Ayat
Terjemahan Per Kata
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
بَوَّأۡنَا
Kami tempatkan
بَنِيٓ
Bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
مُبَوَّأَ
di tempat
صِدۡقٖ
yang baik
وَرَزَقۡنَٰهُم
dan Kami beri rezki mereka
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
فَمَا
maka tidak
ٱخۡتَلَفُواْ
mereka berselisih
حَتَّىٰ
sehingga
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُۚ
pengetahuan
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
يَقۡضِي
Dia memutuskan
بَيۡنَهُمۡ
diantara mereka
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
فِيمَا
dalam/tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
فِيهِ
didalamnya
يَخۡتَلِفُونَ
mereka perselisihkan
وَلَقَدۡ
dan sesungguhnya
بَوَّأۡنَا
Kami tempatkan
بَنِيٓ
Bani
إِسۡرَٰٓءِيلَ
Israil
مُبَوَّأَ
di tempat
صِدۡقٖ
yang baik
وَرَزَقۡنَٰهُم
dan Kami beri rezki mereka
مِّنَ
dari
ٱلطَّيِّبَٰتِ
yang baik-baik
فَمَا
maka tidak
ٱخۡتَلَفُواْ
mereka berselisih
حَتَّىٰ
sehingga
جَآءَهُمُ
datang kepada mereka
ٱلۡعِلۡمُۚ
pengetahuan
إِنَّ
sesungguhnya
رَبَّكَ
Tuhanmu
يَقۡضِي
Dia memutuskan
بَيۡنَهُمۡ
diantara mereka
يَوۡمَ
hari
ٱلۡقِيَٰمَةِ
kiamat
فِيمَا
dalam/tentang apa
كَانُواْ
adalah mereka
فِيهِ
didalamnya
يَخۡتَلِفُونَ
mereka perselisihkan
Terjemahan
Sungguh, Kami benar-benar telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang benar (bagus dan nyaman) dan Kami beri mereka rezeki yang baik. Maka, mereka tidak berselisih hingga datang kepada mereka pengetahuan (yang tersurat dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhanmu akan memberi keputusan antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan.
Tafsir
(Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan) memberikan tempat (Bani Israel di tempat kediaman yang bagus) tempat yang terhormat, yaitu negeri Syam dan negeri Mesir (dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih) sekalipun sebagian di antara mereka beriman dan sebagian yang lain kafir (kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan, yang tersebut dalam Taurat. Sesungguhnya Rabb kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu) dalam masalah agama, yaitu dengan menyelamatkan orang-orang beriman dan mengazab orang-orang kafir.
Tafsir Surat Yunus: 93
Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik. Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
Allah ﷻ menceritakan perihal nikmat-Nya yang telah Dia limpahkan kepada kaum Bani Israil, yaitu nikmat agama dan duniawi. Firman Allah ﷻ yang mengatakan:
“Di tempat kediaman yang bagus.” (Yunus: 93)
Menurut suatu pendapat, yang dimaksud ialah kota-kota di negeri Mesir dan negeri Syam yang terletak di sekitar Baitul Maqdis dan kawasan sekelilingnya.
Karena sesungguhnya Allah ﷻ setelah membinasakan Fir'aun dan bala tentaranya, maka kekuasaan negeri-negeri Mesir seluruhnya berada di tangan Nabi Musa, seperti yang disebutkan oleh Allah ﷻ dalam firman-Nya:
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu negeri-negeri bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya dan apa yang telah dibangun oleh mereka.” (Al-A'raf: 137)
“Maka Kami keluarkan Firaun dan kaum-kaumnya dari taman-taman dan mata air, dan (dari) perbendaharaan dan kedudukan yang mulia, demikianlah halnya dan Kami anugerahkan semuanya (itu) kepada Bani Israil.” (Asy-Syu'ara: 57-59)
“Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan.” (Ad-Dukhan: 25), hingga beberapa ayat berikutnya.
