Ayat
Terjemahan Per Kata
ٱلۡحَمۡدُ
pujian
لِلَّهِ
bagi Allah
رَبِّ
Tuhan
ٱلۡعَٰلَمِينَ
alam semesta
ٱلۡحَمۡدُ
pujian
لِلَّهِ
bagi Allah
رَبِّ
Tuhan
ٱلۡعَٰلَمِينَ
alam semesta
Terjemahan
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
Tafsir
(Segala puji bagi Allah) Lafal ayat ini merupakan kalimat berita, dimaksud sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Taala adalah yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya. Atau makna yang dimaksud ialah bahwa Allah Taala itu adalah Zat yang harus mereka puji. Lafal Allah merupakan nama bagi Zat yang berhak untuk disembah. (Tuhan semesta alam) artinya Allah adalah yang memiliki pujian semua makhluk-Nya, yaitu terdiri dari manusia, jin, malaikat, hewan-hewan melata dan lain-lainnya. Masing-masing mereka disebut alam. Oleh karenanya ada alam manusia, alam jin dan lain sebagainya. Lafal 'al-`aalamiin' merupakan bentuk jamak dari lafal '`aalam', yaitu dengan memakai huruf ya dan huruf nun untuk menekankan makhluk berakal/berilmu atas yang lainnya. Kata 'aalam berasal dari kata `alaamah (tanda) mengingat ia adalah tanda bagi adanya yang menciptakannya.
Tafsir Surat Al-Fatihah: 2
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Menurut Qiraah Sab'ah, huruf dal dalam firman-Nya, "alhamdulillahi," dibaca dammah, terdiri atas mubtada dan khabar. Diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah dan Rubah ibnul Ajjaj, keduanya membacanya menjadi “alhamda lillahi” dengan huruf dal yang di-fathah-kan karena menyimpan fil. Ibnu Abu Ablah membacanya “alhamdulullah” dengan huruf dal dan lam yang di-dammah-kan kedua-duanya karena yang kedua diikutkan kepada huruf pertama dalam harakat. Ia mempunyai syawahid (bukti-bukti) yang menguatkan pendapatnya ini, tetapi dinilai syaz (menyendiri). Diriwayatkan dari Al-Hasan dan Zaid ibnu Ali bahwa keduanya membacanya “alhamdi lillahi” dengan membaca kasrah huruf dal karena diseragamkan dengan harakat huruf sesudahnya.
Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa makna alhamdulillah ialah "segala syukur hanyalah dipersembahkan kepada Allah semata, bukan kepada yang disembah selain-Nya dan bukan pula kepada semua yang diciptakan-Nya, sebagai imbalan dari apa yang telah Dia limpahkan kepada hamba-hamba-Nya berupa segala nikmat yang tak terhitung jumlahnya.” Tiada seorang pun yang dapat menghitung jumlahnya selain Dia semata. Nikmat itu antara lain adalah tersedianya semua sarana untuk taat kepada-Nya, kemampuan semua anggota tubuh yang ditugaskan untuk mengerjakan hal-hal yang difardukan oleh-Nya. Selain itu Dia menghamparkan rezeki yang berlimpah di dunia ini buat hamba-Nya dan memberi mereka makan dari rezeki tersebut sebagai nikmat kehidupan buat mereka, padahal mereka tidak memilikinya. Dia mengingatkan dan menyeru mereka agar semuanya itu dijadikan sebagai sarana buat mencapai kehidupan yang abadi di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan yang kekal untuk selama-lamanya. Maka segala puji hanyalah bagi Tuhan kita atas semua itu sejak permulaan hingga akhir.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa alhamdulillah adalah pujian yang digunakan oleh Allah untuk memuji diri-Nya sendiri. Termasuk di dalam pengertiannya adalah Dia memerintahkan hamba-Nya untuk memanjatkan puji dan sanjungan kepada-Nya. Seakan-akan Allah ﷻ bermaksud, "Katakanlah oleh kalian, ‘Segala puji hanyalah bagi Allah!’" Ibnu Jarir mengatakan, "adakalanya dikatakan sesungguhnya ucapan seseorang yang mengatakan alhamdulillah merupakan pujian yang ditujukan kepada-Nya dengan menyebut asma-Nya yang terbaik dan sifat-Nya yang Maha Tinggi." Sedangkan ucapan seseorang ‘segala syukur adalah milik Allah’ merupakan pujian kepada-Nya atas nikmat dan limpahan rahmat-Nya. Kemudian Ibnu Jarir mengemukakan bantahannya yang kesimpulannya adalah “semua ulama bahasa Arab menyamakan makna antara alhamdu dan asy-syukru (antara puji dan syukur).”
