya ialah seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ tentang pohon zaqqum yang ada di neraka, yaitu: “Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar neraka Jahim, mayangnya seperti kepala setan-setan. Maka sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu, maka mereka memenuhi perutnya dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah makan buah pohon itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. Kemudian sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.” (Ash-Shaffat: 64-68)
Allah ﷻ menceritakan bahwa penghuni neraka adakalanya disiksa dengan disuruh memakan buah zaqqum, adakalanya disuruh meminum minuman yang panas, adakalanya pula dimasukkan ke dalam neraka Jahim.
Semoga Allah melindungi kita dari siksaan-siksaan tersebut. Itulah siksa neraka yang disebutkan oleh firman-Nya:
“Inilah neraka Jahannam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa. Mereka berkeliling di antaranya dan di antara air yang mendidih yang memuncak panasnya.” (Ar-Rahman: 43-44)
“Sesungguhnya pohon zaqqum itu makanan orang yang banyak berdosa. (Ia) sebagai kotoran minyak yang mendidih di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas. Peganglah dia, kemudian seretlah dia ke tengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya siksaan (dari) air yang sangat panas. Rasakanlah, bukankah kamu orang yang perkasa lagi mulia. Sesungguhnya ini adalah azab yang dahulu selalu kalian meragu-ragukannya.” (Ad-Dukhan: 43-50)
“Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu? Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.” (Al-Waqi'ah: 41-44)
“Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk, (yaitu) neraka Jahannam, yang mereka masuk ke dalamnya; maka amat buruklah Jahannam itu sebagai tempat tinggal. Inilah (azab neraka), biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka) air yang sangat panas dan air yang sangat dingin. Dan berbagai macam azab yang lain yang serupa itu.” (Shad: 55-58)
Masih banyak lagi ayat lainnya yang menunjukkan keanekaragaman azab yang ditimpakan kepada ahli neraka yang tiada mengetahui jenis, macam, dan bentuknya melainkan hanya Allah ﷻ sebagai pembalasan yang setimpal dengan amal perbuatan masing-masing. Namun “sekali-kali tidaklah Tuhanmu menzalimi hamba-hamba-(Nya).” (Fushshilat: 46)
Dan Kami pasti akan menempatkan kamu kembali dan menjadikanmu
penguasa di negeri-negeri itu setelah mereka Kami binasakan. Yang demikian
itu, yakni membinasakan orang kafir dan menempatkan kembali para
rasul ke negeri mereka sendiri, adalah anugerah bagi orang-orang yang
takut akan kedudukannya ketika menghadap ke hadirat-Ku di hari Kiamat, dan juga takut akan azab dan ancaman-Ku. Allah berjanji akan membinasakan orang kafir, karena itu para rasul
menyambutnya dengan memohon agar dakwah mereka menemui keberhasilan. Dan mereka memohon kepada Allah agar diberi kemenangan
atas para penentang mereka. Allah mengabulkan doa itu, dan binasalah
semua orang yang berlaku dan berbuat sewenang-wenang lagi keras kepala
dan enggan mengakui keesaan Allah dan beribadah hanya kepada-Nya.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ menyebutkan janji-Nya yang lain kepada para rasul, bahwa Allah akan menempatkan mereka di negeri-negeri itu, setelah umat yang zalim itu lenyap karena azab yang akan ditimpakan kepada mereka. Janji ini akan dilaksanakan-Nya untuk orang-orang yang bertakwa, yang merasa takut untuk menghadap Allah dengan dosa yang banyak, dan merasa takut kepada ancaman dan siksa-Nya.
Dengan jelas dapat dipahami bahwa janji Allah yang disebutkan dalam ayat ini memperkuat janji-Nya yang telah disebutkan pada ayat di atas, tentang pembinasaan orang-orang yang zalim. Setelah mereka binasa dan lenyap dari muka bumi, maka rasul-rasul bersama umatnya masing-masing yang beriman dan taat kepada Allah menjadi penghuni negeri-negeri itu, dan mereka hidup dengan tenteram di bawah limpahan rahmat dan rida Allah.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 13
“Dan berkata orang-orang yang kafir itu kepada rasul-rasul mereka, “Sungguh akan kami keluarkan kamu dari negeri kami, kecuali kalau kamu kembali kepada agama kami."
Sambutan yang seperti ini telah lebih menunjukkan betapa hebat pertemuan di antara paham terang dengan paham gelap, di antara budi luhur dengan perangai kasar. Seruan yang lemah lembut tidaklah mereka sambut dengan lemah lembut pula, melainkan dengan sikap angkuh, sombong dan sebagai sikap orang yang telah kehilangan segala lawan dan merasa diri kuat. Dengan kekuatan mereka hendak mengalahkan kebenaran. Rasul-rasul itu mesti mengubah sikap dan pendirian, yaitu kembali kepada agama nenek moyang. Kalau masih berkeras mempertahankan pendirian mereka, mencela berhala, menyembah Allah yang satu, mereka akan diusir dari kampung halaman mereka. Jejak mereka akan dikikis habis dari negeri. Tidak mereka sadari bahwa di atas kekuatan mereka ada lagi kekuatan Yang Mahatinggi, kekuatan Allah.