Akan tetapi, mereka bersama Musa a.s. terus berjalan mencari Baitul Muqaddas yang merupakan negeri Nabi Ibrahim Al-Khalil a.s. Mereka terus mengikuti Nabi Musa yang mencari Baitul Maqdis yang saat itu telah diduduki oleh suatu kaum dari bangsa 'Amaliqah. Bani Israil surut mundur, tidak mau berperang melawan mereka. Maka Allah menyesatkan kaum Bani Israil di Padang Tih selama empat puluh tahun. Dalam masa itu Harun meninggal dunia, kemudian disusul oleh Nabi Musa a.s.
Setelah keduanya wafat, mereka berhasil keluar dari Padang Tih itu bersama Yusya' bin Nun dan Allah membukakan bagi mereka Baitul Muqaddas. Sejak saat itu kekuasaan Baitul Muqaddas berada di tangan mereka sampai direbut oleh Bukhtansar selama beberapa masa, tetapi pada akhirnya dapat direbut kembali oleh Bani Israil. Sesudah itu negeri Baitul Muqaddas direbut oleh raja-raja Yunani, dan mereka menguasainya dalam kurun waktu yang cukup lama.
Di masa itulah Allah ﷻ mengutus Nabi Isa bin Maryam a.s. Maka orang-orang Yahudi -semoga Allah melaknat mereka- meminta bantuan kepada raja-raja Yunani itu untuk memusuhi Isa a.s.; saat itu orang-orang Yahudi berada di bawah kekuasaan mereka. Orang-orang Yahudi melancarkan hasutannya terhadap Isa a.s. di hadapan raja-raja Yunani dan mengatakan kepada mereka bahwa Isa telah mengadakan pergerakan yang membuat rakyat kerajaan menjadi rusak. Maka raja-raja Yunani mengirimkan orang-orangnya untuk menangkap Isa a.s.
Lalu Allah ﷻ mengangkat Isa kepada-Nya dan menyerupakan salah seorang dari kaum Hawariyin dengannya di mata mereka atas kehendak dan kekuasaan Allah ﷻ. Kemudian mereka menangkap orang yang serupa dengan Isa itu dan menyalibnya, mereka menduga bahwa dia adalah Isa. mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa, tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An-Nisa:157-158)
Tiga ratus tahun kemudian sesudah Isa a.s. masuklah Konstantin, salah seorang raja Yunani, ke dalam agama Nasrani. Dia adalah seorang filosof sebelum itu. Menurut suatu pendapat, ia masuk ke dalam agama Nasrani karena taqiyyah (diplomasi): dan menurut pendapat yang lainnya lagi sebagai tipu muslihat untuk merusak agama dari dalam.
Maka para uskup dari kalangan mereka membuat undang-undang dan syariat-syariat dalam agama Nasrani untuknya yang mereka buat-buat dan ada-adakan sendiri. Dan Raja Konstantin membuatkan untuk mereka gereja-gereja, biara-biara yang besar dan yang kecil, serta patung-patung dan tempat-tempat peribadatan Nasrani. Di masa itu agama Nasrani mengalami kemajuan yang pesat; dan terkenal dengan adanya penggantian, perubahan, penyimpangan yang banyak, serta kedustaan sehingga bertentangan dengan agama Al-Masih yang asli.
Tiada seorang pun dari kalangan Bani Israil yang bertahan pada agama Al-Masih yang asli, kecuali sedikit orang dari kalangan para rahib yang memencilkan dirinya di padang sahara dan tempat-tempat yang jauh dari keramaian dengan rumah-rumah peribadatan mereka. Agama Nasrani menguasai negeri Syam, sebagian dari Jazirah Arab, dan negeri-negeri Romawi. Raja Konstantin membangun sebuah kota besar yang diberi nama Konstantinopel, lalu Qumamah, Bait Lahm, dan berbagai gereja di Baitul Maqdis dan kota-kota di Hauran, seperti kota Basra dan lain-lainnya; bangunan-bangunan yang didirikannya itu cukup megah dan kuat.