Pendapat ini dinukil pula oleh As-Sulami, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa puji dan syukur adalah sama pengertiannya, dari Ja'far As-Sadiq dan Ibnu Atha. Dari kalangan ahli tasawwuf, Ibnu Abbas mengatakan bahwa ucapan “segala puji bagi Allah” merupakan kalimat yang diucapkan oleh semua orang yang bersyukur. Al-Qurthubi menyimpulkan dalil yang menyatakan kebenaran orang yang mengatakan bahwa kalimat alhamdulillah adalah ungkapan syukur; dia nyatakan ini terhadap pendapat Ibnu Jarir.
Apa yang diklaim oleh Ibnu Jarir ini masih bisa dipertanyakan dengan alasan bahwa telah dikenal di kalangan mayoritas ulama mutaakhkhirin bahwa alhamdu adalah pujian dengan ucapan terhadap yang dipuji dengan menyebutkan sifat-sifat lazimah dan yang muta'addiyah bagi-Nya, sedangkan asy-syukru tidaklah diucapkan melainkan hanya atas sifat yang muta'addiyah saja. Terakhir adakalanya diucapkan dengan lisan atau dalam hati atau melalui sikap dan perbuatan. Sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam perkataan seorang penyair: “Nikmat paling berharga yang telah kalian peroleh dariku ada tiga macam, yaitu melalui kedua tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak tampak ini.” Akan tetapi, mereka berbeda pendapat mengenai mana yang lebih umum maknanya di antara keduanya, pujian ataukah syukur. Ada dua pendapat tentang ini. Berdasarkan penelitian, terbukti memang di antara keduanya terdapat korelasi khusus dan umum.
Alhamdu lebih umum pengertiannya daripada asy-syukru, yakni bila dipandang dari segi pengejawantahannya. Dikatakan demikian karena alhamdu ditujukan kepada sifat yang lazimah dan yang muta'addiyah. Engkau dapat mengatakan, "Aku puji keberaniannya," dan "Aku puji kedermawanannya," hanya saja pengertiannya lebih khusus karena hanya diungkapkan melalui ucapan. Lain halnya dengan asy-syukru yang pengertiannya lebih umum bila dipandang dari segi pengejawantahannya karena dapat diungkapkan dengan ucapan. Perbuatan dan niat. Seperti yang telah dijelaskan tadi Asy-syukur dinilai lebih khusus karena hanya diungkapkan terhadap sifat muta'addiyah saja, tidak dapat dikatakan, "Aku mensyukuri keberaniannya," atau "Aku mensyukuri kedermawanan dan kebajikannya kepadaku." Demikianlah menurut catatan sebagian ulama mutaakhkhirin.
Abu Nasr Ismail ibnu Hammad Al-Jauhari mengatakan, pengertian alhamdu merupakan lawan kata dari adz-dzamm (celaan). Dikatakan hamidtu arrajula ahmaduhu hamdan wa mahmadah (aku memuji lelaki itu dengan pujian yang setinggi-tingginya); bentuk fail-nya ialah hamid, dan bentuk mafid-nya ialah mahmud. Lafal tahmid mempunyai makna lebih kuat daripada alhamdu. Sedangkan alhamdu lebih umum pengertiannya daripada asy-syukru. Abu Nasr mengatakan sehubungan dengan makna asy-syukru, yaitu sanjungan yang ditujukan kepada orang yang berbuat baik sebagai imbalan dari kebaikan yang telah diberikannya. Dikatakan syakartuhu atau syakartu lahu artinya “aku berterima kasih kepadanya”, tetapi yang memakai lam lebih fasih. Sedangkan makna al-madah lebih umum daripada alhamdu, karena pengertian al-madah (pujian) dapat ditujukan kepada orang hidup, orang mati, juga terhadap benda mati, sebagaimana pujian terhadap makanan, tempat, dan lain sebagainya; dan al-madah dapat dilakukan sebelum dan sesudah kebaikan, juga dapat ditujukan kepada sifat yang lazimah dan yang muta'addiyyah. Dengan demikian, berarti al-madah lebih umum pengertiannya daripada alhamdu.