Menulis Sayyid Quthub di dalam tafsirnya, “Di sini jelaslah hakikat pertentangan dan tabiatnya di'antara Islam dengan jahiliyyah.
Jahiliyyah tidak ridha jika Islam itu mempunyai kepribadian yang berdiri sendiri. Mereka tidak dapat membiarkan Islam itu berdiri di luar lingkungannya. Dia tidak akan berkompromi dengan Islam, walaupun Islam mengulurkan tangan buat damai!!! Sedang Islam itu mesti nyata dan tegas dalam bentuk yang mengumpulkan gerak yang bebas di bawah pimpinan yang besar dan kesetiaan yang bebas pula. Sikap Islam yang seperti ini tidaklah tertahankan oleh jahiliyyah. Lantaran itu maka orang-orang yang kafir bukan saja meminta kepada rasul-rasul itu supaya berhenti berdakwah, tetapi mereka minta pula dengan sungguh-sungguh supaya beliau-beliau itu kembali kepada agama mereka yang asli, masuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri dengan masyarakat jahiliyyah, sehingga hilang sirnalah pendirian mereka yang tegas bebas menentang itu. Padahal ini pulalah yang pantang dari tabiat agama ini dan penganutnya, dan ini pula yang ditolak mentah-mentah oleh rasul-rasul. Sekali Muslim telah melepaskan diri dari masyarakat Jahiliyyah, sejak itu dia tidak akan kembali lagi." Sekian Sayyid Quthub.
Setelah ancaman demikian disampaikan kepada rasul-rasul Allah pun menyampaikan pula firman tegas-Nya kepada rasul-rasul-Nya.
"Maka mewahyukanlah kepada mereka Tuhan mereka, “Sesungguhnya akan Kami binasakan orang-orang yang zalim itu."
Itulah janji dan keputusan pasti dari Allah. Dan yang kedua,
Ayat 14
“Dan akan Kami dudukkan kamu di bumi sesudah mereka."
Pertama kaum yang menolak dan menentang itu akan dihapus sirna, mereka dan kampung halaman mereka musnah, atau segala kekuasaan mereka akan habis. Ini telah kejadian pada umat-umat yang diceritakan halnya di dalam Al-Qur'an. Kemudian setelah mereka musnah, di atas runtuhan kegelapan dan kezaliman itu bendera ajaran rasul-rasul pasti berkibar. Ini telah terjadi pada rasul-rasul Nuh, Hud, Shalih, Luth dan lain-lain. Sebab kegelapan itu tidaklah akan bisa dipertahankan. Dan ini pun akan terjadi dengan Muhammad ﷺ. Menurut bahasa Arab, kalimat-kalimat yang terpakai dalam kedua ayat ini, yaitu Lanuhlikanna, memakai nun taukid tsaqilah, demikian juga Lanuskinannakum kepada rasul-rasul, juga memakai nun taukid tsaqilah. Artinya ialah sungguh-sungguh akan Kami binasakan mereka, dan sungguh-sungguh akan Kami tem-patkan kamu di bumi. Keduanya adalah kata pasti, kata Allah yang tidak ada satu kekuatan lagi yang dapat merombak. Kemudian Allah meneruskan pada lanjutan ayat,
“Yang demikian itu adalah untuk orang yang takut akan bendini di hadapan-Ku." — Kelak di Akhirat — “Dan takut akan ancaman-ancaman-Ku."
Artinya ialah peringatan-peringatan yang demikian untuk jadi peringatan keras, supaya hal-hal yang seperti terjadi terhadap kepada rasul-rasul yang terdahulu itu supaya menimbulkan kengerian pada penentang-penen-tang Nabi Muhammad ﷺ. Sebab apabila Allah bertindak, tidaklah ada kekuatan yang dapat menghambat, dan di akhirat semuanya akan dihadapkan kehadirat Mahkamah Allah, untuk mempertanggungjawabkan sikap sombong yang telah mereka lakukan terhadap kepada utusan-utusan Allah.
Ayat 15
“Dan mereka pun meminta pentolongan. Tetapi gagallah tiap-tiap usaha orang yang sombong angkuh yang menentang."
Maka orang-orang yang menentang rasul-rasul itu, yang mengancam akan mengusir rasul-rasul dari negeri mereka, atau memaksa rasul masuk ke dalam agama musyrik mereka, setelah ketentuan Allah datang dan kemusnahan datang menimpa, mencoba-coba mencari pertolongan ke kiri kanan. Namun usaha mereka itu gagal sama sekali. Sebab tidak ada satu kekuatan pun yang berani berdiri di hadapan ketentuan Allah.
Setengah tafsir menerangkan bahwa kedua belah pihaknya sama-sama meminta per-tolongan, dari kalimat Was-taftahuu, yang berarti juga menunggu-nunggu datangnya pertolongan, atau kemenangan. Pihak musyrikin mengharapkan bahwa merekalah yang akan menang dengan pendiriannya itu dan pihak rasul-rasul Allah pun yakin akan kebenaran mereka dan mereka jua yang akhirnya akan menang. Akhir ketentuan dari Allah sendiri ialah bahwa yang gagal, yang bobrok dan yang runtuh ialah si jahiliyyah, si musyrik.