Sejak saat itulah salib mulai disembah, dan mereka sembahyang dengan menghadap ke arah timur, lalu mereka menggambar semua gereja, menghalalkan daging babi, dan lain-lainnya yang mereka buat-buat dalam agama mereka, baik yang menyangkut masalah cabang maupun pokoknya. Mereka juga membuat amanat yang kecil untuk sang raja, lalu mereka menamakannya dengan amanat yang besar dan membuat untuknya banyak undang-undang; keterangan mengenai hal ini cukup panjang.
Kekuasaan mereka masih tetap bercokol di negeri-negeri tersebut hingga negeri-negeri itu berhasil direbut dari tangan mereka oleh para sahabat Nabi Muhammad ﷺ. Dan kota Baitul Maqdis berhasil ditaklukkan oleh Amirul Muminin Umar ibnul Khattab radhiyallahu ‘anhu.
Firman Allah ﷻ: “Dan kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik.” (Yunus: 93)
Yakni rezeki yang halal lagi baik, bermanfaat serta dinilai baik untuk keperluan tubuh dan agama.
Firman Allah ﷻ: “Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan (yang tersebut di dalam Taurat).” (Yunus: 93)
Maksudnya, tidaklah mereka berselisih dalam sesuatu masalah melainkan setelah mereka mendapat pengetahuan. Dengan kata lain. sebenarnya mereka tidak usah berselisih pendapat karena Allah telah menjelaskan kepada mereka dan menghapuskan dari mereka semua kekeliruan.
Di dalam sebuah hadis disebutkan: Bahwa orang-orang Yahudi berpecah belah menjadi tujuh puluh satu golongan, dan orang-orang Nasrani berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan umat ini kelak akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, salah satu golongan darinya masuk surga, sedangkan yang tujuh puluh dua golongan masuk ke dalam neraka. Ditanyakan kepada Rasulullah, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Orang-orang yang mengikuti tuntunan yang dijalankan olehku dan sahabat-sahabatku.”
Imam Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya meriwayatkannya dengan lafaz yang sama, dan hadis ini terdapat pula di dalam kitab-kitab Sunnah dan kitab-kitab Musnad. Karena itulah Allah ﷻ berfirman:
“Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka.” (Yunus: 93)
Yakni akan memutuskan peradilan di antara mereka “di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.” (Yunus: 93)
Setelah dijelaskan tentang kezaliman Firaun dan pengikutnya serta azab yang dialami diakhir hidupnya, lalu dijelaskan tentang anugerah Allah kepada bani Israil. Dan sungguh, Kami telah menempatkan Bani Israil di tempat kediaman yang bagus, yakni tempat yang terpenuhi segala kebutuhan hidup, tanah yang subur, lingkungan yang nyaman, dan udara yang segar, dan Kami beri mereka rezeki yang baik dari hasil bumi. Maka setelah mendapatkan rezeki mereka tidak berselisih dalam urusan dunia maupun agama, kecuali setelah datang kepada mereka pengetahuan yang tersebut dalam Taurat. Sesungguhnya Tuhan kamu, wahai Nabi Muhammad, akan memberi keputusan antara mereka pada hari Kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu. Setelah dijelaskan bahwa perselisihan yang terjadi pada Bani Israil adalah setelah datangnya pengetahuan sebagaimana tersebut dalam kitab Taurat, lalu ditegaskan kepada Nabi Muhammad agar tidak meragukan wahyu yang diturunkan kepadanya. Maka jika engkau wahai Nabi Muhammad, berada dalam keragu-raguan tentang apa yang Kami turunkan kepadamu, seperti kisah Nabi Nuh, Musa, dan lainnya, maka tanyakanlah kepada orang yang membaca kitab sebelummu, yakni ulama Yahudi dan Nasrani yang mempelajari Taurat dan Injil. Sungguh, telah datang kebenaran kepadamu dari Tuhanmu, wahai Nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orang yang ragu.