Segala puji kita persembahkan hanya untuk Allah semata, Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam, yaitu semua jenis makhluk.
Pada ayat di atas, Allah memulai firman-Nya dengan menyebut “Basmalah” untuk mengajarkan kepada hamba-Nya agar memulai suatu perbuatan yang baik dengan menyebut basmalah, sebagai pernyataan bahwa dia mengerjakan perbuatan itu karena Allah dan kepada-Nyalah dia memohonkan pertolongan dan berkah. Maka, pada ayat ini Allah mengajarkan kepada hamba-Nya agar selalu memuji-Nya.
Al-ḥamdu artinya pujian, karena kebaikan yang diberikan oleh yang dipuji, atau karena suatu sifat keutamaan yang dimilikinya. Semua nikmat yang telah dirasakan dan didapat di alam ini dari Allah, sebab Dialah yang menjadi sumber bagi semua nikmat. Hanya Allah yang mempunyai sifat-sifat kesempurnaan. Karena itu Allah sajalah yang berhak dipuji. Orang yang menyebut al-ḥamdu lillāh bukan hanya mengakui bahwa puji itu untuk Allah semata, melainkan dengan ucapannya itu dia memuji Allah.
Rabb artinya pemilik, pengelola dan pemelihara. Di dalamnya terkandung arti mendidik, yaitu menyampaikan sesuatu kepada keadaan yang sempurna dengan berangsur-angsur.
‘Ālamīn artinya seluruh alam, yakni semua jenis makhluk. Alam itu berjenis-jenis, yaitu alam tumbuh-tumbuhan, alam binatang, alam manusia, alam benda, alam makhluk halus, umpamanya malaikat, jin, dan alam yang lain. Ada mufasir mengkhususkan ‘ālamīn pada ayat ini kepada makhluk-makhluk Allah yang berakal yaitu manusia, malaikat dan jin. Tetapi ini mempersempit arti kata yang sebenarnya amat luas.
Dengan demikian, Allah itu Pendidik seluruh alam, tak ada sesuatu pun dari makhluk Allah yang terlepas dari didikan-Nya. Tuhan mendidik makhluk-Nya de-ngan seluas arti kata itu. Sebagai pendidik, Dia menumbuhkan, menjaga, mem-berikan daya (tenaga) dan senjata kepada makhluk itu, guna kesempurnaan hidupnya masing-masing.
Siapa yang memperhatikan perjalanan bintang-bintang, menyelidiki kehi-dupan tumbuh-tumbuhan dan binatang di laut dan di darat, mempelajari per-tumbuhan manusia sejak dari rahim ibunya sampai ke masa kanak-kanak, lalu menjadi manusia yang sempurna, tahulah dia bahwa tidak ada sesuatu juga dari makhluk Allah yang terlepas dari penjagaan, pemeliharaan, asuhan dan inayah-Nya.
"Mengatakan: Segala puji bagi Tuhan, untuk kata yang dia katakan
Orang benar, dan Tuhan adalah yang paling, dan orang-orang manusia
Termasuk sifat-sifat baik mereka, dikatakan bahwa fulan dipuji atas berkah yang dia berikan kepada saya, dan saya memuji dia atas pengetahuan dan keberaniannya, dan terima kasih atas rahmatnya.
Dan pujian lebih umum daripada rasa terima kasih ketika dikatakan: Anda berterima kasih kepada si anu atas ilmunya, karena semua Hamed bersyukur dan tidak semua bersyukur, memuji.
Artinya : [Saba: 31], dan beliau bersabda: Lakukanlah amalan syukur [Al-Israa: 111] dengan rukun, Allah ﷻ berfirman:
Berbuatlah demi rasa syukur, karena rasa syukur adalah efek dari kerendahan hati dan kesabaran .
Sabdanya : Demi hak demi kata-katamu: Tuhan Yang Maha Penyayang, Maha Penyayang.
Dia mengangkatnya jika dia menyelesaikannya atau memperbaikinya, [7] Dar: Penguasa rumah, dan dikatakan: Penguasa benda jika dia memilikinya, dan dalam arti mengasuh dan kebenaran: reformasi:
Jadi, jadi dunia adalah dunia, dan mereka adalah dunia, dan untuk mengatakan makhluk: ini adalah orang yang adalah orang, yang adalah orang,
Tak satu pun dari mereka yang setara dengan kata-katanya, dan mereka berbeda di dunia . [8].