Contoh-contoh yang seperti ini banyaklah kita dapati dalam sejarah manusia. Kekejaman dan kekuatan manusia, menuhankan sesama manusia, mengagung-agungkan yang selain dari Allah. Ditantang oleh “Oposisi'' yang kelihatannya lemah, seperti oposisinya nabi-nabi dan rasul-rasul. Yang bersangkutan merasa yakin bahwa dialah yang akan terus menang dan rejimnya tidak akan dapat dijatuhkan. Kemudian dengan tidak disangkanya dan tidak siapa pun yang lain yang menyangka, dia pun jatuh berantakan. Dan kebenaran juga yang menang!
Ayat 16
“Di belakangnya adalah neraka Jahannam, dan akan diberi minum dengan air mata."
Siksaan keruntuhan, kemusnahan yang telah mereka derita di dunia ini, tidaklah akan cukup hingga itu saja. Itu semuanya adalah yang mereka hadapi di dunia. Adapun di belakang itu, yaitu di akhirat, sesudah mati, adalah lagi hukuman yang lebih hebat yang akan mereka terima, yaitu neraka Jahannam. Satu di antara beribu-ribu adzab yang akan mereka derita dalam neraka Jahannam itu ialah suatu minuman, yang terbikin dari air campuran darah dan nanah (mala). Yang menyebut saja pun di waktu sekarang telah merasa jijik, apatah iagi jika telah tiba waktu mesti diminum kelak. Api neraka sangat panas dan diri mereka merasa haus di dalamnya, selalu haus dan selalu menginginkan air minum. Tetapi untuk pengobat haus yang diberikan kepada mereka ialah air mala itu.
Ayat 17
“Dia akan meminum itu dengan susah."
Niscaya demikianlah jadinya, mengingat baunya dan jijiknya, padahal awak sangat haus hendak minum juga. Tidak diminum bertambah haus, akan diminum terasa jijiknya."Dan hampir-hampirlah tidak dapat di-regukkan." Tidak dapat lewat ke mulut dan kerongkongan."Dan akan datang kepadanya maut dari tiap-tiap tempat." Tiap-tiap saat rasanya maut akan datang juga, maka sangat mengharapkan dia, biar dia mati. Karena dengan mati lepaslah penderitaan yang sangat dahsyat ini. Bukankah semasa di dunia dahulu, dari saking beratnya penanggungan jiwa, orang kerapkali rela, biarlah mati saja. Sebab dengan mati lepaslah diri dari penderitaan itu. “Namun dia tidaklah mati." Sebab mati itu hanya sekali saja, yaitu ujung dari kehidupan dunia dan gerbang dari kehidupan kekal.
“Sedang dari belakangnya ada adzab yang …"
Pada ayat 14 di atas tadi telah Allah terangkan bahwa hal ini haruslah menimbulkan takut dan ngeri di hati insan, agar mereka ingat bahwa mereka akan disuruh berdiri di hadapan Allah kelak kemudian hari, di akhirat. Kalau orang kafir tidak mau percaya, ialah kepercayaannya akan firman-firman Allah ini.
Sudah diterangkan betapa adzabyangakan dihadapi di akhirat, yang wajib kita percayai. Kemudian pada ayat selanjutnya manusia diajak berpikir kembali, dengan Allah mengemukakan perumpamaan,
Ayat 18
“Penumpamaan dari orang-orang yang tidak mau percaya kepada Tuhan mereka, amat-amat mereka adalah seperti abu (debu) yang ditiup keras oleh angin pada hari angin ribut besar."
Tegasnya, meskipun ada juga mereka mengerjakan amal yang mungkin baik, tetapi oleh karena dasarnya tidak ada, tidak tumbuh atas dasar kepercayaan kepada Allah, hanya karena sombong, mencari nama, mendabik dada, maka bila tiba angin rebut agak keras, amal itu akan dihembusnya habis, tumbang. Karena dia hanya terletak di atas pasir, tidak berurat sampai ke bawah, “Tidaklah mereka beroleh apa-apa dari apa yang mereka usahakan itu sedikit jua pun." Habis terbuang percuma segala tenaga yang telah tertumpah selama ini.
"Itulah dia kesesalan yang sudah sangat jauh."
Dan kalau sudah sangat jauh sesatnya, bagaimana memanggilnya pulang lagi? Dan bagaimana menjemputnya?
Tidak lain, hanya ketaatan dan pikiran yang jernih dan terang, dan cahaya terang benderang dari iman, sebagai tukaran dari kegelapan pikiran, karena tidak mempercayai Allah atau mendurhakai Allah.
Peringatan mendalam yang pada asal mulanya kaum musyrikin Mekah menjadi Sabab-Nuzul (sebab turun ayat), tetapi tetap menjadi pedoman bagi umat selanjutnya, karena semangat agama itu selalu harus diperbaharui dan aqidah tauhid harus tetap dihidupkan. Sebab paling malanglah orang yang hidup dengan tidak ada dasar landasan tempat tegak.