Sesudah Allah mengakhiri kisah Firaun, maka pada ayat ini, Allah menyebutkan riwayat Bani Israil, setibanya mereka pada tempat yang dijanjikan Tuhan. Allah telah menempatkan mereka di negeri yang indah yaitu negeri Palestina. Sebagaimana diterangkan pula dalam ayat yang lain firman Allah:
Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu bumi bagian timur dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. (al-Araf/7: 137)
Allah melimpahkan rezeki yang baik dan bermacam-macam, seperti peternakan, perkebunan, pertanian, dan perikanan di daratan, seperti Laut Mati, dan di lautan kepada Bani Israil. Mereka hidup rukun dan damai penuh bahagia di negeri yang baru itu. Tetapi kemudian timbul perselisihan yang besar di kalangan mereka sesudah mereka mempelajari kitab Taurat dan hukum-hukum-Nya. Sebenarnya tidak wajar mereka itu berselisih paham sebab Allah telah cukup jelas menerangkan kepada mereka syariat-Nya. Jika timbul perselisihan maka hal itu disebabkan faktor pribadi dan kepentingan golongan di antara mereka. Firman Allah:
Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab, kecuali setelah mereka memperolah ilmu, karena kedengkian di antara mereka. (ali Imran/3: 19)
Kedengkian dan kebencian terhadap golongan lain, ambisi pribadi, bermegah-megah dan kepentingan golongan serta faktor-faktor subyektif sangat mempengaruhi orang-orang Yahudi dalam mempelajari Kitab Suci. Mereka tidak segan memutarbalikkan pengertian ayat dari arti yang sebenarnya. Firman Allah:
(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. (an-Nisa/4: 46).
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Ayat 90
“Dan telah Kami seberangkan Bani Israil di lautan itu."
Kisah penyeberangan Bani Israil melalui lautan dan terbelahnya laut untuk menye-lamatkan mereka telah kita baca di dalam surah al-Baqarah, surah al-A'raaf dan asy-Syu'araa' dan beberapa surah yang lain. Lautan terbelah setelah Allah menitahkan Musa memukulkan tongkatnya ke laut dan Bani Israil dapat berjalan di atas tanah lautan yang telah dikeringkan Allah itu, yang tertahan membeku laksana salju layaknya."Lalu diikuti mereka oleh Fir'aun dan tentara-tentaranya karena angkara murka dan rasa permusuhan." Karena sakit hati mengapa Mesir ditinggalkan, dan murka mengapa hendak membebaskan diri dari pertuhanan Fir'aun. Mereka dikejar dengan niat hendak menghalau mereka kembali ke Mesir. Jalan lautan itu sengaja direntangkan Allah buat Bani Israil, lalu di atas jalan itu pula Fir'aun dan tentaranya hendak menyeberang mengejar. Akan tetapi, setelah Bani Israil selamat sampai di seberang dan Fir'aun serta tentaranya baru sampai di tengah lautan yang telah terbelah itu bertaut kembali, sehingga tenggelamlah si pengejar itu semua."Sehingga apabila tenggelam telah mencapai dia." Artinya, setelah dia hampir tenggelam ditelan lautan itu, dan terasa olehnya bahwa dia memang tidak dapat lagi melepaskan diri dari bahaya dan mengelak dari maut, dan terasa olehnya, segala usaha telah gagal, malahan kematianlah yang mengancamnya. “Berkatalah dia: Percayalah aku bahwasanya memang tidak ada Allah, melainkan Allah yang telah dipercayai akan Dia oleh Bani Israil." Jelasnya, seakan-akan kita rasakanlah apa yang terkenang Fir'aun di saat terakhir itu. Segala usahanya menindas, menghambat dan merintangi gerakan Musa selama ini selalu gagal, tetapi di waktu selalu dia berkeras hati menentang Allah. Sebab harapannya akan hidup masih besar. Tetapi sekarang, setelah istananya jauh dari matanya, dan maut telah melayang di atas kepalanya, ombak gelombang bersabung dari kiri kanan, dan badannya telah menggelayut turun karena berat pakaian dan perhiasan yang ada pada dirinya, yakinlah dia bahwa dia akan mati. Di saat itu, di ambang maut, baru dia mau menyerah, baru dia mengaku bahwa yang lebih kuat memang Allah yang dipercayai oleh Bani Israil itu. Maka pada saat itu pula dia berkata, “Dan adalah aku ini dari orang-orang yang menyerah diri."
