Perbanyak Doa Saat Puasa
Hal unik yang menggelitik nalar kita saat membaca ayat-ayat puasa mungkin adalah adanya ayat doa yang terselip di sana. Yap, ayat ke-186 surat Al-Baqarah yang diapit ayat-ayat puasa sejak ayat ke-183 hingga 187.
Tentu bukan sebuah kebetulan apalagi kesalahan ketika ini dijumpai di dalam firman Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Ia pasti mengandung hikmah dan rahasia.
Salah satunya tentu agar kita lebih banyak berdoa di bulan Ramadan terlebih saat puasa dan jelang berbuka. Agar kita menyasari bahwa pintu pengabulan doa lebih terbuka lebar di bulan berlimpah berkah ini.
Tidak mengherankan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلَاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
“Tiga golongan yang tidak akan ditolak doa mereka:
- Pemimpin yang adil
- Orang yang sedang berpuasa hingga ia berbuka
- Orang yang dizalimi.”
[HR. At-Tirmidzi no. 3598]
Terlepas dari itu, memang habit khas orang-orang salih adalah berdoa. Berdoa baik secara tersirat melalui amal ibadah nan khusyu’ maupun tersurat melalui permohonan penuh harap.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الْعِبَادَةِ هُوَ الدُّعَاءِ
“Seutama-utama ibadah adalah berdoa.”
[HR. Al-Hakim no. 1848]
Sebab memang, esensi ibadah yang luas cakupannya itu sendiri semuanya akan kembali kepada doa. Doa mengajari kita merendah di hadapan Sang Pencipta, mengajari kita mengakui kemahatunggalan-Nya untuk dipinta, mengajari kita memuj Asma-Nya yang mulia.
Karenanya, enggan berdoa justru mendatangkan murka Allah. Merasa mampu dan tidak butuh pada Allah adalah bukti kepongahan sikap dan ketinggian hati. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّهُ مَنْ لَمْ يَسْأَلِ اللَّهَ يَغْضَبْ عَلَيْهِ
“Sungguh orang yang tidak memohon pada Allah, maka Dia akan murka atasnya.”
[HR. At-Tirmidzi no. 3373]
Doa pun mengajari kita untuk memadukan usaha keras dengan kepercayaan penuh pada kemahabijaksanaan dan kemahatahuan Allah. Pendoa sejati tahu bahwa doa tak selalu terkabul persis sesuai bunyi permohonan. Tapi ia pasti dikabulkan selama tidak mengandung dosa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ لَيْسَ فِيهَا إِثْمٌ وَلا قَطِيعَةُ رَحِمٍ إِلا أَعْطَاهُ اللَّهُ بِهَا إِحْدَى ثَلاثٍ : إِمَّا أَنْ تُعَجَّلَ لَهُ دَعْوَتُهُ ، وَإِمَّا أَنْ يَدَّخِرَهَا لَهُ فِي الآخِرَةِ ، وَإِمَّا أَنْ يَصْرِفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ مِثْلَهَا. قَالُوا : إِذًا نُكْثِرُ . قَالَ : اللَّهُ أَكْثَرُ
“Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa ataupun pemutusan silaturahmi, melainkan Allah akan berikan padanya salah satu dari tiga hal:
1. Allah segerakan pengabulan doanya di dunia
2. Allah simpan pengabulan doanya berupa kenikmatan di akhirat
3. Allah selamatkan ia dari keburukan yang setara dengan kebaikan yang diminta dalam doa.”
Para Shahabat lantas berkata, “Kalau begitu, lebih baik kita banyak berdoa!”
Rasul merespon, “Allah akan lebih banyak lagi mengabulkan daripada yang kalian minta.”
[HR. Ahmad no. 10749]
Sumber:
- “Al-Adzkar” hlm. 366
karya An-Nawawi Ad-Dimasyqi (w. 1277)
cet. Dar Ibni Khuzaimah Riyadh 2001 - “Sunan At-Tirmidzi (w. 892)”
cet. Darul Gharbil Islami Beirut 1997 - “Al-Mustadrak”
karya Al-Hakim (w. 1012)
cet. Darul Ma’rifah Beirut 1998 - “Musnad Al-Imam Ahmad (w. 855 M)”
cet. Muassasah Ar-Risalah Beirut, 1999 M
Penulis: Nur Fajri Romadhon
Tag:doa, islam agama, muslim, puasa, ramadhan