__________
. Dan dia menulis tajuk ?Penjelasan Sunnah? (1) di antara tanda kurung siku, kemudian turun dari aslinya dan dikoreksi dari
. ? Penjelasan Sunnah?, ?Sahih Muslim? dan ?Al-Muwatta? dan koreksi ?Dulu mereka tidak membaca? (2) di antara tanda kurung siku pada aslinya
[.....] . ? Dia turun? (3) dalam publikasi
. ? Masoud? (4) dalam publikasi
. ? Dia turun? (5) dalam publikasi
. "" Alih-alih"" (6) dalam publikasi
. ? The Dayaa? (7) dalam publikasi
( 8 ) Menambah publikasi .
72 - Diriwayatkan oleh Abu Dawud 887 dan Al-Hakim 1/132 dari Annab-Abbasah, dan Al-Hakim mengoreksinya sesuai dengan kondisi mereka, dan Al-Dhahabi setuju dengannya, dan ada alasan mengapa dia mengulanginya.
Nabi, semoga doa dan damai Allah besertanya, tidak disebutkan di dalamnya, dan lebih dekat, ""... Muslim tidak tahu"" al-Hakim dari aspek lain dari Abbas, dan dadanya
( 22 ) Menurut kelulusan saya ?Tafsir al-Shawkani? Saya paling tahu .
Maha Tinggi Dia . ? 03 (Insya Allah): 82- Mataku muncul di Surat Al-Naml "
Orang benar, dan Tuhan adalah yang paling, dan orang-orang manusia
Termasuk sifat-sifat baik mereka, dikatakan bahwa fulan dipuji atas berkah yang dia berikan kepada saya, dan saya memuji dia atas pengetahuan dan keberaniannya, dan terima kasih atas rahmatnya.
Dan pujian lebih umum daripada rasa terima kasih ketika dikatakan: Anda berterima kasih kepada si anu atas ilmunya, karena semua Hamed bersyukur dan tidak semua bersyukur, memuji.
Artinya : [Saba: 31], dan beliau bersabda: Lakukanlah amalan syukur [Al-Israa: 111] dengan rukun, Allah ﷻ berfirman:
Berbuatlah demi rasa syukur, karena rasa syukur adalah efek dari kerendahan hati dan kesabaran .
Sabdanya : Demi hak demi kata-katamu: Tuhan Yang Maha Penyayang, Maha Penyayang.
Dia mengangkatnya jika dia menyelesaikannya atau memperbaikinya, [7] Dar: Penguasa rumah, dan dikatakan: Penguasa benda jika dia memilikinya, dan dalam arti mengasuh dan kebenaran: reformasi:
Jadi, jadi dunia adalah dunia, dan mereka adalah dunia, dan untuk mengatakan makhluk: ini adalah orang yang adalah orang, yang adalah orang,
Tak satu pun dari mereka yang setara dengan kata-katanya, dan mereka berbeda di dunia . [8].
__________
. Dan dia menulis tajuk ?Penjelasan Sunnah? (1) di antara tanda kurung siku, kemudian turun dari aslinya dan dikoreksi dari
. ? Penjelasan Sunnah?, ?Sahih Muslim? dan ?Al-Muwatta? dan koreksi ?Dulu mereka tidak membaca? (2) di antara tanda kurung siku pada aslinya
[.....] . ? Dia turun? (3) dalam publikasi
. ? Masoud? (4) dalam publikasi
. ? Dia turun? (5) dalam publikasi
. "" Alih-alih"" (6) dalam publikasi
. ? The Dayaa? (7) dalam publikasi
( 8 ) Menambah publikasi .
72 - Diriwayatkan oleh Abu Dawud 887 dan Al-Hakim 1/132 dari Annab-Abbasah, dan Al-Hakim mengoreksinya sesuai dengan kondisi mereka, dan Al-Dhahabi setuju dengannya, dan ada alasan mengapa dia mengulanginya.
Nabi, semoga doa dan damai Allah besertanya, tidak disebutkan di dalamnya, dan lebih dekat, ""... Muslim tidak tahu"" al-Hakim dari aspek lain dari Abbas, dan dadanya
( 22 ) Menurut kelulusan saya ?Tafsir al-Shawkani? Saya paling tahu .
Maha Tinggi Dia . ? 03 (Insya Allah): 82- Mataku muncul di Surat Al-Naml "
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Belum tersedia. Dibutuhkan biaya untuk menambahkan tafsir ini.