Pada saat itu baru dia menyerah diri, yaitu pada saat usahanya yang penghabisan telah gagal, malahan akan ditebusnya dengan jiwanya. Bertemulah sekarang apa yang dimohonkan oleh Musa dan Harun kepada Allah, agar dimusnahkan harta benda mereka dan dikeraskan hati mereka, sampai mereka berhadapan dengan adzab yang pedih pada dunia, yaitu kematian yang amat ngeri.
Ayat 91
“Apakah baru sekarang?"
Yaitu setelah engkau lihat bahwa segala usahamu dan usaha yang penghabisan gagal, baru kamu mau mengaku menyerah kepada Allah Bani Israil? “Padahal engkau telah men-durhaka sejak sebelumnya." Dan segala usahamu menghambat, merintangi, menindas dan menganiaya ialah dalam rangka mendurhakai Allah? Dan yang terakhir ini pun adalah usahamu menghambat ketentuan Allah bahwa Bani Israil mesti meninggalkan Mesir?
‘Dan engkau adalah dari orang-orang yang merusak."
Mengatakan diri menyerah, atau Muslim kepada Allah di ujung peristiwa yang engkau rencanakan sendiri di dalam menentang Allah, padahal engkau sendiri yang binasa, kini tidaklah ada artinya lagi. Sudah pasti, bahwa jika rencanamu yang terakhir ini tidak gagal, engkau belum juga akan menyerah kepada Allah. Dan di dalam menentang Allah itu berbagai kerusakan telah engkau perbuat. Nilai-nilai kesucian Allah engkau koto rkan. Nabi Allah engkau hinakan, umat yang memercayai Allah engkau tindas, mana orang yang berani mengangkat muka menyebut kebenaran engkau tekan. Apa artinya menyerah diri pada saat hukum Allah mesti berlaku?
Ahli-ahli tafsir berbagai pula penafsirannya tentang pertanyaan ayat 91 ini. Kata setengah mereka ialah firman Allah sendiri disampaikan oleh Jibril ke telinganya di waktu Fir'aun akan melepaskan nyawanya. Dan kata setengah penafsir pula, suara hati Fir'aun sendiri, yang insaf bahwa tobatnya tidak akan diterima Allah juga. Yang mana yang akan dikuatkan, namun yang nyata ialah bahwa memang terasa dalam hati kita sendiri, atau hati tiap-tiap orang yang mendengar seketika ayat 90 dibacakan Nabi Muhammad ﷺ ketika mendengar tobat Fir'aun, kita akan langsung bertanya, mengapa baru sekarang? Jadi bolehlah dikatakan pula bahwa ayat ini langsung turun kepada Nabi Muhammad ﷺ dalam rangkaian kisah.
Ayat 92
“Maka di hari ini Kami selamatkanlah engkau dengan badan engkau “
Setelah kedua halaman laut itu bertaut kembali, Fir'aun dan seluruh tentaranya itu telah tenggelam. Badan yang sarat dengan pakaian yang-berat itu tidak memungkinkan
mereka mengangkat diri dan berenang ke tepi. Kita dapat menaksir kebiasaan bangkai yang tenggelam. Beberapa hari kemudian, setelah perut mereka gembung oleh udara yang terpendam, barulah mayat itu akan terapung, lalu diantarkan oleh ombak ke tepi. Sebelum bangkai-bangkai itu bergelimpangan di tepi pantai, kata ahli-ahli tafsir, timbullah keraguan dalam kalangan Bani Israil, apakah Fir'aun itu tenggelam atau selamat. Mungkin pula dari kalangan Qibthi yang tinggal di Mesir ada persangkaan bahwa raja mereka tidak mati. Maka atas kehendak Allah bangkai raja itu pun diantarkan ombaklah ke tepi setelah dia terbuntang, sehingga dikenal oranglah bahwa dia memang Fir'aun yang ditakuti selama ini."Supaya jadilah engkau tanda peringatan bagi orang-orang yang di belakang engkau."
Terang jelaslah bahwa Fir'aun telah mati tenggelam dan bangkainya telah bertemu. Maharaja diraja yang selama ini berkuasa tak berbatas; yang dianggap oleh rakyatnya sebagai Allah, yang wajib dipandang tidak pernah salah dan tidak boleh disalahkan, mati juga sebagaimana matinya orang lain. Busuk juga bangkainya sebagaimana busuknya bangkai seluruh manusia yang tidak lekas dikuburkan. Mungkin tanda-tanda kebesaran dan pakaian perhiasan masih lekat di tubuh, tetapi tidak ada artinya lagi. Ada salah satu tafsir mengatakan bahwa kata-kata bi badarika, yang berarti dengan badan engkau itu, artinya ialah baju besi yang lekat pada badannya, yaitu baju besi yang dipakai di waktu perang. Sebab ada juga bahasa Arab mengartikan bahwa badan itu berarti juga perisai, atau ketopong dan baju besi. Maka bangkai Fir'aun itu telah menjadi ayat, menjadi peringatan buat orang yang datang di belakang, baik yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri maupun buat raja-raja dan penguasa yang datang di belakang hari, dari zaman ke zaman, dari masa ke masa. Bahwa jika kalimat takwin dari Allah telah berlaku dan maut telah mendatang, sama sa-
jalah keadaan bangkai raja, bangkai opsir dan bangkai perajurit. Teringat kita akan perkataan Diogenes seketika dia tengah bermain-main di kuburan Raja Philiphus, datanglah Raja Iskandar putra Philiphus yang telah jadi raja menggantikan ayahnya ke kuburan itu. Lalu bertanyalah dia kepada Diogenes, “Hai orang tua! Mengapa engkau di sini, tulang apakah di tanganmu itu?"
Diogenes menjawab, “Hamba tengah menyelidiki kubur-kubur ini dan memungut tulang-tulangnya. Maka tidaklah dapat hamba perbedakan di antara tulang raja Philiphus ayahanda Tuanku dengan tulang budak-budak pengiringnya."
“Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia adalah lengah dari ayat-ayat Kami."
Artinya, meskipun hal itu telah kejadian pada Fir'aun, dan telah menjadi kisah yang boleh dijadikan i'tibar dan perbandingan oleh orang yang datang di belakang hari, namun kebanyakan manusia tidak juga peduli. Mereka masih berlengah-lengah juga. Dan kisah Fir'aun masih senantiasa berulang dari masa menyambut masa. Di waktu badan diri merasa kuat, dengan pongah melawan Allah. Kalau datang peringatan dibantah. Segala rencana disusun buat menghalangi kebenaran Allah. Nanti setelah gagal segala rencana, baru hendak menyerah dan mengaku. Ujung ayat adalah peringatan kembali kepada kaum Quraisy ketika ayat diturunkan, dan peringatan untuk selama-lamanya.
Kisah perjuangan Musa membebaskan Bani Israil dari tindasan Fir'aun telah disebe-rangkan dengan selamat. Kata setengah ahli penyelidik, rupanya setelah bangkai baginda dipungut dari tepi laut itu, telah segera dibal-sem dan dijadikan mumi dan telah dibuatkan kuburannya menurut adat istiadat raja-raja Mesir pada zaman purbakala itu. Zaman akhir-akhir ini, terutama setelah dimulainya penyelidikan tentang sejarah purbakala Mesir sejak Napoleon membawa tentaranya ke Mesir di permulaan abad ke-19, dimulailah mem-bongkar pusara-pusara kuno, piramida dan lain-lain bekas lama itu. Maka didirikanlah sebuah museum besar di Mesir, yang penuh dengan patung-patung, berhala, keranda tem-pat menyimpan mayat, dan mayat (Mumi) itu sendiri. Katanya, di antara mumi-mumi itu adalah mumi dari Fir'aun yang tenggelam di laut Qulzum, atau Fir'aun zaman Musa itu. Sehingga dengan demikian bertambahlah jelas nyata tafsir ayat ini, bahwa “engkau, hai Fir'aun akan Kami jadikan tanda-tanda buat keturunan yang datang di belakang." Patung-patung dan mumi dari manusia yang mengaku dirinya Allah dan dipuja dengan segenap kebesaran, di zaman sekarang hanyalah menjadi tontonan para turis dan bahan penyelidikan mahasiswa belajar sejarah dan ilmu purbakala.