Tafsir Surat Al-Fatihah: 2
Ayat 2
“Segala puji-pujian untuk Allah."
Hamdan, artinya pujian, sanjungan. Di pangkalnya, sekarang diletakkan al atau alif-lam, sehingga menjadilah bacaannya al-hamdu. Al mencakup segala jenis. Dengan sebutan Alhamdu, berartilah bahwa segala ma-cam pujian, sekalian apa jua pun macam puji, baik puji besar ataupun puji kecil, atau ucapan terima kasih karena jasa seseorang, kepada siapa pun kita memberikan puji, tetapi pada hakikatnya tidaklah seorang juga yang berhak menerima pujian itu, melainkan Allah: lillahi, hanya semata-mata untuk Allah.
Jadi, dapatlah dilebih-tegaskan lagi alhamdulillah; segala puji-pujian hanya untuk Allah. Tidak ada yang lain yang berhak mendapat pujian itu. Meskipun, misalnya ada seseorang berjasa baik kepada kita dan kita memujinya, hakikat puji hanya kepada Allah. Sebab, orang itu tidak akan dapat berbuat apa-apa kalau tidak karena Allah Yang Mahamurah dan Penyayang tadi. Kita puji seorang insinyur atau arsitek karena dia mendapat ilham mendirikan sebuah bangunan yang besar dan indah. Namun, kalau kita pikirkan lebih dalam, dari mana dia mendapat ilham perencanaan itu kalau bukan dari Allah. Oleh sebab itu, kalau kita sendiri dipuji-puji orang, janganlah lupa bahwa yang empunya puji itu ialah Allah, bukan kita.
“Pemelihara semesta alam."
Atau Tuhan dari sekalian makhluk, atau Tuhan sarwa sekalian alam.
Pada umumnya, arti alam ialah seluruh yang ada ini, selain dari Allah. Sekarang kita dikenalkan lagi kepada Allah sebagai Rabbun. Kata Rabbun ini meliputi segala macam pemeliharaan, penjagaan, dan juga pendidikan dan pengasuhan. Maka, kalau di dalam ayat yang lain kita bertemu bahwa Allah itu khalaqa, artinya menjadikan dan mencipta-kan, di sini dengan menyebut Allah sebagai Rabbun; kita dapat mengerti bahwa Allah itu bukan semata-mata Pencipta, tetapi juga Pemelihara. Bukan saja menjadikan, bahkan juga mengatur. Seumpama matahari, bulan, bintang-bintang, dan bumi ini; sesudah semuanya dijadikan, tidaklah dibiarkan sehingga begitu saja, melainkan dipelihara dan dikuasai terus-menerus. Betapalah matahari, bulan, dan bintang-bintang itu akan beredar demikian teraturnya, dari tahun ke tahun, bulan ke bulan, hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit, dan detik ke detik, berjalan teratur telah berjuta-juta tahun kalau bukan pemeliharaan dari Allah sebagai Rabbun?
Manusia pun begitu. Dia bukan semata-mata dijadikan, bahkan sejak masih dalam keadaan nuthfah (air setitik kecil), sampai menjadi ‘alaqah dan mudhgbah, sampai muncul ke dunia, sampai menjadi makhluk yang berakal dan sampai juga meninggal kelak, tidaklah lepas dari tilikan Allah sebagai Pen-cipta dan Pemelihara.
Untuk semua pemeliharaan, penjagaan, pendidikan, dan perlindungan itulah, kita diajar mengucapkan puji kepada-Nya, “Rabbul ‘Aalamiin", Tuhan sarwa sekalian alam. Kalau kita pertalikan lagi dengan beberapa penaf-siran tentang ‘aalamiin tadi bahwa yang dimaksud ialah makhluk manusia, dapAllah kita pahamkan betapa tingginya kedudukan insan, sebagai khalifah Allah, di tengah-tengah alam yang luas itu.
Maka, di dalam ayat pembukaan ini, kita telah bertemu langsung dengan tauhid, yang mempunyai dua paham itu, yaitu Tauhid Uluhiyah pada ucapan Alhamdu Lillaahi dan Tauhid Rububiyah pada ucapan Rabbil ‘Aalamiin.
Dan, sudahlah jelas sekarang bahwa dalam ayat “segala puji-pujian adalah kepunyaan Allah, Pemelihara dari sekalian alam" itu telah mengandung dasar tauhid yang dalam sekali. Tidak ada yang lain yang patut dipuji, melainkan Dia.