Lautan Qulzum yang diseberangi itu adalah ujung dari zaman Bani Israil di Mesir dan pangkal dari pimpinan langsung Musa dan Harun kepada mereka. Maka banyaklah kita dapati kisah lanjutan itu, baik pada surah al-Baqarah, surah al-A'raaf atau yang lain-lain. Adapun di dalam surah Yuunus ini, yang diturunkan di Mekah, diambil sajalah kesim-pulan pendek tentang lanjutan sejarah mereka.
Ayat 93
“Dan sesungguhnya telah Kami dudukkan Bani Israil dalam kedudukan yang patut."
Aman sentosalah mereka pada tanah yang dijanjikan sesudah melalui pula berbagai ragam percobaan. Kedudukan yang patut, atau tempat menetap yang benar, yang layak. Yaitu di tanah yang telah dijanjikan oleh Ibrahim kepada keturunannya, dan dikuatkan lagi bagi Israil (Ya'qub) sendiri, yaitu tanah Palestina. Di sana mereka telah mendapat kedudukan yang tepat, layak benar dan patut sebagai bangsa yang telah merdeka. Tidak lagi sebagai di Mesir, di zaman ditindas."Dan telah Kami beri mereka rejeki dengan yangbaik-baik." Di waktu angkatan (generasi) tua ditangguhkan 40 tahun di Padang Tih, diberi mereka rejeki Manna dan Salwa, makanan yang istimewa untuk orang tahanan. Dan setelah mereka masuk ke Palestina, subur makmurlah keadaan mereka, sehingga dapat menaklukkan bangsa-bangsa yang berada di sekeliling dan sampai mendirikan kerajaan. Sejak Thaluth, sampai kepada Dawud, sampai kepada Sulaiman. Tanah Palestina yang terkenal dengan nama Ardhin Mubarakatin, negeri yang diberkati Allah, yang di dalam kitab-kitab Perjanjian Lama disebutkan suatu negeri yang penuh dengan susu dan madu. Susu melambangkan berkembang biaknya ternak. Madu melambangkan suburnya tanah dan tumbuh-tumbuhan sehingga lebah bisa bersarang dan memberikan manisan. Tetapi kian lama, setelah hidup yang subur dan berganti-ganti Rasulullah ﷺ yang datang, pamor mereka merosot turun, yang telah diingatkan sendiri oleh Nabi Musa di kala beliau masih hidup. “Maka tidaklah mereka berselisihan, sehingga datang kepada mereka pengetahuan." Dahulu mereka kuat karena mereka bersatu-padu, tetapi kemudian mereka telah berpecah-belah, sehingga mereka jatuh, sampai bangsa-bangsa lain datang menaklukkan mereka. Sampai bangsa Mesir sendiri bangun kembali dengan Fir'aun lain, pernah menaklukkan negeri mereka. Kerajaan Bani Israil sesudah Sulaiman sampai terbelah dua. Bangsa Babil dan bangsa Persia pernah menjajah mereka. Rumah Suci (Haikal) Sulaiman pernah dirun-tuh oleh Raja Nebukadneshar dari Babil, dan hampir satu abad tertawan jadi budak di sana. Tiga abad sebelum Nabi al-Masih diutus Allah, pernah mereka dijajah oleh Iskandar Macedonia. Setelah Kerajaan Yunani jatuh, dan bangsa Romawi naik, jatuh pulalah mereka ke bawah jajahan Romawi. Sebabnya ialah perselisihan sesama sendiri sesudah ilmu datang. Datang nabi-nabi dari kalangan Bani Israil sendiri', mereka musuhi. Nabi Isa al-masih datang membawa peringatan, al-Masih mereka tuduh hendak mengubah-ubah ajaran agama mereka: Akhirnya mereka terpecah-belah, terusir dan terpencar-pencar ke seluruh pelosok dunia. Seketika Nabi Muhammad ﷺ datang membawa pengetahuan, beberapa kelompok dari mereka berada di tanah Hejaz, baik di Madinah maupun di Khaibar. Datang ajaran Muhammad ﷺ, itu pun mereka tolak dan mereka tentang. Maka jatuhlah pamor Bani Israil dari abad menempuh abad, sebab setelah ilmu pengetahuan datang, sebagai sambungan dari ajaran Musa dan Harun, mereka tolak. Sebahagian kecil saja yang menerima; adapun sebahagian besar menolak dan berselisih pula dalam penolakan itu.
“Sesungguhnya Allah engkau akan memutuskan diantara mereka di hari Kiamat tentang hal-hal yang mereka perselisihkan itu."
(ujung ayat 93)
Ilmu sudah datang. Kata sebahagian besar ahli tafsir, ilmu itu ialah Risalah Muhammad, atau Al-Qur'an yang penuh dengan ilmu tentang ketuhanan dan syari'at, penyempurnaan dari kitab-kitab yang dahulu. Tetapi karena telah tumbuh hawa nafsu mempertahankan golongan, pendirian yang telah ditetapkan bahwa kaum yang paling tinggi di dunia ini, yang disebut “Sya'builah al-Mukhtar" kaum pilihan Allah, maka Bani Israil tidak mau lagi menerima ilmu itu. Mereka diajak dengan se-baik-baik ajakan, sampai mereka dibahasakan dengan bahasa penghormatan, yaitu Ahlul Kitab, namun mereka tetap tidak mau menerima, malahan bertingkah berselisih. Maka berfirmanlah Allah bahwa pada hari Kiamat keputusan Allah pasti datang atas kesalahan itu. Sebab dasarnya tidak lain daripada bagh-yan, yaitu benci, sombong dan angkuh.
Dengan ketentuan Allah, bahwasanya pasti Allah menjatuhkan keputusan-Nya pada hari Kiamat, menjadi penyadarlah bagi kita bahwa dengan datangnya Nabi Muhammad ﷺ melengkapkan pengajaran nabi-nabi dan rasul-rasul yang terdahulu, bukanlah berarti bahwa segala agama, baik yang bernama Yahudi atau Nasrani atau Budha dan Hindu dan lain-lain di dalam dunia ini akan habis tak ada lagi. Pada zaman Nabi sendiri pun kita lihat nyata bahwa mereka tidaklah dipaksa memeluk Islam, walaupun mereka telah dikalahkan. Bahkan menjadi prinsip dasar pokok dalam ajaran Muhammad ﷺ bahwasanya agama tidaklah dapat dengan paksaan. Yang penting ialah teguhnya pendirian dan kuatnya dakwah, yaitu seruan dengan mempergunakan akal. Sebab kalau sekiranya kita pahami ajaran tauhid, dan kita memegang kepercayaan bahwa ajaran nabi-nabi sebelum Muhammad tidak lain daripada tauhid, dan kita pun percaya bahwa dasar ajaran sekalian nabi itu ialah Islam, maka manusia sehingga dengan sadar ataupun tidak sadar, mereka kembali kepada dasar pokok asli itu, yaitu bahwa tidak ada Allah yang patut disembah selain Allah.
Dan inti sari yang lain daripada ayat ini, yang menerangkan kenaikan jaya bahagia Bani Israil setelah terlepas dari tindasan Fir'aun lalu kian lama mereka kian jatuh, diperingatkan kepada kaum Quraisy pada mula ayat turun, ialah pedoman lagi bagi umat Muhammad yang akan datang di dalam melakukan tugasnya membentuk paham Dunia Baru terhadap Allah. Betapa pun suci, benar dan tinggi ajaran agama kita, namun sesudah naik kita pun akan menurun runtuh, apabila ilmu dan pengetahuan telah kita tinggalkan. Dan baru akan bangkit kembali, jika kita telah pula kembali kepada ilmu itu, yaitu ajaran Rasulullah ﷺ atau Al-Qur'an yang diturunkan kepada beliau, sebagai pegangan hidup kita.